2008/02/20

Sesuatu yang di sebut sebagai ramalam seringkali menghebohkan. Bahkan membuat bisa membuat guncang sesuatu negara. Contoh klasik yang mungkin sudah pernah kita baca ialah ditangkapnya Bung Karno Tahun 30 an. Penulis Jerman Bernard Dahm percaya bahwa Belanda menangkap Bung Karno bukan karena pidato pidatonya yang membuat panas telinga, tetapi karena Peningkatan Jumlah Anggota PNI yang luar biasa pada waktu itu, setelah Bung Karno dalam kursus kursus nya mulai membahas tentang "Perang pasifik" di tahun 30 an, yang oleh masyarakat dikaitkan dengan ramalan Joyoboyo. Bertahun tahun PNI "berdakwah" dan membuat kursus kursus, baru saat itulah pengikutnya meningkat luar biasa. penangkapan inilah yang memunculkan pembelaan yang terkenal dengan "Indonesia Menggugat". Silakan melihat ke bukunya pak Bernard Dahm yang judulnya saya lupa. Ada terjemahan bahasa indonesianya kok.

Dalam Islam sendiri, karena RasulNya sudah di deklarasikan oleh Tuhan sendiri sebagai Rasul terakhir, maka beliau harus memberikan bekalan agar ummatnya mendapatkan panduan setelah beliau wafat. Panduan itu bisa berupa hadist2, bisa berupa ilham2 kepada orang orang yang memang beliau tunjuk.

Petunjuk dalam hadist ini sendiri memiliki dua fungsi :
1. Sebagai panduan melihat situasi zaman sesudah Rasulullah Wafat.
2. Sebagai pendorong perjuangan, bahwa perjuangan islam ini selalu nya adalah perjuangan
yang dijanjikan kemenangannya oleh Tuhan.

Karena yang berjanji adalah Rasulullah, yang lisannya benar dan lagi di benarkan oleh Tuhan. Dengan demikian diharapkan ummat islam di setiap massa terpacu untuk MEREBUT janji Tuhan tersebut di tangan mereka.Atau dengan kata lain, "mudah mudahan Qadha Tuhan ini menjadi Qadar di tangan mereka".

Contoh hadist Nabi SAW yang cukup populer ialah :

"Konstantinopel (Istambul) akan jatuh di tangan seorang pemimpin sebaik-baik pemimpin, rakyatnya sebaik-baik rakyat dan tentaranya sebaik-baik tentara". (Hadist)

Dalam sabdanya ini, Rasulullah tidak menyebutkan Tahunnya. Oleh karenanya para sahabat pun berlomba lomba mewujudkan janji Tuhan ini di tangan mereka. Mereka berharap, mudah mudahan merekalah sebaik baik pemimpin itu, yang memimpin sebaik baik tentara dan sebaik baik rakyat itu.

Salah seorang sahabat nabi yang pertama kali berusaha mewujudkan janji ini adalah Abu Ayub Al Anshari RA. Beliau adalah seorang yang sudah berumur 80 tahun ketika mencoba merebut konstantinopel itu. Dan walaupun janji itu tidak terwujud di tangannya, beliau syahid di tepi benteng konstantinopel. Setelah beliau pun, masih banyak lain para pejuang yang berusaha mewujudkan janji Tuhan tersebut.

Pada tahun 1400-an, seorang Syeikh tarikat Naqsyabandiyah di Bukhara mengirimkan muridnya, Syamsudin Al Wali untuk datang ke Bursa (240 km dari Istambul) yang merupakan tapak dari kerajaan Othmaniah. Karena keagungan akhlaknya dan ketinggian ilmunya, Syamsudin Al Wali menjadi ulama yang dipercaya oleh Sultan Murad II. Pada suatu hari di tahun 1432 Sultan Murad II berkata pada Syamsudin Al Wali : "Doakan saya agar dapat menaklukkan Konstantinopel!".

Saat itu Syamsuddin Al Wali berkata : "Bukan engkau yang akan melakukannya, tetapi anakmu yang masih dalam buaian itu", kata Syamsudin Al wali sambil menunjuk kepada Muhammad Al Fateh yang masih dalam buaian. Mendengar kata-kata ini Sultan Murad II pun menyerahkan anaknya untuk dididik oleh Syamsudin Al Wali.

Hasil didikan ini telah menjadikan beliau seorang yang mempunyai kepribadian yang unggul : sangat bertaqwa dan pakar dalam bidang pemerintahan dan peperangan. Akhirnya sejarah telah mencatat bahwa pada hari selasa tanggal 29 Mei 1453 pagi hari, Sultan Muhammad Al Fateh dan tentaranya yang mempunyai gabungan kekuatan lahir dan taqwa, berhasil menguasai Konstantinopel.

Setelah "Project Constantinople" ini selesai dan Konstantinopel jatuh ke Tangan Islam, para Pejuang Pejuang Islam pun berusaha mewujudkan janji Allah yang lain, yang di sebutkan oleh Rasulullah SAW yaitu Hadist akan munculnya "Panji Panji Hitam dari bumi sebelah timur".

Pada saat yang hampir bersamaan dengan dikirimnya Syamsudin Al Wali ke Turki, seorang ulama lain dari Bukhara bernama Syeikh Jamalludin Jumadil Kubro mengirimkan anaknya Syeikh Ibrahim Samarkandi (sekitar tahun 1400-an juga) untuk berdakwah di Timur. Perjalanan ini dimaksudkan untuk membantu mempersiapkan Kebangkitan Islam di Timur tersebut.

Di manakah Timur yang dimaksud hadist nabi tersebut? Apakah di Jepang? Korea?, Vietnam? Australia? Dengan berpandukan kepada ilham yang diterima ayahnya, Syeikh Ibrahim Samarkandi pergi menuju Asia Tenggara. Beliau menjumpai ternyata penduduk Timur (Asia Tenggara) masih beragama selain islam. Beliau sadar bahwa bukan di zamannya lah Islam akan gemilang di Timur seperti yang dimaksud hadist nabi, dan peran beliau sebatas mengislamkan Timur. Mula-mula beliau sampai di Campa (termasuk wilayah Kamboja atau Thailand). Lalu beliau berdakwah kepada Raja Campa yang kemudian masuk Islam. Beliau dinikahkan oleh raja Campa tersebut dengan puterinya Dewi Candrawulan. Sedangkan puteri lainnya Dewi Dwarawati dinikahkan dengan Prabu Brawijaya. Dari hasil pernikahan Syeikh Ibrahim Samarkandi dengan Dewi Candrawulan, lahirlah Raden Rahmat (tahun 1401) dan Raden Santri.

Pada tahun 1420-an kerajaan Majapahit ditimpa penyakit sosial yang kronis : perampokan, korupsi, dll bentuk kejahatan yang sangat meresahkan masyarakat. Atas saran permaisuri Dewi Drawawati, Prabu Brawijaya memberi mandat kepada Raden Rahmat untuk menyelesaikan penyakit-penyakit masyarakat yang meninpa tidak hanya anggota masyarakat biasa tetapi juga kaum bangsawan dari kerajaan Majapahit. Dengan cara-cara Islam beliau telah berhasil menyembuhkan penyakit masyarakat tersebut dan mulai banyak orang yang masuk Islam. Karena keberhasilan ini beliau diberi hadiah tanah di Ampel. Disitulah beliau memusatkan kegiatan dakwahnya yang kemudian terkenal ke seluruh Nusantara. Beliau digelari orang Sunan Ampel. Sedang Raden Santri memusatkan dakwahnya di Nusa Tenggara Barat.

Untuk memudahkan program dakwah, Sunan Ampel menikah dengan puteri raja Majapahit yang benama Dewi Candrawati. Dari pernikahan mereka lahirlah 6 orang anak yaitu : Sunan Bonang (anggota Wali Songo juga), Sunan Dradjad (anggota Wali Songo juga), Sunan Lamongan, Siti Mutmainnah (dinikahkan dengan anggota wali Songo Sunan Gunung Jati), Siti Alwiyyah (dinikahkan dengan muridnya yang juga anggota wali Songo Sunan Kudus) dan Siti Asyilah (dinikahkan dengan muridnya Raden Patah, raja Islam Demak yang pertama). Raden Patah merupakan anak dari Prabu Brawijaya dengan Dewi Kian (puteri Raja Cina). Keturunan Raden Patah dengan Siti Asyilah inilah yang kemudian menurunkan Joko Tingkir.

Sunan Ampel juga menikah dengan puteri bangsawan Majapahit yang bernama Siti Karimah. Dari hasil pernikahan ini lahirlah Dewi Murtasiah (dinikahkan dengan muridnya yang juga anggota wali Songo Sunan Giri) dan Dewi Mursimah (dinikahkan dengan muridnya yang juga anggota wali Songo Sunan Kalijaga). Sedangkan Sunan Muria merupakan anak dari Sunan Kalijaga dengan isterinya yang lain yaitu Dewi Saroh.

Selain Syeikh Ibrahim Samarkandi, ulama-ulama lain yang membaca hadist Nabi tentang Kebangkitan Islam di Timur mencoba mengislamkan Timur. Dengan berpandukan pada ilham yang diterima mereka atau guru mereka, mereka pergi menuju ke Asia Tenggara, khususnya Indonesia & Malaysia. Mereka diberi ilham oleh Allah bahwa Timur adalah Nusantara, bukannya Jepang, Korea, Vietnam atau Australia. Tidak terlintas dalam benak mereka untuk kembali ke negera asal mereka atau meminta dikuburkan di negara asal mereka bila mereka meninggal dunia. Kalaulah mereka tidak dapat menyaksikan kebangkitan Islam di akhir zaman yang berlaku di Timur itu, sekurang-kurangnya kubur mereka menyaksikannya.

Di antara ulama yang datang ke Timur adalah : Syeikh Maulana Ishaq dari Bukhara Samarkand. Beliau berdakwah di daerah Pasai (Aceh) dan pernah datang ke kerajaan Blambangan di Jawa Timur untuk berdakwah di sana. Beliau berhasil mengislamkan daerah Timur Pulau Jawa dan menikah dengan puteri dari raja Blambangan (Prabu Minak Sembuyu, masih keturunan raja Majapahit Hayam Wuruk) yang bernama Dewi Sekardadu. Dari hasil pernikahan ini lahirlah Sunan Giri yang sejak kecil merupakan murid dari Sunan Ampel. Ketika dewasa Sunan Giri dan Sunan Bonang diperintahkan oleh Sunan Ampel untuk belajar dengan Syeikh Maulana Ishaq di Pasai.

Ulama lain yang datang ke Timur pada tahun 1400-an adalah : Syeikh Ahmad Jumadil Kubro dari Mesir (wafat di Mojokerto jawa Timur), Syeikh Muhammad Al Maghribi dari Maroko (wafat di Klaten Jawa Tengah), Syeikh Malik Israil dari Turki (wafat di Cilegon), Syeikh Hasanuddin dan Aliyuddin dari Palestina (wafat di Banten), Syeikh Subakir dari Persia dan Syeikh Maulana Malik Ibrahim dari Turki. Syeikh Maulana Malik Ibrahim merupakan anggota dan sesepuh Wali Songo yang memusatkan dakwahnya di Gresik. Beliau merupakan orang pertama yang mengajak raja Majapahit Prabu Brawijaya untuk masuk ke dalam Agama Islam. Beliau seorang ahli tata negara yang mempunyai pengalaman dakwah di Turki dan Gujarat.

Sejarah telah mencatat bagaimana dengan menggunakan strategi yang jitu : "mengambil ikan tanpa membuat airnya keruh", Wali Songo telah berhasil mengislamkan Nusantara,khususnya Pulau Jawa, sehingga saat ini Nusantara merupakan negera yang berpenduduk muslim terbesar di dunia. Usaha penjajah belanda yang selama 350 tahun berusaha mengajak mereka pindah agama ke agama penjajah ternyata telah gagal total. Padahal ditempat lain usaha mereka telah berhasil menghancurkan Islam di Spanyol dan saat ini di Turki (melalui sekularisasi). Ini merupakan satu bukti bahwa Timur memang dijanjikan Allah untuk tempat bangkitnya Islam di akhir zaman.

Selain itu, sejarah ini juga menjadi bukti bahwa datangnya Islam ke Nusantara bukanlah semata mata tersebar secara tidak sengaja karena datangnya pedagang2 islam dari gujarat, seperti yang telah diceritakan oleh Penjajah Belanda itu kepada kita. Datangnya Islam datang ke Nusantara ini adalah bagian dari suatu rencana besar Tuhan, yang dieksekusi secara terstruktur dan terinci orang orang Nya, Wali Wali nya. Pihak penjajah pun tahu dengan detail akan hal ini, karena kedatangan mereka pun sebenarnya bukanlah karena rempah rempah belaka, sebagaimana yang tertulis di buku2 sejarah kita :-)

Tidak ada komentar: