2008/02/20

PENGALAMAN SEORANG TEMAN PERJALANAN KE MEKKAH
Published by (ajie_saja)
UNTUK ANDA YG AKAN UMROH ATAU BER HAJI(Bagus untuk referensi )
Mudah-mudahan bermanfaat sehingga sikap kita lebih arif dan bijak.
1. Latar Belakang
Prinsip utama saya sejak beranjak dewasa sampai sebelum perjalanan umroh ini adalah : “Tak ada keajaiban”. Segala sesuatu harus masuk logika, masuk akal, dan jauh dari hal-hal yg tak masuk akal. Segala sesuatu mesti ada penjelasan ilmiahnya. Oleh karena itu pandangan saya selalu mengacu kepada konsep hukum-hukum fisika, sosial, dan hukum psikologi.
Tak ada kejadian yg pernah bisa melanggar hukum alam. Setiap pohon pisang akan berbuah pisang, setiap mahluk hidup mempunyai siklus biologi sesuai spesisnya, setiap apapun didunia ini tidak ada yg bisa lepas dari hukum absolut alam semesta. Takkan pernah ada cimpedak berbuah nangka kecuali dalam sajak. Takkan pernah ada orang kebal peluru. Takkan pernah ada keajaiban, keanehan, atau anomali hukum alam. Sebelumnya saya hanya tertawa mendengar cerita-cerita keajaiban ataupun kejadian luar biasa yg kerap terjadi pada orang yg melakukan ibadah haji atau umroh di tanah suci. Mungkin itu hanya kebetulan, atau mungkin itu hanya bohong belaka. Sehingga ajian saya mengenai telaah agama islam, selalu mengacu kepada analisa, sentesa, konseptual, dan hipotesa. Pendeknya, tak ada alat yg saya miliki untuk telaah tsb selain metode ilmiah, sampai saya dipaksa harus menyadari instrumen lain yg sesungguhnya ada dan tak pernah saya gunakan.
2. Perjalanan I : Jkt-Jeddah
Saya berangkat dengan apa adanya menuju Jeddah. Instruksi saya kepada secretaries yg membooking perjalanan untuk mengambil paket yg paling murah, paling singkat, dan paling efisien. Boleh dikata niat saya bukan untuk ibadah, tapi untuk sebuah hipotesa. Diperjalanan, saya bertemu dengan seorang Haji yg telah beberapa kali berhaji dan berumroh, Bp H Tabrani (63), mantan walikota Jakarta Timur, kelahiran Aceh. Kamipun terlibat diskusi dipesawat. Saya katakan bahwa saya datang ke Mekkah bukan untuk cari umur panjang, rejeki, kemakmuran, kekayaan,dsb. Saya katakan saya hanya ingin mencari petunjuk, hidayah bahwa Al-Qur’an adalah memang benar datangnya dari Allah dan bukan konsepnya Muhammad. Saya ingin tahu hipotesa saya benar atau salah. H.Tabrani berkata, ” Insya Allah you akan dapat semua itu. Namun semua akan tergantung dari cara you memandangnya, apakah fenomena itu adalah sebuah petunjuk, atau hanya sebuah kebetulan “.
2.1 Kejadian 1
Beberapa saat setelah beliau bicara, tiba-tiba mesin pesawat mati satu. Penumpang pun diharap kembali ketempat duduk masing-masing dan memasang sabuk pengaman. Penerbangan baru berlangsung 45 menit. 5 menit kemudian kedua mesin Boeing 747 disayap kiri mati. Pilot pun memberitahukan bahwa pesawat harus kembali ke Airport Soekarno Hatta. Kemudian pesawat mengalami turbulens yg menyeramkan disertai jeritan penumpang, sementara saya melihat ke jendela pembuangan bahan bakar mulai dilakukan. Ini merupakan pemandangan yg sama sekali tidak menyenangkan. Saat itu saya mulai takut dan berfikir tentang kematian. Berkali-kali saya terbang, baru kali ini mengalami kejadian yg demikian. Apakah tempat yg sayatuju memang luar biasa ? Ataukah ini hanya kebetulan saja ? Dengan sisa mesin dan kekuatan yg ada, pesawat terbang miring dan mendongak, sementara yg saya lihat dibawah hanya lautan lepas. Namun akhirnya pesawat dapat mendarat di Soekarno Hatta dengan selamat, diiringi beberapa mobil pemadam yg siap siaga. Kami semua di inapkan di Horison Hotel-Ancol. Di Hotel diskusi saya dengan Bp H Tabrani berlanjut.
Saya tanya ; Aca :” Pak Haji, kok susah bener ya mau ke Mekkah aja ?”
“Baru kali ini saya saya naik pesawat kayak begini”
HTabrani : ” You kurang niat kali… ini khan bukan perjalanan biasa”.
Aca: Apanya yg luar biasa. Secara teknis tetap sama”
HTabrani : ” Wah…you boleh pilih, melihat ini sebagai sebuah Kebetulan, atau sebuah kebesaran Allah ! ”
Aca: ” Tapi Pak, kenapa kalau Allah mau kasih pelajaran Semua satu pesawat terkena getahnya, padahal khan Ada penumpang lain seperti Bapak yg sudah berniat bulat umroh tetapi juga batal “.
H Tabrani : ” Andry…you khan tahu tidak semua penduduk Indonesia bobrok mentalnya, tetapi, jika Allah mau kasih pelajaran khusus - hampir seluruh rakyat Indonesia terkena dampaknya”. “Bisa jadi karena you dengan niat hipotesa atheis itu - kita semua satu pesawat terkena akibatnya”. “Coba dech.. you pikirin !”
Akhirnya saya mulai tafakur, mencoba untuk merendahkan hati, sholat isya’ - dan membaca niat untuk umroh. Saya mulai membuka-buka buku-buku petunjuk menjalankan umroh. Walau Saya jarang (hampir tidak pernah) berdo’a, saya baca-baca do’a nya.
2.2 Kejadian 2
Esoknya kami berangkat dengan pesawat lain. Dan ketika itu saya melonjak kegirangan, karena saya di up-grade ke first class. Waduh,enak juga, 10 jam terbang tanpa harus berdesakan dengan fasilitas lainnya yg tidak sama dengan economi. Tiba-tiba H Tabrani datang, ” Wah you koq disini ?
” Aca : “Alhamdulillah saya di up-grade Pak ”
HTabrani : ” Waduh…enak benerrrr, you udah niat umroh ? ”
Aca: ” Udah Pak, semalam saya tafakur, berdo’a dan membaca niat ”
HTabrani : “Bagus kalau begitu. You sekarang melihat kan Allah bisa memberikan imbalan kenikmatan secara Langsung ”
Aca: “Loh tapi Pak Haji, ini khan petugas maskapai yg Ngatur!?”
HTabrani : ” Bukan ! ini Allah yg ngatur, melalui tangan petugas”
Aca : ” Wah ini mungkin hanya kebetulan saja Pak !” ” Nggak masuk akal kalo Cuma karena niat, saya langsung diberi kenikmatan oleh Allah “.
HTabrani : ” OK… khan saya sudah bilang dari kemarin, semua Terserah you saja, apakah you mau melihat dengan Kacamata kebetulan, atau kacamata iman !” H Tabrani pun mulai sewot dengan saya. Entah karena nggak di up-grade atau karena sikap saya yg dianggapnya wangkeng.
2.3 Kejadian 3
Dipesawat, saya dikenalkan oleh pramugari kepada 2orang penumpang yg menekuni manajemen pikiran. Dian, pramugari yg sebelumnya terlibat diskusi agama dengan saya dan H Tabrani, menyarankan agar masalah saya diungkapkan kepada mereka. Kamipun berkenalan, seorangbernama NurCahyo, seorang lagi bernama Kartiko (mungkin muridnya). Saya jelaskan permasalahan utama saya. Akhirnya ia menjelaskan,
” Sdr Andry, selama ini saya tahu anda telah banyak berupaya, namun upaya itu belum optimum. Apa sebab - karena sdr hanya menggunakan sebahagian yakni bagian kiri saja dari otak sdr “. “Karena otak, mempunyai 2 belahan, belahan kiri yg fungsinya untuk menganalisa, kalkulasi, logika, konsentrasi, hipotesa, dsb, dan belahan kanan yg berfungsi mencerna keindahan, emosi, seni (spt musik), euphoria, keimanan, dsb. Kedua belahan otak tsb harus sdr gunakan.Wajar kalau saudara hanya mengandalkan analisa dan mendewakan sirkuitlogika”. “Ada daerah kekuasaan Tuhan yg tidak dapat dianalisa dan didiskusikan. Daerah tsb hanya dapat dicerna oleh perasaan yg kita sebut iman”.
“Loh…itu khan basic prinsip Quantum Learning, saya tahu benar itu “, kilah saya.
“Betul…bagus kalau anda tahu - tapi pernahkah anda terapkan dalam pencarian ini ?”.
Saya mulai bingung dengan pertanyaan Kartiko. Saya tahu benar ilmu itu, karena saya sering jadi pembicara tentang metode belajar dan bekerja menggunakan keseimbangan otak kiri - kanan. Kepala saya seperti dipentung oleh senjata saya sendiri. Kartiko melanjutkan, “Jika yg sdr cari adalah petunjuk, ia dapat berupa ilham, mimpi, atau fenomena dan kejadian-kejadian yg tak masuk akal. Sdr tak akan bisa menelaah semua itu nanti di perjalanan dengan otak kiri(analisa) saja. Hasilnya akan sdr pisah-pisah dan terlihat tidak berkaitan satu sama lain. Namun apabila sdr gunakan juga otak kanan (intuisi/rasa/iman), hasilnya akan sangat menakjubkan”. H Tabrani pun ikut terlibat diskusi, dan ia banyak membenarkan perkataan Kartiko. Sebelum Kartiko kembali ke kursi duduknya, saya bertanya kepadanya,
“Anda kuliah dimana ?”.
Kartiko pun menjawab “Politeknik Mekanik Swiss”.
“Astaga, angkatan berapa ?”.
“Angkatan 88″, jawabnya.
Akhirnya, kami pun bertambah mesra. Saya mulai menarik hipotesa dengan kedua belahan otak saya ;
1. Apakah instrumen ini berguna (telaah menggunakan kedua belahan otak) untuk pencarian saya ?
2. Kenapa saya tak pernah menggunakannya, padahal saya tahu dan gandrung dengan ilmu itu ?
3. Apakah ia hanya seorang kenalan di pesawat, atau kah sebuah petunjukagar saya menggunakan instrumen itu dalam perjalanan sekarang dan nanti?
4. Apakah pertemuan kami ini hanya sebuah kebetulan ?
5. Apakah Kartiko juga seorang yg kebetulan berlatar belakang pendidikan sama dengan saya sehingga jalan berfikir kami sepertinya klop !?
Saya kembali membahas ini dengan H Tabrani. Beliau seperti biasa sambil sewot, ” Terserah…you mau lihat dari kacamata kebetulan atau kacamata kebesaran Allah !”. Sayapun mulai tak percaya dengan diri saya. Saya mulai goyah dengan pandangan saya selama ini.
2.4 Kejadian 4
Akhirnya kami pun tiba di Jeddah, yg kemudian perjalanan disambung keMadinah. Malam hari kita berangkat sholat Isya’ ke Masjid Nabawi. Disini Rasululloh dimakamkan, jelas H Tabrani.
“Kok kuburan di Masjid Pak Haji, nggak bener itu !”
“Wah you ini mau sholat apa nggak !”. “You khan bisa sholat karena orang yg dimakamkan disini !”.
Tanpa banyak bantah saya ikuti ajakannya sholat diluar (halaman) Masjid(karena larut, pintu masuk sudah ditutup). Saya sholat tepat disamping pintu makam Rasululloh, sedang H Tabrani sholat 5 meter didepan saya. Tiba-tiba, baru saja saya takbiratul ihrom, pintu disamping saya berdebum. Sayup-sayup berdebum. Seperti suara orang kerja. Tapi lebih mirip suara orang marah-marah membanting meja atau kursi. Tiba-tiba perasaan takut saya datang. Akhirnya saya batalkan sholat saya, pindah menjauhi makam Rasululloh. Makam orang yg saya pikir pembuat Al-Qur’an. Dan saya mulai dihantui pemikiran tersebut. Sholat saya sudah nggak bisa khusuk lagi.
“Andry…kamu kenapa pindah sholatnya ?”, tanya H Tabrani.
“Nggak tahu tuh Pak, ada suara berisik dipintu, sepertinya pintu itu mau dibuka orang “, jawab saya.
“Suara berisik apa “.
“Loh Pak Haji nggak denger barusan ”
“Enggakah…, Iqbal…kamu dengar suara ?” “Enggak Pak…”
Perasaan saya mulai nggak karuan. Rasa takut dicampur rasa bersalah. Saya coba analisa pakai belahan kiri, bahwa mungkin posisi saya yg tegak lurus dengan pintu menyebabkan saya bisa dengar, namun mereka karena tidak tegak lurus, mereka tak bisa mendengar. Tapi harusnya juga dengar. Mustahil tidak, karena suara itu keras koq. Akhirnya saya ceritakan ke H Tabrani tentang perasaan kacau saya. Saya ceritakan bahwa saya pernah menulis e-mail yg berpendapat apakah semua ini bisa-bisa nya Muhammad. Kala itu saya tetap menyangsikan kronologi turunnya wahyu. Hingga saya mensejajarkan posisi Muhammad dengan Napoleon, Karl Marx, Einstein, Aristoteles, Plato, dan pemikir besar dunia lainnya.
“Wah…kalau you udah sadar itu salah, you mesti minta maaf besok didalam Masjid, tepat disamping makamnya kalau bisa “, kilah H Tabrani.
Esok hari, pagi-pagi sekali kami bangun, berangkat menuju Masjid Nabawi. Masjid besar dengan halaman yang juga besar. Dengan terhuyung sambil ngantuk (karena nggak biasa bangun dan sholat shubuh) saya berjalan menyusuri halaman Masjid seperti menyusuri 2 kali panjang lapangan bola. Seluruh lantainya ditutupi Pualam putih. Setelah melewati pintu utama, saya berjalan memasuki ruang dalam Masjid area perluasan King Fadh. Saking besarnya, pandangan lepas kita tak dapat melihat ujung Masjid lainnya. Lantai, dinding dan Tiang ditutupi marmer yg dipolish licin. Setiap tiang terdapat lubang AC yg dapat mengatur suhu ruangan otomatis. Kami terus berjalan menuju Raudah (batas bangunan asli Masjid yg dibangun Muhammad) melewati area perluasan King Azis. Antara perluasan King Fadh dan King Azis terdapat Kubah yg dapat terbuka Dan tertutup otomatis. Sempat terfikir oleh saya, betapa besar biaya yg diperlukan untuk ini semua. Namun saya coba tahan pemikiran negatif itu dan menggantikannya dengan fikiran betapa besar pengaruh Muhammad sampai sekarang hingga dapat terwujud Masjid sebesar dan seagung ini. Kami pun hampir mencapai Raudhah, namun tak bisa masuk karena penuhnya. Setelah sholat Shubuh, saya dianjurkan H Tabrani untuk berdo’a di area Rhaudah.
“Kenapa…?”, tanya saya.
“Berdoa disana Insya Allah lebih amat makbul (dijawab oleh Allah terhadap permintaan doa kita).
Sempat terbesit pertanyaan saya, apakah doa orang yg berdoa di Masjid Dago Atas tidak makbul ? Namun saya mulai menahan diri terhadap pemikiran dan pertanyaan model itu. Setelah berdoa, kamipun berdesakan keluar melalui Pintu Jibril, pintu yg melewati tepat muka makam Rasululloh. Saya ambil barisan paling kiri, barisan yg paling dekat dengan sisi makam. Kami berjalan berdesakan, perlahan, penuh sesak namun sangat tertib. Dari kejauhan saya melihat pagar makam yg didalamnya gelap tak ada cahaya. Dalam antrian perlahan saya mendekati makam. Didalam pagar terlihat tiga makam yg ditutupi kain. Saya tak tahu yg mana Makam Rasululloh, yg mana makam Abu Bakar, dan Yg mana makam Khadijah, isteri Nabi.
2.5 Kejadian 5
Disepanjang makam berdiri 4 orang tua dengan badan tinggi bersorban yg selalu menepis tangan orang yg mencoba memegang pagar dengan meratap. “Musyrik !!!”, hardiknya. Mereka senantiasa menjaga perilaku setiap orang yg mencoba ziarah dengan kelakuan aneh. Disini saya mulai mengerti arti Islam sebagai agama Tauhid. Agama yg berillah hanya dan hanya kepada Allah. Tiada kepada yg lain, tiada pula kepada para Nabinya. Nabi hanya sebagai pembawa RisalahNYA, MandatarisNYA, dan bukan tempat untuk meminta atau berdo’a. Nabi juga bukanlah anakNYA, karena beranak pinak adalah perilaku ciptaaNYA dan bukan salah satu sifatNYA /perilakuNYA. Musyrik atau Syirik, mensyarikatkan Allah dengan sesuatu lainnya adalah satu-satunya perbuatan dosa yg tidak pernah diampuni Allah. Bukan maksud saya menyindir, tapi sering kali orang melakukan”HUMANISASI”. Imajinasi bentuk alien (mahluk luar angkasa) tak pernah jauh lari dari bentuk manusia, berbadan, berkepala, bertangan dan berkaki. Film-film kartun Hollywood, selalu menampilkan bentuk perilaku binatang yg bertingkah polah bagai manusia, dan berbentuk fisik yg sudah dirobah menjadi mirip manusia. Dongeng-dongeng binatang buku cerita untuk anak kecil juga demikian. Robot-robot sekarang dan masa datang, mengambil analogi kerja tubuh dan bentuk badan manusia. Sampai-sampai Tuhan atau Dewa-dewa yg digambarkannya pun mirip bentuk manusia. Ada pula yg menganalogikan perilaku Tuhannya seperti manusia dengan perilaku beranak pinak. Disini saya merasa mendapat petunjuk, bahwa Muhammad NabiNYA, bukan anakNYA,bukan tempat meminta. Ketika saya tiba persis dimuka makam, seseorang dengan suara yg berat dibelakang saya berkata perlahan. Tidak keras namun tidak berbisik. Kedua tangannya memegang pundak saya dari belakang. Ia berkata dalam bahasa Arab, ” Ya Rasululloh…ini aku, aku datang kepadamu, bukan untuk meminta sesuatu yg lain. Aku hanya ingin meminta maaf kepadamu ya Habiballoh. Aku hanya mengagumimu namun aku tak pernah memujimu. Aku fikir aku telah menempatkanmu pada posisi yg tinggi, namun ternyata engkau lebih mulia dari itu. Aku tidak mencela engkau namun aku sadar aku telah melecehkan engkau. Aku minta maaf ya Rasululloh”. Pembaca, saya dapat mengerti hampir seluruh ucapannya dalam bahasa Arab itu, namun saya belum pernah belajar Nahu sorob atau bahasa Arab ! Saya jadi bingung sendiri. Saya lihat di pundak saya salah satu tangannya yg memegang pundak saya dari belakang, besar sekali dan hitam legam. Waktu saya menolah kebelakang, orang tersebut seperti dari Afrika, tinggi luar biasa, hitam legam. Ia mengucapkannya sambil merintih menahan tangis. Rasa haru, menyesal luar biasa, dan sedikit ketakutan pun menyelimuti saya. Saya tak ucapkan kata apapun. Semua yg akan saya ucapkan telah diucapkan orang dibelakang saya dalam bahasa Arab yg saya tiba-tiba mengertinya. Keluar pintu Jibril, saya menunduk menahan tangis dan haru, agar tak terlihat H Tabrani dan Iqbal puteranya. H Tabrani tahu itu. Merekapun mempercepat langkah agar tetap didepan saya. Saya coba cari orang tinggi besar hitam tadi. Mungkin karena ramai kerumunan, saya tak dapat menemukannya. Sesampai di Hotel, kamipun mendiskusikannya. Terutama tentang dapat mengertinya saya terhadap ucapan dalam bahasa Arab. Saya bilang : “Mungkin begini Pak, karena saya dihantui rasa bersalah,dan memang saya akan berkata minta maaf, maka persepsi saya terhadap apa yg diucapkan orang tadi adalah persepsi fikiran saya”.
H Tabrani : “Itu mungkin. Mungkin saja. Tapi mungkin juga petunjuk, bahwa beliau (Rasululloh) tahu benar isi hati anda, dan beliau dengan ahlaknya yg mulia sudah memaafkan you tentunya”.
Aca : ” Ah…masak sich Pak. Sedemikian mudah dan cepatnya saya mendapat petunjuk ”
H Tabrani : ” Temen you dan saya khan sudah berkali-kali mengatakan, semua itu terserah you saja. Apakah you mau anggap itu semua kebetulan atau sebuahpetunjuk. Berkali-kali saya mengatakan - terserah you saja!” Saya mulai tak banyak membantah. Saya benar-benar mulai berfikir, bahwa tak ada yg namanya kebetulan. Semua sudah ada aturannya, semua sudah ada sebab akibatnya. Ada sebuah “hukum sebab-akibat” yg berlaku absolut dialam semesta ini. Hukum Sebab-Akibat itu diatas hukum-hukum lainnya. Juga diatas hukum fisika, sosial, maupun psykologi yg saya anut selama ini. Saya mulai meyakini ini sebagai Hukum Sunatulloh, dan bukan hukum psikologi. Bukan efek kebetulan karena rasa bersalah. Bukan efek kebetulan kondisional akibat suasana yg khusuk, sakral atau magic/angker. Melainkan hukum Sunatulloh kepada orang yg mencari ridhoNYA, orang yg mencari jalan yg diridhoNYA. Namun saya tak berani berfikir bahwa saya sudah berada pada jalan yg benar, dalam “The right track”. Namun yg jelas, saya mulai lebih berhati-hati dan tidak gegabah.
3. Perjalanan di Madinnah
Setelah melewati waktu Zuhur, kami melakukan City Tour, ketempat-tempat bersejarah antara lain, Masjid Kuba - Masjid pertama di Madinnah yg dibuat Rasululloh,.Masjid Kiblat –Masjid dimana ditengah sholat Rasululloh mendapatkan wahyu untuk sholat menghadap Ka’bah/Mekkah, yg sebelumnya menghadap Masjidil Aqso’, sehingga sholat tersebut beliau lakukan 2 roka’at menghadap Masjidil Aqso’ dan 2 roka’at sisanya menghadap Ka’bah. Karena kasus ini orang Kafir Quraisy berkomentar Muhammad pemimpin yg plin-plan. Dibimbing oleh Tour Guide, kami berkunjung ke Jabal Uhud, tempat dimana terjadi Perang Uhud. Terlintas dibenak saya cuplikan film “The Massage” dimana Hamzah, Panglima perang kaum Mukmin yg dibunuh dengan tombak oleh salah seorang budak suruhan Hindun, isteri Abu Sofyan, pemimpinkaum kafir Quraisy yg sangat memusuhi Nabi. Pada peperangan tsb kaum Muslimin kalah yg disebabkan tindakan indisipliner pasukan panah. Kami juga mengunjungi makam Fatimah, dimana dekat makam dahulunya terdapat parit besar yg dikenal sebagai Perang Khandak. Perang dimana pada saat itu kaum kafir dari berbagai bangsa dan negara memboikot dan meng-embargo kaum muslim selama kurang lebih 2 tahun, dimana sekeliling Madinnah pada saat itu dibuat Parit besar yg memisahkan/melindunginya. Disini saya melihat bahwa perjuangan Rasulloh adalah bertahan dan bukan menyerang. Konsep yg diajukan Rasululloh adalh sebuah konsep dimana penguasa kafir tidak menyukainya. Konsep tsb hanya mendapat tanggapan dari kaum Anshor yg bertempat tinggal di Madinnah hingga Nabi harus hijrah/pindah kesana. Saya akhirnya bertanya kepada Tour Guide, bagaimana dengan tindakan Nabi yg saya anggap ekspansi nekat yakni tindakan Nabi mengirim surat dari Madinnah kepada Mekkah, Mesir, Roma,Persia, Abesinia, dan Negos(Ethiopia). Madinnah tidak sebesar dan sekuat Mekkah, namun tindakan Nabi mengirim surat kepada Negara-negara tsb adalah nekat (kalau tidak mau dibilang gila). Analoginya mungkin seperti Vietnam, negara kecil yg baru berdiri, tanpa angkatan bersenjata yg jelas, mengirim pesan kepada Indonesia, Australia, Amerika, Rusia, dan European Community untuk takluk dan tunduk dibawah kekuasaanya. “Oh tidak, ini tidak seperti demikian “, jawab Tour Guide. “Urusan Raululloh bukan urusan kekuasaan. Konsep Rasululloh bukan konsep negara, sehingga surat yg dibuat bukan surat kekuasaan. Surat itu berisikan ajakan beragama Islam. Konsep Rasululloh adalah konsep agama, bukan konsep pemerintahan”. “Lho, kalau bukan urusan kekuasaan, bagaimana dengan Daulat BaniUmayah, kepemimpinan Islam setelah Ali, yg ekspansi kekuasaanya dengan cepat dan pesat sampai ke Cordova, Spanyol, daratan China, dan berbagai belahan dunia lain, sehingga Islam tidak hanya bicara didalam Masjid, namun juga dipemerintahan, dimasyarakat, hingga berlaku hukum yg hanya kita dengar sekarang secara sayup-sayup ‘hukum Islam’ ? Bagaimana kita memberlakukan sebuah peraturan tanpa adanya kedaulatan ? Bagaimana kita bicara rajam bagi yg berzinah, sementara lokalisasi pelacuran mendapat izin dari pemerintahan Pemda setempat ? Bagaimana memberlakukan hukum Islam tanpa pemerintahan Islam ?”, demikian saya bertanya. Tour Guide tersebut tak dapat melanjutkan penjelasannya. Sayapun menjelaskan, “Mas Syaiful…saya mohon maaf loh, saya dalam pencarian, saya bukan sok tahu, tapi saya memang benar-benar tidak tahu, dan saya benar-benar ingin tahu, kayak apa sich konsep Rasululloh yg disampaikan pada saat itu ?”. Tour Guide : “Baiklah, anda silahkan tanya kepada orang yg lebih tahu, saya terus terang belum tahu benar untuk hal ini “. Aca : “Terimakasih Mas…saya akan simpan pertanyaan ini”. Beberapa rang mungkin beranggapan ini tidak penting, namun sayaberfikir bahwa ini sangat penting. Dalam pencarian / perjalanan ini saya tak menemukan jawaban, namun saya yakin insya Alloh, suatu saat, dalam pencarian saya yg berikutnya,saya dapat menemukan jawabannya…Amien.
3.1 Kejadian 6
Setelah sholat Ashar, akhirnya kamipun bersiap-siap untuk ber-umroh. PakH Tabrani mengajarkan saya untuk memakai pakaian Ihrom. Ia menjelaskan untuk memakai pakaian Ihrom, 2 lembar kain yg dililit di pinggang, satunya lagi di bahu. “Latihan pakai kain kafan “, demikian penjelasannya. Meskipun ia bukan Tourist Guide, namun ia begitu telaten mengajarkannya pada saya. Meskipun kadang-kadang menghardik saya, seperti waktu saya tanya kenapa koq nggak boleh pakai celana dalam. Ia hanya menjawab “Jangan didebat !!! ini daerah otak kanan ! “. Untung saya sudah rada kalem sekarang karena beberapa kali mengalami peristiwa2 yg lalu, kalau tidak, mungkin sewotnya H Tabrani berkelanjutan. Setelah mengambil niat di Miqod, diperjalanan kami mulai membaca Talbiah :
Labbaik Allohumma labbaik LabbaikLasyarika laka labbaik Innalhamda, Wal nikmata, Laka wal mulk Lasyarikalak. YaAllah, aku datang memenuhi panggilanmu Tiadasyarikat bagimu Sesungguhnyasegala puji, segala nikmat, dan segala kuasa Hanyalah dari engkau.Tiada syarikat bagimu. Pembacaan Talbiah baik di pesawat maupun di perjalanan/bus, sangat diliputi rasa haru yg luar biasa. Kamipun tiba di Mekkah, kota Haram. Hotel kami cukup dekat dengan Masjidil Haram. Sementara barang-barang diurus oleh petugas travel, kami berwudhu di Hotel, kami langsung memasuki Masjidil Haram, sebuah Masjid yg paling terkenal yg mungkin paling tua didunia. Saat itu saya belum merasakan pesonanya. Namun setelah melepas sandal dan memasuki Masjid, saya terdiam melihat benda hitam pekat persegi empat yg berada ditengah-tengah Masjid. Ka’bah ternyata berukuran lebih besar dari perkiraan saya. Saya menahan tangis didepan rombongan tapi tak kuasa. Dengkul saya lemas luar biasa.Sulit sekali menggambarkan pesonanya. Saya kurang tahu persis pada saat itu tapi saya percaya Iqbal, anak Pak H Tabrani yg pertama kali Umroh juga terdiam tak bersuara tak bergerak. Ia juga mengalami hal yg sama. Saya lemas dan duduk. Saya berusaha perlahan-lahan bergerak mendekat, namun semakin dekat, semakin tak kuasa menahan tangis. Akhirnya saya mulai meraung seperti anak kecil. Saya menangis sambil duduk tidak mengerti kenapa. Dan saya tahu persis saat itu saya tidak sedih. Benda itu berada ditengah-tengah Masjid, besar, besar sekali. Hitam pekat sekali. Benar-benar saya tak mengira bahwa Ka’bah berukuran sebesar itu. Saya tidak pernah berfikiran bahwa di dalamnya ada Allah sedang bersemayam. Sepintas hanya sebuah batu yg disusun dan dilapis kain hitam. Namun saya melihat sedemikian banyaknya manusia mengitarinya melakukan yg disebut tawaf. Bukankah ini bukti dari hasil kerja Muhammad. Analisa saya bermain, apakah sekian banyaknya manusia datang kesini hanya ditipu satu orang yg bernama Muhammad. Namun intuisi saya juga bermain, bahwa kegiatan ini pasti bukan baru dimulai kemarin. Kegiatan ini dilakukan pasti sejak ajaran Muhammad. Pendapat ini adalah pendapat awal saya yg kemudian di konfirmasikan beberapa hari kemudian oleh H Tabrani bahwa kegiatan ini sudah ada bahkan sejak milata Ibrahim, bapak besar berbagai bangsa yg melahirkan agama Yahudi, Nasrani (bukan Kristen) , yg kemudian juga Islam. Saya mulai tawaf putaran pertama. Sambil air mata bercucuran (tanpa malu-malu lagi sebab kanan kiri sayapun demikian) saya dibimbing H Tabrani membaca do’a-do’a putaran pertama. Posisi kami sangat dekat dengan Ka’bah dan senantiasa saya semakin merapat kedalam. Kami merasa seperti memasuki sebuah gravitasi luar biasa yg menarik ketengah.Seolah kami bergerak perlahan bersama tanpa menginjak bumi (seperti melayang), semakin rapat dan semakin pekat ketengah. Kita tak kuasamenentukan arah (kecuali sedikit), kita hanya dapat berserah dirimengikuti arus putaran itu. Sambil memegang buku do’a kecil, saya coba baca juga artinya. Disitu terdapat do’a permintaan umur panjang dan keturunan yg banyak serta soleh. Saya tanya ke H Tabrani, ” Loh Pak…kok ada permintaan seperti ini ya…?. H Tabrani menjawab, “Ya memang ada, khan saya sudah katakan boleh minta apa saja”. Pada tawaf putaran kedua, saya kembali membaca do’a khusus untuk putaran kedua - sambil juga melihat artinya. Agaksulit memang karena banyak jama’ah Iran berbadan besar berdo’a lantangsekali. Kadang saya tak mendengar suara H Tabrani sehingga sulit mengikuti apa yg didiktenya. Kembali saya lihat artinya,
“Loh…Pak, koq disini ada permintaan terhadap rezeki yg banyak”.
H Tabrani pun kembali menjawab, ” Ya memang boleh. Anda saja yg Cuma minta petunjuk dan nggak mau minta yg lain. Minta harta boleh…habis -kalau tidak - anda mau minta ke siapa lagi kalau bukan sama dia “.
Pada tawaf putaran ketiga, saya kembali membaca do’a sambil membaca artinya. Terdapat dengan jelas disitu “Tijarotan Lantabur ” yg artinya “perdagangan yg jauh dari rugi”. Saya kembali bertanya dengan lebih antusias karena masalahnya erat dengan kehidupan saya yg memang bergerak di bidang ini.
“Loh-loh…ini lebih aneh lagi Pak…kok boleh minta dagang agar jauh dari rugi, ini khan urusan dunia. Bagaimana kitabisa rugi –ya karena manajemen yg buruk, sedangkan bagaimana kita bisa untung ? ya dengan manajemen yg baik ? “. Akhirnya H Tabrani mulaisewot lagi,
” You khan bilang waktu dipesawat, bahwa you hanya mintapetunjuk, betul ndak…?”
“Betul Pak “, jawab saya. ” OK kalau begitu nggak usah do’a saja…” , tegas H Tabrani. Analisa dan intuisi saya jalan lagi, dan tiba-tiba saya teringat surat Al-Fatihah, ayat 4, “Iyya ka na’ budu wa iyya ka’ nastaiyn”.Kepadamulah kami menyembah dan hanya kepadamulah kami mintapertolongan. Saya fikir ini harus berlaku pada semua hal - segala hal -segala sesuatu - termasuk hal-hal duniawi seperti bisnis.Sehingga musyrik hukumnya jika kita meminta pertolongan dalam bidang bisnis kepada Kadin, Pemda, Katabelece Pejabat untuk menggoalkan proyek kita. Haram hukumnya meminta pertolongan kepada Bagian Purchasing untuk melakukan bisnis dengan kita. Permintaan tolong hanyalah kepada Allah semata. Adapun,Kadin, Pemda, Pejabat,dan bag Purchasing, hanyalah perantara. Halini jangan dianggap sepele, karena ini yg akan menentukan strategi manajemen perusahaan kita, apakah kita akan melakukan KKN atau melakukannya dengan pendekatan lain. Akhirnyadengan pemahaman yg seperti ini, saya kembali berdo’a dengan segala kerendahan hati. Meminta kepada yg mempunyai, memohon kepada pemilik yg sesungguhnya, meminta kepada Penguasa yg sesungguhnya, penguasa segala sesuatu, penguasa absolut. Statemen awal saya di pesawat,sekarang terbantai semua. Saya ternyata tak hanya meminta petunjuk,tetapi saya - dengan kesadaran baru ini - juga meminta duniawi. Demikian saya melihat Rahman rohim Allah. Jika kita meminta dunia saja, Allah mungkin saja berikan, dan mungkin juga tidak. Namun jika kita meminta keridhoan akhirat - insya Allah kita juga akan mendapat dunia. Persis lagu Bimbo yg dinyanyikan Sam. Persis juga sama dengan do’a - do’a di akhir tawaf yakni fiddunia hasanah - wa fil akhiroti khasanah. Saya pun kembali berdo’a dengan lebih khusuk, dengan kesadaran baru – tanpa banyak pertanyaan lagi.
3.2 Kejadian 7
Usaitawaf, kami menuju sumur zam-zam yg terletak didalam areal masjidil Haram bagian bawah. Disini saya kembali tercengang. Sebuah mata air yg hampir tak mungkin ada di daerah ini. Mekkah dapat anda lihat sebagaipegunungan batu. Masjidil Haram berada di tengah-tengah seperti lembah,sekelilingnya dapat anda temukan hanyalah bukit batu yg sangat sulit dihancurkan. Ini pula yg menyebabkan pembangunan konstruksi dikota Mekkah sangat lamban. Jangankan tumbuhan subur, kurma pun malas tumbuh disini. Ironisnya, terdapat air sumur zam-zam yg debitnya luar biasa besar yg dipompa dengan pipa-pipa sampai ke Madinah, Jeddah, Yaman, dan daerah lainnya selain untuk keperluan orang ber Hajji. Berjuta-juta orang datang setiap harinya, namun sumur ini tak pernah ada keringnya. Analisa dan rasa saya mulai jalan. Andaikan memang ada sungai bawah tanah yg mengalir dibawah Mekkah, akankah bertahan sedemikian lamanya? Perhitungannya bukan 1400 tahun yg lalu, melainkan perhitungan dari Ibrahim. Entah berapa ribu tahun. Karena sungai bawah tanah dapat berubah alirannya hanya dalam kurun waktu puluhan tahun saja. Namun sumur zam-zam ini tak pernah kering dan senantiasa menyediakan air yg dibutuhkan Jamaah yg datang ke sini. Seolah olah ia ada memang untuk kebutuhan ibadah ini. Saat itu tak ada lagi dibenak saya teori kebetulan yg dahulu. Pada saat Sya’i, rukun Umroh berikutnya, saya melihat manusia banyak yg berjalan, sebahagian berlari, antara dua bukit batu, Syofa’ dan Marwah. Dipisahkan oleh pembatas tengah, kami mulai melintasi area Sya’i. Sesekali saya melihat wajah cantik wanita Turki dengan hidung mancung kulit putih bulu mata boros (Saat tawaf maupun Sya’i dilarang menutup cadar muka - namun ada sebahagian mazhab melakukannya). Kecantikannya mungkin biasa bagi orang sana, namun saya mengira pasti luar biasa untuk ukuran orang Melayu. Agak lama baru saya sadar bahwa saya mulaikurang khusyuk karena melakukan “olah raga leher”. Akhirnya saya bertanya kepada H Tabrani,
” Pak…koq pakai lari-lari segala sich ? “. “Begini “- jawabnya perlahan,
“Dulu sewaktu Siti Khajar, isteri Nabi Ibrohim, ia berjalan sambil berlari-lari kecil mencari air antara bukit Syofa’ dan bukit Marwah, sementara anaknya Ismail ditinggal sejarak tertentu dari Ka’bah. Air yg dilihatnya ternyata hanyalah fatamorgana. Sedangkan air yg sesungguhnya justru keluar didekat kaki Ismail.
Dari sini saya pun semakin yakin dan menarik kesimpulan, bahwa Ka’bah bukan dibangun oleh Muhammad, melainkan Nabi Ibrohim, pendahulu untuk Musa, Isya, dan Muhammad, yg melahirkan 3 agama besar, Yahudi, Nasrani, dan Islam. Seusai Sya’i kami pun menggunting rambut, pertanda selesainya ibadah Umroh kita. Semoga Makbul. Sesampai di Hotel, kelelahan kami luar biasa. Kaki saya kering pecah-pecah. Saya belum pernah merasakan pegal-pegal seperti sekarang ini. Saya fikir, bagaimana dengan kaum wanita atau Ibu-ibu. Pasti lebih capek. Tapi kelihatannya sama aja tuch. Salah seorang jamaah haji wanita bercerita tentang anak temannya yg sekarang tinggal di Hotel Hilton Mekkah yg tak dapat menyelesaikan tawafnya karena mencret(penyakit yg lebih cepat dari pada jet). Kotoran alias tokainya sedemikian banyaknya sehingga ia pun kewalahan. Wueeek…sangat menjijikkan kata jamaah yg lain menambahkan. Kepala rombongannyapun membawanya pulang kembali ke hotel. Kami tak tahu bagaiman ia mengatasi problem mencretnya yg merembes sampai pakaian Ihrom, namun akhirnya semua tahu, bahwa ia mengenakan celana dalam pada pakaian ihromnya. Sesuatu yg dilarang dalam Umroh. Saya jadi teringat sewaktu H Tabrani membentak saya dalam masalah tsb. Pantas - dalam hati saya.
3.3 Kejadian 8
Tak ada yg khusus bagi saya dalam kejadian ini. Kejadian ini terjadi pada saat saya hendak mencium batu Ka’bah. Disitu terjadi antrean yg luar biasa. Didepan saya terdapat seorang wanitamuda dan cantik berpakaian Turki yg hendak mencium batu Ka’bah (sisi kiri Ka’bah, bukan Hajarul Aswad). Mungkin karena pemikiran jijiknya terhadap batu yg sudah dicium oleh jutaan manusia pada hari itu, makaia mengeluarkan tisu, mengelap, dan menggosok bagian yg hendak diciumnya. Melihat kejadian itu, Bapak mertua saya pernah menceritakan perihal yg seperti ini berkaitan dengan gelas stainless air zam-zamuntuk diminum yg menempel pada setiap keran zam-zam. Seorang Dokter, kawan Bapak mertua saya pergi Haji, merasa jijik dan mengatakannya kepada Bapak mertua saya perihal gelas stainless yg sudah diminum berjuta-juta mulut orang. Ini tidak steril katanya. Dokter itu meminum juga air zam-zam dengan perasaan jijik/geli. Keesokannya, apa yg terjadi. Mulutnya bengkak sariawan sampai ke leher. Bapak mertuasaya mengingatkan akan ucapannya kemarin perihal gelas tersebut. Bapak mertua mengingatkan sang Dokter untuk meminumnya sekali lagi dengan gelas tersebut tetapi dengan perasaan yg berbeda, yakni perasaan iklas. Keesokannya pun sang Dokter sembuh dari sariawan seperti sedia kala. Wanita tersebut tetap asyik membersihkan batu Ka’bah dengan tisunya, sementara antrean sudah mulai panjang dan berdesakan. Ingin sekali saya melarangnya, namun karena nggak bisa bahasa Turki, lagian nggak lucu khan kenalan didepan Ka’bah. Ketika ia hendak mencium batu Ka’ ah - mungkin setelah ia merasa bersih –desakan dari kerumunan orang dibelakang tak tertahankan hingga mendorong wanita itu pada saat ia menciumnya sehingga benturan hidung mancung dan batu tak dapat terelakkan. Iapun selesai mencium batu Ka’bah dengan hidung mimisan (berdarah). Kuwalat atau apa ini namanya ya? Hati yg kurang bersih?
Saya jadi teringat cerita Ka’bah di surat Al-Fiil dimana tentaraAbrahah yg mengendarai Gajah pada masa itu dibuat tak berdaya olehburung-burung Ababil. Saya semakin mengerti mekanisme ghoib. Mekanisme yg tidak kasat mata. Bahkan mekanisme ini pun abstrak tak simetris. Terjadi di kasus ini namun kadang tidak di kasus itu. Semuanya parsial-kondisional, namun saya fikir standarnya sama jika kita ukur dari perasaan hati yg dalam. Mekanisme tsb tak kan pernah dapat diukur karena sifatnya yg relatiftak pernah sama pada setiap individu. Meskipun ia bukan ada di alam fisika, namun saya yakin ia ada dan bekerja secara setimbang. Saya cenderung menyebutnya Metafisika daripada Supranatural yg lebih berbauklenik / sihir, trick sulap yg diyakini sebagai salah satu keajaibanoleh orang musyrik. Mekanisme ghoib pada alam Metafisika inipun bekerja pada kawan saya Iqbal dimana setiap harinya, sepulang kami dari sholat, ia kehilangan sandal. Bahkan sehari dapat lebih dari sekali ia kehilangan sandal. Ia mencoba berdo ‘a dan bertaubat dosa apa kiranya yg telah ia buat. Namun tetap saja ia kehilangan sandal setiap harinya, hingga ia harus membawa 5 real setiap sholat guna menjaga apabila sandalnya hilang. Tahukah anda, kejadian kecil disini – dapat menimbulkan akibat besar disana. Saya ambil contoh misalnya, hilangnya sandal Iqbal, mengakibatkan ia harus membeli sandal di toko dimuka Masjid. Penjual di toko tersebut seharusnya melayani seorang calon pembeli wanita misalnya, namun karena Iqbal membeli, maka ia tidak jadi melayani wanita itu. Wanita itu pergi lebih cepat. Dalam perjalanannya pulang, ia mengalami kecelakaan mobil (miss ditabrak mobil). Seandainya Iqbal tidak kehilangan sandal, wanita tersebut mungkin akan 10 menit lebih lama untuk jalan pulang, yg tentu saja tak mengakibatkan ia mengalami kecelakaan. Bukan disitu saja, sang suami wanita tadi (yg katakan seorang jenderal), yg seharusnya berangkat melakukan perjalanan luar negeri guna menandatangani sebuah kesepakatan perang, membatalkan rencananya, sehingga kesepakatan serangan atau perang tadi ditangguhkan. Hilangnya sandal seorang Iqbal, dapat mengakibatkan tercegahnya sebuah rencana perang atau penyerbuan. Ini contoh ekstreem yg memang hanya teori main-main, tetapi saya yakin bahwa semua ini ada mekanismenya dan jangan coba-coba untuk engurainya,karena ia terlalu abstrak dan hanya tunduk patuh pada sang MahaPenguasa. Penguasa alam fisika dan non fisika.
3.4 Kejadian 9
Malam besok adalah malam terakhir saya di Mekkah, oleh karenanya saya minta kepada Tour guide untuk mengantar saya ke Goa Hira’ pagi-pagi sekali. Tak ada anggota rombongan yg mau ikut. Tidak juga H Tabrani maupun Iqbal anaknya. ” OK, nggak apa-apa, saya tetap mau berangkat sendiri”, tegas saya kepada Tour guide. Jadi biaya travel maupun biaya Tour guide saya tanggung sendirian. Kamipun merencanakannya. Paginya seusai sholat Shubuh, saya berkemas bersiap berangkat, dengan tas ransel dan sepatu sport. Dengan menggunakan taksi, kami tiba dikaki bukit Gua Hira’. Perjalanan sampai kepuncak memakan waktu kurang lebih satu jam. Terbayang oleh saya ketika Nabi pulang pergi setiap harinya sampai ke puncak. Gua Hira’ ternyata sangat kecil. Lebih mirip dua batu yg saling bersandar daripada sebuah Gua. Ditemani Tour guide, sayasujud ditempat Nabi Muhammad duduk menyendiri 1422 tahun yg lalu. Dalam sujud saya bicara dalam hati, “Ya Malaikat Jibril, kenapa koqNabi Muhammad diberi wahyu, kenapa saya tidak ?”. “Kenapa Nabi Muhammad dapat berjumpa denganmu, kenapa saya tidak?” Tanpa sholat dan do’a, tanpa meratap ke gua apalagi membuang sesaji (hanya sujud dan berkata dalam hati seperti diatas saja), kami pulang menuruni bukit. Saya pun membahas pertanyaan saya di dalam hati tadi kepada Tour guide. Saya juga sering menyendiri di Villa, menyendiri di kaki bukit G.gede, tetapi kenapa tak pernah datang yg namanya Jibril. Saya jadi ingat cerita-cerita para sufi yg mempelajari hakekat sehingga pergi kegunung-gunung menyendiri, lepas dari hubungan sosial, serta tak mempedulikan situasi dan kondisi diri. Apakah tindakan Nabi Muhammad pada kala itu seperti para sufi tsb? Pertanyaan inipun saya simpan kembali tanpa tahu jawabannya. Esok hari terakhir, hari dimana sayamesti melakukan tawaf wada’, tawaf terakhir/ tawaf perpisahan dengan Ka’bah. Saya tidur cepat setelah sholat Isya”. Subuh dini hari saya bangun, ketika saya hendak menggosok gigi, saya tiba-tiba tersadar, “Subhanalloh, tadi malam saya bermimpi bertemu Jibril” . Buru-buru saya ketok kamar H Tabrani. Saya bangunkan ia, dan saya ceritakan mimpi saya. “Bagaimana ceritera mimpinya ?”, H Tabrani bertanya. “Begini Pak, sesuatu berbentuk manusia dengan peci hitam datang kepada saya. Saya bertanya siapa anda? Ia menjawab saya Jibril, kemudian ia mengajak saya untuk ikut. Saya berjalan mengikutinya, dan tiba-tiba kami tiba di sebuah Masjid. Didalam mimpi saya Jibril berkata, ” ini Masjidil Aqsa”. “Disini terdapat salah satu keajaiban yg anda cari”. H Tabrani pernah melawatke Masjidil Aqsa’. H Tabrani berfikir sejenak, kemudian ia menjawab,
mungkin yg dimaksud adalah “The Dome of the Rock. Sebuah batu yg berada
tepat ditengah Masjid “. “Aneh memang batu itu. Ia menggantung, dan berada tepat ditengah-tengah Masjid, kami semua juga nggak ngerti kenapa begitu”. Terus bagaimana tanya H Tabrani.
Terus Jibril bilang begini Pak, “Tolong Masjid ini dipelihara”. H Tabrani menepak kepala “Waduh…repot ini”. “Kenapa Pak?”, tanya saya. “Masjid itu dikuasai Yahudi. You Nggak bisa keluar masuk seenaknya”. “You sholat dibatasi disana, Cuma 5 menit “. “Wah saya nggak bisa jelasin artinya “. “Tapi yg jelas, saya yakin you adalah orang yg disayang Allah”. “Subhanalloh”. Saya sudah berumur 63 thn, tapi saya belum pernah mimpi bertemu Jibril, tapi you…you…luar biasa”. saya juga tidak mengerti sampai sekarang arti mimpi saya, dimana saya tidur diMekkah, bermimpi dibawa seseorang yg berkata sebagai Malaikat Jibril, yg kemudian membawa saya ke Masjidil Aqsa’ di Palestina. Saya jadi merinding. Saya takut sendiri dengan kejadian-kejadian yg saya alami. Saya takut untuk berbuat macam-macam. Saya mengalami semua ini dalam perjalanan ke Mekkah. Kesadaran saya seperti sekarang ini amat saya syukuri, namun yg paling saya takuti, adalah deviasinya, perubahannya apabila saya tidak menjaganya. Apa yg akan terjadi nanti ditanah air. Saya harus menghadapi dunia nyata yg penuh dengan godaan. Tidak seperti waktu di Mekkah, dimana fikiran, jiwa dan raga kita bisa khusuk serta kita jaga kebersihannya. Dari perjalanan ini, tidak semua kejadian saya ceritakan, hanya yg saya anggap penting saja, namun sebenarnya, kejadian kecil lainnya yg merujuk kepada hidayah yg tidak saya ceritakan karena terlalu panjang banyak saya alami, namun saya mempunyai beberapa kesimpulan :
1. Allah itu benar adanya yg menciptakan segala sesuatu.
2. Wahyu Allah turun pada setiap kurun waktu tertentu.
3. Wahyu Allah juga turun kepada Muhammad yg diutus sebagai Rasulnya.
4. Allah tidak punya banat/sarikat/kompetitor.
5. Allah menurunkanWahyunya kepada Muhammad yg kemudian dibakukan alam bentuk kitab ygbernama Al-Qur’an.
6. Al-Qur’an adalah statemen dari Allah ygdidalamnya berisikan petunjuk bagi manusia yg ingin berserah dirikepadanya.
7. Al-Qur’an bukan buatan Muhammad atau ideologi Muhammad.
8. Haji dan Umroh penting adanya dan bukan bisa-bisanya Muhammad. Biaya yg demikian mahal, sebanding bahkan melebihi hasil yg kita dapat dari perjalanannya.
9. Daging Babi, darah, Alkohol, Judi, Zinah, danperbuatan maksiat lainnya adalah haram hukumnya. Tak perlu dianalisa secara metode ilmiah, karena justifikasinya akan selalu ditemukan manusia guna menghalalkannya, namun demikian, coba fikirkan dengan instrument rasa/intuisi dari hati yg dalam, bermanfaatkah jika dilakukan.
10. Kita manusia adalah manusia yg paling istimewa, karenakita mempunyai 2 pilihan, berserah diri kepada kemauan Pencipta, atauberserah diri kepada kemauan kita sendiri.
11. Ada mekanisme Ghoib yg tidak kelihatan, yg memberikan balasan positif apabila kita berbuat positif,dan berbalas negatif apabila kita berbuat negatif pula.
12. Mekanisme Ghoib, berlaku pada orang-orang yg dicintai Allah, namun bagi yg sudah kelewatan, ia akan dibiarkan, karena Allah menegur dengan sapaan hirarki. Peringatan pertama mungkin dengan mencolek, jika ia tak mau, Allah peringati ia dengan menepak, jika ia tak juga sadar Allah peringati ia dengan menempeleng keras, namun jika ditempeleng keras ia tetap dableg dengan perbuatan negatifnya, Allah akan membiarkannya, karena hanya hari akhir setelah matinya yg akan membalasnya kekal abadidi Neraka Jahanam.
13. Mekkah dan Madinah bukan tanah suci (seperti yg saya duga sebelumnya pada tulisan Muhammad punya bisa), melainkan tanah Haram, daerah dimana diharamkan bagi siapa saja berbuat kerusakan, dan itupun hanya pada batas-batas tertentu yg sudah diberi patok/tanda.

Tidak ada komentar: