2008/03/27

KISAH BERPISAHNYA ROH DARI JASAD

Dalam sebuah hadith daripada Aisyah r.a katanya, "Aku sedang duduk bersila di dalam rumah. Tiba-tiba Rasulullah S.A.W datang dan masuk sambil memberi salam kepadaku. Aku segera bangun kerana menghormati dan memuliakannya sebagaimana kebiasaanku di waktu baginda masuk ke dalam rumah. Nabi S.A.W bersabda, "Duduklah di tempat duduk, tidak usahlah berdiri, wahai Ummul Mukminin." Maka Rasulullah S.A.W duduk sambil meletakkan kepalanya di pangkuanku, lalu baginda berbaring dan tertidur.

Maka aku hilangkan uban pada janggutnya, dan aku dapat 19 rambut yang sudah putih. Maka terfikirlah dalam hatiku dan aku berkata, "Sesungguhnya baginda akan meninggalkan dunia ini sebelum aku sehingga tetaplah satu umat yang ditinggalkan olehnya nabinya." Maka aku menangis sehingga mengalir air mataku jatuh menitis pada wajah baginda.

Baginda terbangun dari tidurnya seraya bertanya, "Apakah sebabnya sehingga engkau menangis wahai Ummul Mukminin?" Masa aku ceritakan kisah tadi kepadanya, lalu Rasulullah S.A.W bertanya, "Keadaan bagaimanakah yang hebat bagi mayat?" Kataku, "Tunjukkan wahai Rasulullah!"

Rasulullah S.A.W berkata, "Engkaulah katakan!," Jawab Aisyah r.a : "Tidak ada keadaan lebih hebat bagi mayat ketika keluarnya mayat dari rumahnya di mana anak-anaknya sama-sama bersedih hati di belakangnya. Mereka sama-sama berkata, "Aduhai ayah, aduhai ibu! Ayahnya pula mengatakan: "Aduhai anak!"

Rasulullah S.A.W bertanya lagi: "Itu juga termasuk hebat. Maka, manakah lagi yang lebih hebat daripada itu?" Jawab Aisyah r.a : "Tidak ada hal yang lebih hebat daripada mayat ketika ia diletakkan ke dalam liang lahad dan ditimbuni tanah ke atasnya. Kaum kerabat semuanya kembali. Begitu pula dengan anak-anak dan para kekasihnya semuanya kembali, mereka menyerahkan kepada Allah berserta dengan segala amal perbuatannya." Rasulullah S.A.W bertanya lagi, "Adakah lagi yang lebih hebat daripada itu?" Jawab Aisyah, "Hanya Allah dan Rasul-Nya sahaja yang lebih tahu."

Maka bersabda Rasulullah S.A.W : "Wahai Aisyah, sesungguhnya sehebat-hebat keadaan mayat ialah ketika orang yang memandikan masuk ke rumahnya untuk memandikannya. Maka keluarlah cincin di masa remaja dari jari-jarinya dan ia melepaskan pakaian pengantin dari badannya. Bagi para pemimpin dan fuqaha, sama melepaskan serban dari kepalanya untuk dimandikan.

Di kala itu rohnya memanggil, ketika ia melihat mayat dalam keadaan telanjang dengan suara yang seluruh makhluk mendengar kecuali jin dan manusia yang tidak mendengar. Maka berkata roh, "Wahai orang yang memandikan, aku minta kepadamu kerana Allah, lepaskanlah pakaianku dengan perlahan-lahan sebab di saat ini aku berehat dari kesakitan sakaratul maut." Dan apabila air disiram maka akan berkata mayat, "Wahai orang yang memandikan akan roh Allah, janganlah engkau menyiram air dalam keadaan yang panas dan janganlah pula dalam keadaan sejuk kerana tubuhku terbakar dari sebab lepasnya roh," Dan jika merea memandikan, maka berkata roh: "Demi Allah, wahai orang yang memandikan, janganlah engkau gosok tubuhku dengan kuat sebab tubuhku luka-luka dengan keluarnya roh."

Apabila telah selesai dari dimandikan dan diletakkan pada kafan serta tempat kedua telapaknya sudah diikat, maka mayat memanggil, "Wahai orang yang memandikanku, janganlah engkau kuat-kuatkan dalam mengafani kepalaku sehingga aku dapat melihat wajah anak-anakku dan kaum keluargaku sebab ini adalah penglihatan terakhirku pada mereka. Adapun pada hari ini aku dipisahkan dari mereka dan aku tidakakan dapat berjumpa lagi sehingga hari kiamat."

Apabila mayat dikeluarkan dari rumah, maka mayat akan menyeru, "Demi Allah, wahai jama`ah ku, aku telah meninggalkan isteriku menjadi janda, maka janganlah kamu menyakitinya. Anak-anakku telah menjadi yatim, janganlah menyakiti mereka. Sesungguhnya pada hari ini aku akan dikeluarkan dari rumahku dan meninggalkan segala yang kucintai dan aku tidak lagi akan kembali untuk selama-lamanya."

Apabila mayat diletakkan ke dalam keranda, maka berkata lagi mayat, "Demi Allah, wahai jama`ah ku, janganlah kamu percepatkan aku sehingga aku mendengar suara ahliku, anak-anakku dan kaum keluargaku. Sesungguhnya hari ini ialah hari perpisahanku dengan mereka sehingga hari kiamat."

Yang akan ikut mayat

Yang akan ikut mayat adalah tiga hal yaitu:

1. Keluarga

2. Hartanya

3. Amalnya

Ada dua yang kembali dan satu akan tinggal bersamanya yaitu ::

1. Keluarga dan hartanya akan kembali

2. Sementara amalnya akan tinggal bersamanya.

Maka ketika roh meninggalkan jasad...terdengarlah suara dari langit memekik, “wahai fulan anak si fulan..

- Apakah kau yang telah meninggalkan dunia, atau dunia yang meninggalkanmu

- Apakah kau yang telah menumpuk harta kekayaan, atau kekayaan yang telah menumpukmu

- Apakah kau yang telah menumpuk dunia, atau dunia yang telah menumpukmu

- Apakah kau yang telah mengubur dunia, atau dunia yang telah menguburmu.”

Ketika mayat tergeletak akan dimandikan....terdengar dari langit suara memekik, “wahai fulan anak si fulan...

- Mana badanmu yang dahulunya kuat, mengapa kini terkulai lemah

- Mana lisanmu yang dahulunya fasih, mengapa kini bungkam tak bersuara

- Mana telingamu yang dahulunya mendengar, mengapa kini tuli dari seribu bahasa

- Mmana sahabat-sahabatmu yang dahulunya setia, mengapa kini raib tak bersuara”

Ketika mayat siap dikafan...suara dari langit terdengar memekik, “wahai fulan anak si fulan

- Berbahagialah apabila kau bersahabat dengan ridha

- Celakalah apabila kau bersahabat dengan murka allah

Wahai fulan anak si fulan...

Kini kau tengah berada dalam sebuah perjalanan nun jauh tanpa bekal, kau telah keluar dari rumahmu dan tidak akan kembali selamanya, kini kau tengah safar pada sebuah tujuan yang penuh pertanyaan.”

Ketika mayat diusung.... Terdengar dari langit suara memekik, “wahai fulan anak si fulan..

- Berbahagialah apabila amalmu adalah kebajikan

· berbahagialah apabila matimu diawali tobat

· berbahagialah apabila hidupmu penuh dengan taat.”

Ketika mayat siap dishalatkan....terdengar dari langit suara memekik, “wahai fulan anak si fulan..

· setiap pekerjaan yang kau lakukan kelak kau lihat hasilnya di akhirat

· apabila baik maka kau akan melihatnya baik

· apabila buruk, kau akan melihatnya buruk.”

Ketika mayat dibaringkan di liang lahat....terdengar suara memekik dari langit, “wahai fulan anak si fulan...

· apa yang telah kau siapkan dari rumahmu yang luas di dunia untuk kehidupan yang penuh gelap gelita di sini

Wahai fulan anak si fulan...

· dahulu kau tertawa, kini dalam perutku kau menangis

· dahulu kau bergembira, kini dalam perutku kau berduka

· dahulu kau bertutur kata, kini dalam perutku kau bungkam seribu bahasa.”

Ketika semua manusia meninggalkannya sendirian....allah berkata kepadanya, “wahai hamba-ku.....

· kini kau tinggal seorang diri

· tiada teman dan tiada kerabat

· di sebuah tempat kecil, sempit dan gelap..

· mereka pergi meninggalkanmu.. Seorang diri

· padahal, karena mereka kau pernah langgar perintahku

· hari ini,....

· akan kutunjukan kepadamu

· kasih sayang-ku

· yang akan takjub seisi alam

· aku akan menyayangimu

· lebih dari kasih sayang seorang ibu pada anaknya”.

Kepada jiwa-jiwa yang tenang allah berfirman, “wahai jiwa yang tenang

· kembalilah kepada tuhanmu

· dengan hati y ang puas lagi diridhai-nya

· maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-ku

· dan masuklah ke dalam jannah-ku”

MATA YANG TIDAK MENANGIS DI HARI KIAMAT

Semua kaum Muslim berkeyakinan bahwa dunia dan kehidupan ini akan berakhir, akan datang suatu saat ketika manusia berkumpul di pengadilan Allah Swt.

Al-Quran menceritakan berkali-kali tentang peristiwa Hari Kiamat ini, seperti yang disebutkan dalam surah Al-Ghasyiyah ayat 1-16. dalam surah itu, digambarkan bahwa tidak semua wajah ketakutan. Ada wajah-wajah yang pada hari itu cerah ceria. Mereka merasa bahagia dikarenakan perilakunya di dunia. Dia ditempatkan pada surga yang tinggi. Itulah kelompok orang yang di Hari Kiamat memperoleh kebahagiaan.

Tentang wajah-wajah yang tampak ceria dan gembira di Hari Kiamat, Rasulullah pernah bersabda, "Semua mata akan menangis pada hari kiamat kecuali tiga hal. Pertama, mata yang menangis karena takut kepada Allah Swt. Kedua, mata yang dipalingkan dari apa-apa yang diharamkan Allah. Ketiga, mata yang tidak tidur karena mempertahankan agama Allah."

Mari kita melihat diri kita, apakah mata kita termasuk mata yang menangis di Hari Kiamat ? Dahulu, dalam suatu riwayat, ada seorang yang kerjanya hanya mengejar-ngejar hawa nafsu, bergumul dan berkelana di teinpat-tempat maksiat, dan pulang larut malam.Dari tempat itu, dia pulang dalam keadaan sempoyongan. Di tengah jalan, di sebuah rumah, lelaki itu mendengar sayup-sayup seseorang membaca Al-Quran. Ayat yang dibaca itu berbunyi: "Belum datangkah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kenudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang yang fasik (Qs 57: 16).

Sepulangnya dia di rumah, sebelum tidur, lelaki itu mengulangi lagi bacaan itu di dalam hatinya. Kemudian tanpa terasa air mata mengalir di pipinya. Si pemuda merasakan ketakutan yang luar biasa. Bergetar hatinya di hadapan Allah karena perbuatan maksiat yang pemah dia lakukan. Kemudian ia mengubah cara hidupnya. Ia mengisi hidupnya dengan mencari ilmu, beramal mulia dan beribadah kepada Allah Swt., sehingga di abad kesebelas Hijri dia menjadi seorang ulama besar, seorang bintang di dunia taS.A.W uf.

Orang ini bernama Fudhail bin Iyadh. Dia kembali ke jalan yang benar kerena mengalirkan air mata penyesalan atas kesalahannya di masa lalu lantaran takut kepada Allah Swt. Berbahagialah orang-orang yang pernah bersalah dalam hidupnya kemudian menyesali kesalahannya dengan cara membasahi matanya dengan air mata penyesalan. Mata seperti itu insya Allah termasuk mata yang tidak menangis di Hari Kiamat.

Kedua, mata yang dipalingkan dari hal-hal yang dilarang oleh Allah. Seperti telah kita ketahui bahwa Rasulullah pernah bercerita tentang orang-orang yang akan dilindungi di Hari Kiamat ketika orang-orang lain tidak mendapatkan perlindungan. Dari ketujah orang itu salah satu di antaranya adalah seseorang yang diajak melakukan maksiat oleh perempuan, tetapi dia menolak ajakan itu dengan mengatakan, "Aku takut kepada Allah".

Nabi Yusuf as. mewakili kisah ini. Ketika dia menolak ajakan kemaksiatan majikannya. Mata beliau termasuk mata yang tidak akan menangis di Hari Kiamat, lantaran matanya dipalingkan dari apa-apa yang diharamkan oleh Allah Swt.

Kemudian mata yang ketiga adalah mata yang tidak tidur karena membela agama Allah. Seperti mata pejuang Islam yang selalu mempertahahkan keutuhan agamanya, dan menegakkan tonggak Islam. Itulah tiga pasang mata yang tidak akan menangis di Hari Kiamat, yang dilukiskan oleh Al-Quran sebagai wajah-wajah yang berbahagia di Hari Kiamat nanti.

Menghadapi Perusak Perusak Agama Islam

Oleh

Yusuf bin Abdullah bin Yusuf Al-Wabil MA

Dajjal akan keluar dari arah timur, dari Khurasan, dari kampung Yahudiyyah kota Ashbahan. Kemudian mengembara ke selurah penjuru bumi. Maka tidak ada satu pun negeri yang tidak dimasukinya kecuali Makkah dan Madinah, karena kedua kota suci ini selalu dijaga oleh malaikat.

Dalam hadits Fatimah binti Qais terdahulu disebutkan bahwa Nabi saw bersabda mengenai Dajjal,

"Artinya : Ketahuilah bahwa dia berada di laut Syam atau laut Yaman. Oh tidak, bahkan ia akan datang dari arah timur. Apa itu dari arah timur? Apa itu dari arah timur... Dan beliau berisyarat dengan tangannya menunjuk ke arah timur." [Shahih Muslim 18 : 83]

Diriwayatkan dari Abubakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada kami.

"Artinya : Dajjal akan keluar dari bumi ini di bagian timur yang bernama Khurasan. " [Jami' Tirmidzi dengan Syarahnya Tuhfatul Ahwadzi, Bab Maa Saa-a min Aina Yakhruju Ad-Dajjal 6: 495. Al-Albani berkata, "Shahih. " Vide: Shahih Al-Jami' Ash-Sha-ghir 3: 150, hadits nomor 3398]

Dari Anas Radhiyalahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Dajjal akan keluar dari kampung Yahudiyyah kota Ashbahan bersama tujuh puluh ribu orang Ashbahan. " [Al-Fathur Rabbani Tartib Musnad Ahmad 24: 73. Ibnu Hajar berkata, "Shahih. " Periksa: Fathul-Bari 13: 328). Ibnu Hajar berkata, "Adapun mengenai tempat dari mana ia keluar? Maka secara pasti ia akan keluar dari kawasan timur. " (Fathul-Bari 13: 91)]

Ibnu Katsir berkata, "Maka Dajjal akan mulai muncul dari Ashbahan, dari suatu kampung yang bernama Al- Yahudiyyah. " [An-Nihayah fil Fitan wal Ma-lahim 1: 128 dengan tahqiq DR. Thaha Zaini]

DAJJAL TIDAK MEMASUKI KOTA MAKKAH DAN MADINAH

Dajjal diharamkan memasuki kota Makkah dan Madinah ketika ia muncul pada akhir zaman, berdasarkan hadits-hadits yang shahih. Adapun tempat-tempat selain Makkah dan Madinah akan dimasukinya satu demi satu.

Dalam hadits Fatimah binti Qais Radhiyallahu 'anha disebutkan bahwa Dajjal mengatakan, "Maka saya akan keluar dan mengembara di bumi, dan tiada satu pun tempat kecuali saya masuki selama empat puluh malam kecuali Makkah dan Thaibah (Madinah), karena kedua kota itu diharamkan bagi saya untuk memasukinya. Apabila saya hendak memasuki salah satu dari kedua kota tersebut. saya dihadapi oleh malaikat yang menghunus pedang untuk menghardik saya, dan pada tiap-tiap lorongnya ada malaikat yang menjaganya.” [Shahih muslim, Kitab Al-Fitan wa Asyrotis Sa'ah, Bab Qishshotil Jasasah 18: 83]

Juga diriwayatkan bahwa Dajjal tidak akan memasuki empat buah masjid, yaitu masjidil Haram, Masjid Madinah. Masjid Thir, dan masjid Al-Aqsho. Imam Ahmad meriwayatkan dari Jinadah bin Abi Umayyah Al-Azdi, ia berkata. ''Saya pernah pergi bersama seorang lelaki Anshar kepada salah seorang sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu kami berkata. "Tolong ceritakan kepada kami apa yang pernah Anda dengar dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengenai Dajjal, lantas ia mengemukakan hadits itu seraya berkata, "Sesungguhnya ia akan berdiam di bumi selama empat puluh hari yang dalam waktu itu ia dapat mencapai semua tempat minum (sumber air), dan ia tidak mendekati empat buah masjid, yaitu Masjidil Haram, Masjid Madinah, Masjid Thur. dan Masjidil Aqsho." [Al-Fathu Rabbani 24: 76 dengan tartib As-Sa'ati. Al-Haitsami berkata. "Diriwayatkan oleh Ahmad dan perawi-perawinya adalah perawi-perawi shahih." Majma'uz Zawaid 7: 343. Ibnu Hajar berkata, "Perawi-perawinya kepercayaan." Fathul Bari 13: 105]

Adapun yang tersebut dalam riwayat Bukhari dan Muslim dalam kitab Shahihnya (Shahih Bukhari, Kitab Ahaditsul Anbiya', Bab Qaulillah "wadzkur Fil Kitabi Maryam" 6: 477; dan Shahih Muslim, Kitabul Iman, Bab Dzikril Masih Ibni Maryam 'alaihissalam wal- Masihid Dajjal 2: 233-235) yang menyebutkan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah melihat seorang berambut kribo dan buta matanya sebelah kanan sedang meletakkan thawaf di Baitullah, lantas ditanya, kemudian orang-orang menjawab bahwa dia adalah Al-Masih Ad-Dajjal, maka riwayat ini tidak bertentangan dengan terhalangnya Dajjal memasuki kota Makkah dan Madinah, karena terhalangnya Dajjal memasuki kota Makkah dan Madinah adalah besok pada pemunculannya pada akhir zaman. Wallahu a'lam. [Periksa: Syarah Nawawi terhadap Shahih Muslim 2: 234 dan Fathul-Bari 6: 488-489]

PENGIKUT-PENGIKUT DAJJAL

Kebanyakan pengikut Dajjal adalah orang-orang Yahudi, orang Ajam, orang Turki, dan banyak lagi manusia dari berbagai bangsa dan golongan yang kebanyakan dari orang-orang Arab dusun dan kaum wanita.

Muslim meriwayatkan dari Anas bin Malik ra bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya: Dajjal akan diikuti oleh orang-orang Yahudi Ashfahan sebanyak tujuh puluh ribu orang yang mengenakan jubah tiada berjahit. " [Shahih Muslim. Kitabul Fitan wa Asyrotis Sa'ah, Bab Fi Baqiyyah Min Ahaadiitsid Dajjal 18: 85-86)]

Dan dalam riwayat Imam Ahmad disebutkan:

"Tujuh puluh ribu orang yang mengenakan topi. " [Al-Fathur Rabbani Tartib Musnad Ahmad 24: 73. Hadits in: shahih. Periksa: Fathul-Bari 13: 328]

Dan di dalam riwayat Abubakar disebutkan.

“Dia diikuti oleh kaum yang mukanya gelap.” [Riwayat Tirmidzi]

Ibnu Katsir berkata. "Menurut lahirnya -wallahu a 'lam- yang di maksud dengan Tark itu adalah pembantu-pembantu Dajjal." [An-Nihayah Fil Fitan wal Malahim 1: 117]

Demikian pula yang dimaksud dalam hadits Abi Hurairah.

"Tidaklah datang kiamat sehingga kamu memerangi bangsa Khauz dan Kirman dari orang-orang Ajam yang wajahnya merah, hidungnya pipih (pesek). matanya sipit, wajahnya seperti tembaga, dan sepatunya beludru." [Shahih Bukhari, Kitab Al-Manaqib, Bab 'Alamatin Nubuwwab Fil Islam 6: 604]

Adapun pengikut Dajjal kebanyakan dari orang-orang Arab kampung disebabkan pada waktu itu mereka dilanda kebodohan. Di dalam hadits Abi Umamah yang panjang antara lain disebutkan:

Dan di antara fitnahnya –yakni fitnah Dajjal- ialah ia akan berkata kepada orang-orang Arab kampung, "Bagaimana pendapatmu jika aku membangkitkan ayahmu dan ibumu, apakah kamu mau bersaksi bahwa aku adalah tuhanmu ?" Dia menjawab, "Ya." Kemudian ada dua syetan yang menyerupakan diri dengan ayahnya dan ibunya, lantas keduanya berkata, "Wahai anakku, ikutilah dia, sesungguhnya dia adalah tuhanmu." [Sunan Ibnu Majah, Kitabul Fitan 2:1359-1363. Hadits ini shahih. Periksa: Shahih Al-Jami' Ash-Shaghir 6: 273- 277, hadits no. 7752]

Sedangkan kaum wanita yang banyak mengikutinya disebabkan lebih mudah terpengaruh dari pada orang-orang Arab kampung, di samping kebodohan mereka. Di dalam hadits Ibnu Umar ra, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Artinya : Dajjal akan turun di lembah air Murqonah' ini, maka orang yang datang kepadanya kebanyakan kaum wanita, sehingga seseorang akan pergi menemui sahabat karibnya, ibunya, anak perempuanya, saudara perempuannya, dan kepada bibinya untuk meneguhkan hatinya karena kuatir mereka akan pergi menemui Dajjal." [Musnad Ahmad 7: 190 dengan tahqiq Ahmad Syakir, dan beliau berkata, "Isnadnya shahih."]

[Disalin dari kitab Asyratus Sa'ah edisi Indonesia Tanda-Tanda Hari Kiamat, Penulis Yusuf bin Abdullah bin Yusuf Al-Wabl MA, Penerjemah Drs As'ad Yasin, Penerbit CV Pustaka Mantiq]

Kenapa Menolak Bid’ah Hasanah I

Mei 2nd, 2007

Sebahagian mereka yang beranggapan adanya bid’ah hasanah menyandarkan pendapatnya kepada perkataan Umar bin Khattab radhiallohu ‘anhu,

نعم البدعة هذه

“Inilah sebaik-baik bid’ah”. [I’lamul Muwaqqi’in (2/282)]

Maka Jawaban kita ;

Jika kita menerima, bahwa yang dimaksud oleh perkataan Umar radhiallohu ‘anhu adalah sebagaimana yang mereka inginkan dalam menganggap baik perbuatan bid’ah [sekalipun hal ini tidak bisa diterima] maka seseungguhnya tidak dibenarkan kita mengkonfrontasikan sabda rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam dengan perkataan seorangpun dari manusia, siapapun dia, baik itu perkataan Abu Bakar sebagai orang terbaik diantara umat sesudah Nabi-Nya, dan tidak pula perkataan Umar, sebagai orang yang terbaik kedua setelah Nabi Muhammad shallallohu ‘alaihi wasallam, juga tidak bisa dikonfrontasikan dengan ucapan siapapun.

Abdulloh bin Abbas Radhiallohu ‘anhu

يوشك أن تتنزل عليكم حجارة من السماء اقول قال رسول الله صلى الله عليه وسلم

وتقولون قال أبو بكر و عمر

“Hampir-hampir batu berjatuhan dari langit menimpa kalian, aku katakan Rosululloh bersabda, kalian justru mengatakan Berkata Abu Bakar dan Umar.”

Berkata Umar bin Abdul Aziz

لا رأى لأحد مع سنة سنها رسول الله صلى الله عليه وسلم

“Tidaklah diterima pendapat seseorang jika telah ada suatu sunnah yang ditetapkan oleh Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam.

Imam Asy-Syafi’ie berkata ;

أجمع المسلمون على ان من استبان له سنة رسول الله لم يحل لها ان يدعها لقول احد

“Telah sepakat (Ulama) kaum muslimin bahwa barangsiapa yang telah jelas baginya sunnah Rosullulloh, maka tidak halal baginya untuk meninggalkan sunnah tersebut karena ada perkataan orang lain.” [Al-Ibanah, 1/260]

berkata Imam Ahmad bin Hanbal ;

من رد حديث النبي صلى الله عليه وسلم فهو على شفا هلكة

“Barangsiapa yang menolak hadits Nabi Shallallohu ‘alaihi wasallam maka berarti dia telah berada dipinggir jurang kehancuran.”

—————————————————–

Sumber : Al-Luma’ fir rudd ‘alaMuhassinil Bida’ kary. Abdul qayum bin Muhammad bin Nashr As-Sahibany

Bersambung ke bagian II (Insya Alloh)

2 comments to “Kenapa Menolak Bid’ah Hasanah I”

Sepakat!!!, jazaakumullaahu khairan

Baarakallaahu fiikum

by 7n154h Mei 3rd, 2007 at 7:38 am

السلا م عليكم ورحمة الله وبركاته

Lagi2 Bid’ah… semua situs Ikhwah Salafy tidak lepas dari hal yang satu ini..

Akhi… apa yang sebenarnya mengganjal di benak antum ataupun ikhwah yang lain pada umumnya.

Sudah jelas - jelas, dalam pemahaman Bid’ah ini Ulama sudah berbeda pendapat. Bahkan antum menukil Qaul Al Imam Assyafi’i Rahimahullah. Yang sudah jelas2 beliaulah yang berijtihad membagi Bid’ah menjadi 2.

Sebagaimana di riwayatkan secara Shahih dari dua muridnya yang terkenal pada zaman akhir kehidupan beliau yaitu ; Pakar Hadith Mesir, Harmala ibn Yahya al-Tujaybi Rahimahullah. dan al-Rabi’ ibn Sualyman al-Muradi Rahimahullah. ;

Harmala Rah, menyebut : “Aku mendengar Imam al-Shafi’i Rah, berkata : “Bid’ah itu dua jenis (al-bid’atu bid’atan)”

“Bid’ah yang di puji (bid’ah mahmudah) dan bid’ah yang buruk/keji (bid’ah mazmumah). Apa yang selaras dengan Sunnah itu di puji (mahmudah) dan apa yang bertentangan itu buruk/keji (mazmumah.”

Saudaraku, Kita Harus memperhatikan defenisi Imam Asy-Syafi’ie tentang pembagian Bid’ah menurut beliau, Defenisi Bid’ah Mahmudah/Hasanah menurut beliau adalah Apasaja yang ada dalil/asalnya dari syara’ maka ia terpuji. Silahkan lihat Jami’ Ulumi wal hikam Jilid II hal. 52, Maka yang beliau pahami dengan Bid’ah Hasanah adalah bukan Bid’ah menurut Syara’, Karena beliau memasukkan syarat harus mempunyai dalil/asal dalam Syara’. Maka jika suatu perbuatan itu telah ada dalil syara’ maka itu bukan bid’ah. Camkanlah wahai Saudaraku.

Beliau menggunakan dalil dari kenyataan Saidina ‘Umar ibn al-Khattab ra kepada jamaah yang mengerjakan Shalat Tarawih di bulan Ramadhan dengan katanya ; “Alangkan cantiknya bid’ah ini.”

(Diriwayatkan dari Harmala oleh Abu Nu’aym dgn sanad dari Abu Bakr al-Ajurri dalam Hilyat al-Awliya’ dan di nukil oleh Abu Shama dalam al-Ba’ith ‘ala Inkar al-Bida’ wal Hawadith (edisi Riyadh 1990. hal.93), Ibn Hajar dalam Fath al-Bari (edisi 1959, 13:253) dan Ulama2 lain seperti ; Ibn Rajab, al-Turtushi & al-Shawkani. Adapun Riwayat dari Saidina ‘Umar disebut oleh Imam Malik dalam al-Muwatta dan al-Bukhari dalam Shahih Bukhari.

Al-Rabi’ juga meriwayatkan kenyataan yang sama bahwa Imam Al-Shafi’i berkata kepada kami :

‘Perkara baru yang di ada-adakan itu dua jenis (al-muhdathatu min al-umuri darban):

Pertama, perkara baru yang bertentangan dengan al-Qur;an atau Sunnah atau athar Sahabat atau ijma’ apra ‘ulama. Maka bid’ah itu adalah sesat (Fahadzihi al-bid’atu dhalalah).

Kedua, ialah perkara baru yang di adakan dari segala kebaikan (ma uhditha min al-Khayr) yang tidak bertentangan dengan mana-manapun di atas, dan ini bukan bid’ah yang sesat/keji (wahadzihi muhdathatun ghayru madmumah). ‘Umar ra berkata terhadap Shalat Tarawih berjamaah di bulan Ramadhan : “Alangkah cantiknya/baiknya bid’ah ini!” bermaksud bahwa ‘PERKARA BARU’ yang di ada-adakan yang belum ada sebelum ini, tetapi hal itu tidak bertentangan dengan perkara di atas (Al-Qur’an, Sunnah, athar Sahabat dan Ijma’). (Diriwayatkan dari al-Rabi oleh al-Bayhaqi di dalam Madkhal dan Manaqib al-Shafi’i (1:469), dengan sanad Shahih sebagaimana yang di sahkan oleh Imam Ibn Taymiyah Rah. dalam Dar Ta ‘Arud al-Aql wa al-Naql (hal.171) dan melalui al-Bayhaqi oleh Ibn Asakir dalam Tabyin Kadhib al-Muftari (edisi Kawthari, hal.97). Dinukilkan oleh al-Dhahabi dalam Siyar (8:408), Ibn Rajab dalam Jami’ al-Ulum wal Hikam dan Hafidz Ibn Hajar Rah. dalam Fath al-Bari’

Oleh karena itu, Imam Shafi’i telah meletakkan suatu kriteria asas, yang perlu di gunakan dalam menjatuhkan hukum terhadap sesuatu “Perkara Baru”.

Belum lagi Definisi yang senada dari ‘Ulama2 berikut ini ;

1. Imam Ghazali Rah.

2. Qadi Abu Bakr ibn al-’Arabi al-Maliki

3. Ibn Hazm al-Zahiri

4. Ibn al-Jawzi

5. Ibn al-Athir al-Jazairi

Sampai kepada Bid;ah yang di bagi menjadi 5 (Wajib, Sunnah, Mubah, Makruh & Haram) yaitu ;

1. Imam al-Izz Ibn ‘Abdul Salam

Belum lagi dukungan ‘Ulama lain terhadap pembagian Bid’ah menjadi 5 Oleh ;

a. Imam Nawawi Rahimahullah (Tahdhib al-Asma’ wal-Lughat (3:20-22)

b. Imam Al Hafidz Ibnu Hajar (Fath, al-Bari (cetakan 1959 5:156-157 = cetakan 1989 4:318)

Akhi masih banyak lagi… adapun saya cukupkan di sini.

Nah dengan adanya keterangan ini.. apakah Antum dan Ikhwah Salafy lainnya masih mau “Memperselisihkan” ?????….

Semoga Allah SWT memberikan Kita semua Sifat yang Baik dan Akhlaq sebagaimana Rasulullah Shallallaahu ‘Alayhi Wasallam, Para Sahabat Ra dan ‘Ulama2 Salafusshalih, khususnya dalam pendalaman mereka dalam agama.

Walaahu Tabaraka Wata’allam.

والسلا م عليكم ورحمة الله وبركاته

Saudaraku, Jika perkataan-perkataan itu dapat diterima, lantas pantaskah kita meng-konfrontasikan Perkataan Rosul dengan perkataan selainnya ? Padahal Rosulullah telah menegaskan dalam beberapa kesempatan dan waktu yang berbeda bahwa “Setiap Bid’ah adalah Sesat”

Abdulloh bin Abbas Radhiallohu ‘anhu berkata

يوشك أن تتنزل عليكم حجارة من السماء اقول قال رسول الله صلى الله عليه وسلم

وتقولون قال أبو بكر و عمر

“Hampir-hampir batu berjatuhan dari langit menimpa kalian, aku katakan Rosululloh bersabda, kalian justru mengatakan Berkata Abu Bakar dan Umar.”

by Al Faqiir adamlf Mei 9th, 2007 at 4:06 am

ANCAMAN TERHADAP AHLI SUNNAH WAL JAMAAH

Oleh

Abu Syafiq

( Institut Pengajian Tinggi Islam )

Alhamdulillah, segala puji-pujian bagi Allah Tuhan sekalian alam, Dialah Yang Mencipta ?rasy, langit dan bumi, Dialah jua Pencipta tempat, wujudNya tanpa memerlukan tempat. Selawat dan salam ke atas junjungan besar kita Nabi Muhammad, ahli keluarga dan para sahabat baginda.

MUQADDIMAH

Dewasa kini seringkali kita mendengar banyak golongan yang asyik melabelkan diri mereka sebagai Ahli Sunnah Wal Jamaah. Akan tetapi adakah dengan hanya mengaku sedemikian sahaja tanpa bukti yang kukuh harus bagi kita pula menamakan mereka sebagai Ahli Sunnah Wal Jamaah?

Kita jua ketahui bahawa ancaman dan penentangan terhadap Ahli Sunnah Wal Jamaah yang sebenar datang dari pelbagai sudut termasuk wujudnya ajaran-ajaran songsang, aliran-aliran baru yang menyimpang, keganasan yang terkeluar dari erti jihad, isu murtad dan sebagainya.

Apakah mauqif dan peranan kita sebagai Ahli Sunnah Wal Jamaah?

Ramai jua yang tahu peranan masing-masing tetapi mengabaikan tindakan segera atau menganggap ia sebagai suatu yang boleh dilakukan pada masa yang akan datang tanpa disedari semakin hari semakin pupus insan yang mengetahui erti aqidah yang sebenar, semakin hari semakin hilang mutiara ilmu aqidah yang menjadi senjata utama dalam menguatkan serta memajukan lagi taraf insan yang bergelar Ahli Sunnah Wal Jamaah.

Tidak pernah tahukah insan ini dengan sabda Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Asakir dan Imam Abdary bahawa Baginda pernah bersabda yang bermaksud :

? Sesungguhnya manusia itu apabila ia melihat (mengetahui) kemungkaran, tiada pula ia merubahkannya maka Allah akan mengumumkan azabNya ke atas semua manusia ?.

Terlupkah insan ini akan kata-kata yang sering diungkap oleh para ulama seperti

Imam Ali Ad-Daqqoq yang bermaksud :

? Senyap dari menyatakan kebenaran merupakan syaitan bisu ?.

1. AQIDAH

1.1. ERTI AQIDAH DAN KAITANNYA DENGAN AMALAN SOLEH

Aqidah membawa erti pegangan dan kepercayaan seseorang. Pegangan dan kepercayaan ini pula terbahagi kepada dua iaitu benar atau salah. Aqidah yang benar merupakan kunci kepada segala penerimaan ibadah. Tanpa akidah yang benar Allah tidak akan menerima segala amalan soleh. Sekiranya aqidah seseorang itu salah maka yang akan dicatit hanyalah amalan keburukan maka akan hanya dibalas dengan kebururkan. Jesteru itu perkara yang berkaitan dengan aqidah tidak harus dijadikan gurauan-senda atau diremeh-remehkan. Hubungan aqidah dan amalan soleh ini berdalilkan firman Allah yang bermaksud :

? Dan barangsiapa melakukan amalan soleh dari kalangan lelaki ataupun wanita dalam ia beriman (beraqidah dengan aqidah yang betul) maka merekalah yang akan dimasukkan kedalam syurga dan tidak akan dizalimi walaupun sedikit ?.

An-Nisa Ayat 124.

Ayat ini jelas menerangkan bahawa apa sahaja amalan soleh yang dilakukan orang lelaki mahupun perempuan, imanlah syarat utama penerimaan dari Allah. Begitu juga kenyataan dari hadith Nabi yang bermaksud :

? Semulia-mulia amalan adalan beriman kepada Allah dan RasulNya

( beraqidah dengan aqidah yang betul) ?.H.R. Sohih Bukhari.

Ini menandakan bahawa aqidah merupakan sesuatu yang teramat penting dan perlu diutamakan dari masalah-masalah yang lain.

1.2. PARA ULAMA MENGUTAMAKAN ILMU AQIDAH

Oleh kerana pentingnya ilmu aqidah maka kita dapati seluruh para ilmuan islam akan mengutamakan ilmu aqidah. Perkara ini dapat dipetik dari kenyataan Imam tertua diantara mazhab empat iaitu Imam Abu Hanifah menyatakan dalam kitab beliau Fiqhul Absot yang bermaksud :

? Ketahuilah bahawa mendalami ilmu usuluddin (aqidah) itu lebih mulia dari mendalami ilmu feqh ?.

Kenyataan ini tidak bermakna kita tidak harus mempelajari ilmu feqah langsung akan tetapi Imam Abu Hanifah menerangkan kemulian mempelajari dan mengutamakan ilmu aqidah. Begitu juga para ulama yang lain mengutamakan ilmu ini seperti Imam yang menjadi pegangan mazhabnya di tanah air kita iaitu Imam Syafie menyatakan yang bermaksud : ? Kami telah mendalami ilmu tersebut (aqidah) sebelum ilmu ini (feqh) ?.

1.3. AQIDAH AHL SUNNAH WAL JAMAAH

Kesemua aqidah Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah berlandaskan al-quran, al-hadith serta ijmak ulama. Ahli Sunnah menyifatkan Allah dengan sifat-sifat yang telah dinyatakan oleh Allah ta?la sendiri di dalam al-quran dan apa yang telah dinyatakan leh Rasulullah di dalam Hadith baginda tanpa mereka meyandarkan sifat tasbih atau tajsim bagi Allah, mereka juga menafikan sifat duduk, bertempat, berkaki, berbetis, zat yang turun naik dari langit ke bumi, berada di atas langit, berada di atas ?rasy, dan sebagainya dari sifat yang tidak layak bagi Tuhan yang mencipta segala makhlukNya.

Ini semua berdasarkan firman Allah di dalam surah As-syura ayat 11 yang bermaksud :

? Tiada sesuatupun yang menyerupaiNya ?.

Wujudnya Allah tanpa diliputi tempat berdalikan juga dari sabda Nabi Muhammad yang bermaksud :

? Allah telah sedia wujud (azali) dan tiada sesuatupun selain Allah itu azali ?. Riwayat Bukhari dalam Sohih Bukhari. Ini menunjukkan bahawa Dia sahaja yang wujudnya azali manakala tempat, ?rasy, langit, dan selainnya bukan azali.

Ijmak para ulama yang telah dinukilkan oleh Imam Abdul Qohir Bin Tohir Al-Baghdadi dalam kitab Al-Farqu Bainal Firaq halaman 333 cetakan Darul Ma?ifah jelas menunjukkan kewujudan Allah bukanlah berada diatas ?rasy akan tetapi Allah wujud tanpa diliputi oleh tempat :

? Dan telah disepakati dan diijmakkan bahawa Allah tidak diliputi tempat ?. Demikian ijmak para ulama yang tidak boleh ditolak lagi oleh golongan mujassimah dan musyabbihah.

1.4. AQIDAH ULAMA SALAF

Ulama Salaf (bukan waahabi) adalah ulama yang pernah melalui kehidupannya pada era 300Hijriah pertama. Kesemua ulama Salaf berpegang dengan akidah bahawa:

Allah adalah Tuhan sekelian alam yang mencipta setiap sesuatu, wujudNya tanpa permulaan dan tanpa pengakhiran, Maha Suci Allah dari dilingkungi dan diliputi oleh tempat, bahkan wujudNya tanpa berada di sesuatu tempat, bukan di langit wujudNya bukan di bumi pula tempatNya. Allah lah Pencipta ?rasy, diciptakannya untuk menunjukkan kekuasaanNya, bukan pula ianya dijadikan tempat bagi Zat Allah. Kerana Dia Pencipta tempat maka Dia tidak memerlukan tempat. Pegangan ulama Salaf pada ayat mutasyabihat mengenai sifat Allah ta?la pula kebanyakan ulama Salaf memilih jalan tidak mentakwilkan secara tafsily (teperinci) ayat tersebut akan tetapi ditakwil secara ijmaly (menafikan makna zohirnya) dan diserahkan makna sebenar kepada Yang Maha Mengetahui tanpa berpegang dengan zohirnya, tanpa menyandarkan sifat tasybih, tajsim dan bertempat bagi zat Allah. Akan tetapi wujud dikalangan ulama Salaf yang mentakwilkan secara tafsily ayat mutasyabihat seperti Imam Bukhari di dalam kitab beliau Sohih Bukhari mentakwilkan firman Allah di dalam surah Al-Qosos ayat 88 :

? wajahNya ? bererti kerajaanNya ?.

Di sini akan dibawa sebahagian sebahagian sahaja kenyataan dari para ulama Salaf termasuk para sahabat Nabi yang menunjukkan bahawa aqidah ulama Salaf antaranya adalah

Allah wujud tanpa memerlukan tempat :-

1 ? Seorang sahabat Nabi yang terkenal dengan keilmuan beliau pernah dipuji oleh Rasulullah iaitu Imam Saidina Ali Karramallahu Wajhah wafat pada 40Hijriah pernah berkata yang bermakna :

? Sesungguhnya Allah telah wujud tanpa tempat, maka Dia sekarang tetap sedia wujud tanpa tempat ?. Kenyataan ini dinyatakan dalam kitab karangan Imam Abu Mansur Al-Baghdadi dalam kitab beliau yang masyhur Al-Farqu Bainal Firaq pada halaman 256 cetakan Dar Kutub Ilmiah .

Ini memberi erti bahawa diantara aqidah para sahabat serta ulama Salaf adalah

Allah wujud tanpa bertempat iaitu tidak dilingkungi oleh sesuatu tempat mahupun semua tempat. Dalam halaman kitab yang sama juga dinukilkan kenyataan Imam Ali yang bermaksud : ? Sesungguhnya Allah mencipta ?rasy adalah untuk menzahirkan kekuasaanNya dan bukanlah untuk dijadikan tempat bagi zatNya.

2- Imam Syafie Rahimahullah yang wafat pada 204Hijriah

pernah berkata:

? Dalil bahawa Allah wujud tanpa tempat adalah Allah ta?la telah wujud dan tempat pula belum wujud, kemudian Allah mencipta tempat dan Allah tetap pada sifatNya yang azali sebelum terciptanya tempat, maka tidak harus berlaku perubahan pada zatNya dan begitu juga tiada pertukaran pada sifatNya ?.

Kenyataan Imam Syafie ini dinyatakan oleh Imam Al-Hafiz Murtadho Zabidi didalam kitab beliau berjudul Ithaf Sadatul Muttaqin, juzuk kedua, mukasurat 36, cetakan Dar Kutub Ilmiah.

3- Imam yang terkenal dengan karangan kitab aqidah beliau berjudul Aqidah At-Tohawiyah bernama Imam Al-Hafiz Abu Ja?ar At-Tohawy wafat pada 321Hijriah (merupakan ulama Salaf) telah menyatakan dalam kitab beliau tersebut pada halaman 15 cetakan Dar Yaqin yang bermaksud : ? Allah tidak berada (tidak diliputi) pada enam penjuru (atas, bawah, kanan, kiri, depan, belakang) seperti sekalian makhluk ?.

1.5. AQIDAH ULAMA KHALAF

Ulama Khalaf adalah mereka yang hidup selepas 300Hijriah pertama. Aqidah ulama Khalaf juga tidak terkeluar dari landasan Al-Quran dan Al-Hadith serta ijmak ulama. Aqidah ulama Khalaf tidak sama sekali berlawanan dengan aqidah ulama Salaf bahkan akidah ulama Salaf itu adalah aqidah ulama Khalaf begitu jua sebaliknya. Cuma pada segi penerangan mengenai perkara yang berkaitan dengan sifat Allah yang tertentu ulama Khalaf memilih cara penerangan yang lebih terperinci bagi mengelakkan anggapan yang bersifat tasybih atau tajsim pada sifat Allah. Contohnya ramai dikalangan ulama Khalaf mentakwilkan secara tafsily (terperinci) sifat-sifat Allah yang tertentu kepada makna yang mudah difahami oleh orang awam dan penuntu ilmu bagi menjauhkan anggapan yang tidak benar pada sifat Allah. Namun ada juga dikalangan ulama Khalaf yang tidak mentakwilkan secara terperinci.

Disini akan disebut sebahagian sahaja kenyataan para ulama Khalaf bahawa Allah wujud tanpa memerlukan tempat :-

1- Al-Hafiz Ibnu Jauzy Al-Hambaly Rahimahullah wafat pada 597Hijriah telah menyatakan di dalam kitab karangan beliau berjudul Daf? As-Subah Wa At-Tasybih mukasurat 189 cetakan Dar Imam Nawawi :

? Sesungguhnya telah sahih di sisi ulama islam bahawa Allah ta?la tidak diliputi oleh langit, bumi dan tidak berada di setiap tempat ?.

2- Imam Hujjatul Islam Abu Hamid Al-Ghazali yang wafat pada 505Hijriah menyatakan dalam kitab beliau yag masyhur berjudul

Ihya Ulumuddin : ? Dan Allah juga tidak diliputi oleh tempat dan Allah tidak diliputi arah enam dan Allah tidak pula dilingkungi oleh langit dan bumi ?. Rujuk kitab Ifhaf Sadatul Muttaqin Fi Syarh Ihya Ulumuddin, juzuk 2 mukasurat 36 cetakan Dar Kutub Ilmiah, Beirut.

Maka ini bermakna antara aqidah ulama Khalaf adalah Allah wujud tanpa tempat.

1.6. KESEMUA ULAMA SALAF & KHALAF MENTAKWIL AYAT MUTASYABIHAT DARI ZOHIRNYA

Ramai dikalangan para penceramah aqidah menyalah ertikan perkara ini dengan mengatakan ulama Salaf tidak langsung mentakwilkan ayat mutasyabihat mengenai sifat Allah hanya ulama Khalaf sahaja yang mentakwilkan ayat tersebut. Ini adalah tanggapan yang tidak langsung berunsurkan pengkajian yang sebenar kerana dari pentakwilan Imam Bukhari yang dinukilkan diatas serta takwilan beliau dalam Sohih Bukhari juga pada ayat 56 Surah Hud jelas menunjukkan beliau sebagai ulama Salaf telah mentakwilkan ayat mustasyabihat mengenai sifat Allah. Imam Ibnu Hajar Al-Asqolany di dalam Fathul Bary syarahan Sohih Bukhary pada menyatakan Hadith Ad-Dohiku (ketawa) berkata :

? Bukhary telah mentakwilkan hadith Ad-Dohiku (ketawa) dengan erti Rahmah dan Redho ?. Begitu juga Imam Ahmad Bin Hambal yang merupakan ulama Salaf telah mentakwilkan ayat 22 Surah Al-Fajr seperti yang diriwayatkan secara bersanad yang sohih oleh Imam Baihaqi dalam kitab Manaqib Ahmad dari Imam Ahmad:

? Firman Allah : ?an telah datang Tuhanmu? ditakwilkan oleh Imam Ahmad dengan : Telah datang Qudrat Tuhanmu ?.

Antara ulama Salaf yang mentakwilkan ayat 5 dalam Surah At-Toha adalah Imam Salaf Abu Abdul Rahman Abdullah Bin Yahya Bin Al-Mubarak wafat 237Hijriah dalam kitab Ghoribul Quran Wa Tafsiruhu halaman 113 cetakan Muassasah Ar-Risalah, Beirut :

? Firman Allah : ? Ar-Rahman di atas ?rasy beristawa? istawa disini ertinya Menguasai ?.

Diantara ulama Khalaf yang mentakwilkan ayat tersebut secara tafsily adalah Imam Abdul Rahim Bin Abdul Karim Bin Hawazan atau lebih dikenali sebagai Imam Al-Qusyairy telah mentakwilkannya dalam kitab beliua Tazkirah As-Syarqiyah : ? Ar-Rahman di atas ?rasy beristawa? istawa disini ertinya Menguasai, Menjaga dan menetapkan ?rasy ?.

Maka natijahnya bahawa kedua-dua jalan pilihan ulama Salaf dan Khalaf adalah benar dan tidak menyimpang kerana kedua-duanya mentakwilkan cuma bezanya kebanyakan Salaf mentakwil secara ijmaly dan kebanyakan Khalaf mentakwil secara tafsily.

2. MURTAD DAN ANCAMANNYA TERHADAP UMAT ISLAM

Isu murtad menjadi satu masaalah yang paling utama bagi sesebuah negara islam. Untuk menyelesaikan kes murtad ini tidak boleh lari dari mengetahui hukum-hakam berkaitan murtad. Maka mempelajari perkara yang boleh membatalkan islam seseorang adalah perlu sepaya kita tidak terjerus ke kancah murtad dan dapat membantu mengislamkan mereka yang telah murtad.

Perlu diketahui bahawa wajibkan keatas setiap orang Islam menjaga aqidahnya di dalam Islam dan melindungi dirinya dari apa-apa yang memusnahkan(merosakkan), membatalkan, dan memutuskan aqudahnya, ini dinamakan sebagai keluar dari Islam iaitu Riddah (murtad).

Imam an-Nawawiyy dan Imam-imam yang lain pernah menyatakan: ?iddah adalah jenis kekufuran yang paling dibenci?

Telah menjadi satu kebiasaan pada zaman ini dimana seseorang itu dengan secara lalainya menuturkan perkataan-perkataan yang mana membawa mereka keluar dari Islam, mereka tidak menyangka dengan menuturkan perkataan-perkataan itu boleh menjadikan mereka kafir. Maka terjadi kes-kes murtad yang dia tidak sedara bahawa dia telah pun murtad. Semua ini berlandaskan apa yang telah dikhabarkan oleh Rasulullah dalam hadith baginda : ? Sesungguhnya seseorang itu berkata ia dengan kalimat yang tidak disangkakannya merbahaya, yang mana menyebabkannya menjunam jatuh 70 tahun ke dalam neraka ?.

Yakni, menjunam jatuh 70 tahun ke dasar neraka yang dikhaskan untuk orang kafir. Hadith ini diriwayatkan oleh At -Tarmizi (hasan) dengan makna yang sama dari hadith yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.

Hadith ini membuktikan bahawa seseorang itu akan menjadi kafir apabila menuturkan perkataan kufurnya walaupun dia:

o Tidak tahu(jahil) tentang hukumnya

o Tidak suka apa yang dituturkannya ( contoh: secara marah atau berjenaka)

o Tidak percaya apa yang dituturkannya (contoh: secara berjenaka)

Yakni, tidak semestinya dalam keadaan tenang sahaja seseorang itu akan menjadi murtad apabila menuturkan perkataan kufur. Ini adalah kerana berada di dalam keadaan tenang bukanlah menjadi syarat untuk jatuh murtad.

Didalam keadaan marah pun seseorang itu akan jatuh murtad jika dia menuturkan perkataan kufur. Buktinya sebagaimana yang Imam an-Nawawiyy dan yang lain katakan.

Imam Nasafi pernah berkata yang bermaksud :

? Jika seorang lelaki marah pada anaknya atau hambanya dan memukulnya dengan teruk, kemudian datang seorang yang lain bertanya kepadanya, ?enapa engkau melakukan ini? Tidakkah engkau seorang Islam?? Dengan sengaja dia menjawab, ?idak!? , maka dia telah menjadi murtad/kafir.?

Ini juga telah diperkatakan oleh ulama dari mazhab Hanafiyy dan juga yang lain.

Maka kita perlu menjahui dan menghindari umat islam dari dari bahaya murtad yang tersebar.

2.1. PERKARA-PERKARA YANG MENYEBABKAN MURTAD

Tiga perakara yang boleh menyebabkan seseorang itu murtad seperti mana yang telah diterangkan oleh para ulama :-

1- Kufur I?iqady

2- Kufur Fi?y

3- Kufur Qauly

1- Kufur I?iqady ( kufur disebabkan dari pegangan yang salah )

Contoh-contohnya adalah:

a) Ragu-ragu pada Allah atau RasulNya atau Al-Qur?n atau Hari Akhirat atau Syurga atau Neraka atau ganjaranNya atau balasanNya atau perkara yang berkaitan/bersamaan yang mana telah ada ijmak mengenainya.

b) Kepercayaan bahawa dunia ini azali pada jisim dan unsurnya atau cuma jisimnya sahaja.

c) Menafikan salah satu sifat dari sifat-sifat Allah yang diketahui telah ada ijmak seperti Maha Mengetahui segalanya.

d) Menyifati Allah dari apa yang diketahui oleh ulama tidak menepatiNya seperti mempunyai jasad.

e) Menghalalkan apa yang diketahui dikalangan umat Islam sebagai haram seperti zina, liwat, membunuh, mencuri, merompak atau menyamun.

f) Mengharamkan apa yang diketahui dikalangan umat Islam sebagai halal seperti berjual beli atau nikah.

g) Menafikan kewajipan pada perkara yang diketahui dikalangan umat Islam sebagai wajib hukumnya seperti solat 5 waktu atau salah satu daripada sujud, zakat, puasa, haji atau wudu?.

h) Mewajibkan apa yang diketahui dikalangan umat Islam sebagai tidak wajib hukumnya.

2- Kufur Fi?y ( kufur yang disebabkan dari perbuatan ) :

Contoh-contohnya adalah:

a) Sujud pada berhala atau matahari atau bulan.

b) Suju kepada makhluk dengan bertujuan untuk menyembahnya.

3- Kufur Qauly ( kufur yang disebabkan dari perkataan ) :

Contohnya adalah terlalu banyak tidak terhitung darinya.

Dinyatakan disini hanya sebahagian darinya :

a) Memanggil kepada seorang Islam yang lain: ? Wahai kafir!? atau ?ahai Yahudi!?, ? Wahai Kristian!? atau ?ahai orang yang tanpa agama!? dengan makna agama orang yang dikatakan adalah agama yang bersifat kufur atau agamanya adalah Yahudi, Kristian ataupun tanpa pegangan agama tetapi bukan bertujuan untuk menyamakan perbuatan beliau itu dengan perbuatan orang kafir.

b) Mempermain-mainkan salah satu daripada nama Allah , janjiNYA , ancamanNya oleh orang yang sedar ini adalah antara sifat Allah ta?la.

2.3. TAUBAT MURTAD

Adalah menjadi kewajipan bagi orang yang murtad untuk:

1- Kembali kepada Islam serta merta dengan mengucapkan kalimah shahadah.

2- Meninggalkan segala perkara yang menyebabkan riddah.

3- Berazam tidak akan mengulanginya lagi sehingga mati.

Jika seseorang itu tidak kembali kepada Islam dengan serta merta dengan ucapan kalimah shahadah , maka dia mesti dipaksa untuk mengucapkannya.

Jika dia tidak juga kembali kepada Islam selepas diarahkannya untuk kembali kepada Islam yakni hasil dari penyaksian 2 lelaki yang adil atau dari pengakuan si murtad itu sendiri, maka Khalifah akan membunuhnya (dan ini tidak bermakna si murtad boleh terkecuali dari dipaksa dengan memeluk agama lain kerana tidak diterima darinya selain dari agama Islam).

Ini dilakukan dengan bersandarkan kepada hadith yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang bermakna:

? Barangsiapa yang meninggalkan Islam bunuhlah ia.?

Maka batal baginya:

puasa, tayammum, nikah (sebelum jimak untuk kali pertama),

nikah (selepas jima? untuk kali pertama) sekiranya dia tidak kembali kepada Islam didalam waktu ^iddah.

Nikah orang yang murtad(lelaki atau perempuan)adalah tidak sah samada dengan orang yang Islam ataupun dengan orang yang bukan Islam.

Haram hukumnya memakan daging sembelihan orang yang murtad. Si murtad tidak boleh mewarisi harta dan hartanya juga tidak boleh diwarisi.

Sekiranya dia mati, mayatnya tidak boleh ( haram) :

Disembahyangkan (sesiapa yang menyembahyangkannya akan menjadi murtad sepertinya), dimandikan , dikafankan atau dikuburkan di tanah perkuburan Islam.

Hartanya akan diserahkan kepada fay? .

oleh Abu Syafiq

Friday, July 6, 2007

(MESTI BACA) Ibnu Taimiah Bertaubat Dari Akidah Salah

(MESTI BACA) Ibnu Taimiah Bertaubat Dari Akidah Salah

petikan bersumber dari http://www.abu-syafiq.blogspot.com/

Oleh: abu_syafiq As-Salafy (012-2850578)

Assalamu3alaykum

Ramai yang tidak mengkaji sejarah dan hanya menerima pendapat Ibnu Taimiah sekadar dari bacaan kitabnya sahaja tanpa merangkumkan fakta sejarah dan kebenaran dengan telus dan ikhlas. Dari sebab itu mereka (seperti Wahhabiyah) sekadar berpegang dengan akidah salah yang termaktub dalam tulisan Ibnu Taimiah khususnya dalam permasaalahan usul akidah berkaitan kewujudan Allah dan pemahaman ayat " Ar-Rahman ^alal Arasy Istawa". Dalam masa yang sama mereka jahil tentang khabar dan berita sebenar berdasarkan sejarah yang diakui oleh ulama dizaman atau yang lebih hampir dengan Ibnu Taimiah yang sudah pasti lebih mengenali Ibnu Taimiah daripada kita dan Wahhabiyah.

Dengan kajian ini dapatlah kita memahami bahawa sebenarnya akidah Wahhabiyah antaranya :

1-Allah duduk di atas kursi.

2-Allah duduk dan berada di atas arasy.

3-Tempat bagi Allah adalah di atas arasy.

4-Berpegang dengan zohir(duduk) pada ayat "Ar-Rahman ^alal Arasy Istawa".

5-Allah berada di langit.

6-Allah berada di tempat atas.

7-Allah bercakap dengan suara.

8-Allah turun naik dari tempat ke tempat

dan selainnya daripada akidah kufur sebenarnya Ibnu Taimiah telah bertaubat daripada akidah sesat tersebut dengan mengucap dua kalimah syahadah serta mengaku sebagai pengikut Asyairah dengan katanya "saya golongan Asy'ary".

(Malangnya Wahhabi mengkafirkan golongan Asyairah, lihat buktinya :http://abu-syafiq.blogspot.com/2007/05/hobi-wahhabi-kafirkan-umat-islam.html).

Syeikhul Islam Imam Al-Hafiz As-Syeikh Ibnu Hajar Al-Asqolany yang hebat dalam ilmu hadith dan merupakan ulama hadith yang siqah dan pakar dalam segala ilmu hadith dan merupakan pengarang kitab syarah kepada Sohih Bukhari berjudul Fathul Bari beliau telah menyatakan kisah ini serta tidak menafikan kesahihannya dan ianya diakui oleh para ulama seperti Imam Ibnu hajar Al-Asqolany dalam kitab beliau berjudul Ad-Durar Al-Kaminah Fi 'ayan Al-Miaah As-Saminah yang disahihkan kewujudan kitabnya oleh ulama-ulama Wahhabi juga termasuk kanak-kanak Wahhabi di Malaysia ( Mohd Asri Zainul Abidin).

Kenyatan bertaubatnya Ibnu Taimiah dari akidah sesat tersebut juga telah dinyatakan oleh seorang ulama sezaman dengan Ibnu Taimiah iaitu Imam As-Syeikh Syihabud Din An-Nuwairy .

Ini penjelasannya :

Berkata Imam Ibnu Hajar Al-Asqolany dalam kitabnya berjudul Ad-Durar Al-Kaminah Fi "ayan Al-Miaah As-Saminah cetakan 1414H Dar Al-Jiel juzuk 1 m/s 148 dan Imam As-Syeikh Syihabuddin An-Nuwairy wafat 733H cetakan Dar Al-Kutub Al-Misriyyah juzuk 32 m/s 115-116 dalam kitab berjudul Nihayah Al-Arab Fi Funun Al-Adab nasnya:

وأما تقي الدين فإنه استمر في الجب بقلعة الجبل إلى أن وصل الأمير حسام الدين مهنا إلى الأبواب السلطانية في شهر ربيع الأول سنة سبع وسبعمائة ، فسأل السلطان في أمره وشفع فيه ، فأمر بإخراجه ، فأخرج في يوم الجمعة الثالث والعشرين من الشهر وأحضر إلى دار النيابة بقلعة الجبل ، وحصل بحث مع الفقهاء ، ثم اجتمع جماعة من أعيان العلماء ولم تحضره القضاة ، وذلك لمرض قاضي القضاة زين الدين المالكي ، ولم يحضر غيره من القضاة ، وحصل البحث ، وكتب خطه ووقع الإشهاد عليه وكتب بصورة المجلس مكتوب مضمونه : بسم الله الرحمن الرحيم شهد من يضع خطه آخره أنه لما عقد مجلس لتقي الدين أحمد بن تيمية الحراني الحنبلي بحضرة المقر الأشرف العالي المولوي الأميري الكبيري العالمي العادلي السيفي ملك الأمراء سلار الملكي الناصري نائب السلطنة المعظمة أسبغ الله ظله ، وحضر فيه جماعة من السادة العلماء الفضلاء أهل الفتيا بالديار المصرية بسبب ما نقل عنه ووجد بخطه الذي عرف به قبل ذلك من الأمور المتعلقة باعتقاده أن الله تعالى يتكلم بصوت ، وأن الاستواء على حقيقته ، وغير ذلك مما هو مخالف لأهل الحق ، انتهى المجلس بعد أن جرت فيه مباحث معه ليرجع عن اعتقاده في ذلك ، إلى أن قال بحضرة شهود : ( أنا أشعري ) ورفع كتاب الأشعرية على رأسه ، وأشهد عليه بما كتب خطا وصورته : (( الحمد لله ، الذي أعتقده أن القرآن معنى قائم بذات الله ، وهو صفة من صفات ذاته القديمة الأزلية ، وهو غير مخلوق ، وليس بحرف ولا صوت ، كتبه أحمد بن تيمية . والذي أعتقده من قوله : ( الرحمن على العرش استوى ) أنه على ما قاله الجماعة ، أنه ليس على حقيقته وظاهره ، ولا أعلم كنه المراد منه ، بل لا يعلم ذلك إلا الله تعالى ، كتبه أحمد بن تيمية . والقول في النزول كالقول في الاستواء ، أقول فيه ما أقول فيه ، ولا أعلم كنه المراد به بل لا يعلم ذلك إلا الله تعالى ، وليس على حقيقته وظاهره ، كتبه أحمد بن تيمية ، وذلك في يوم الأحد خامس عشرين شهر ربيع الأول سنة سبع وسبعمائة )) هذا صورة ما كتبه بخطه ، وأشهد عليه أيضا أنه تاب إلى الله تعالى مما ينافي هذا الاعتقاد في المسائل الأربع المذكورة بخطه ، وتلفظ بالشهادتين المعظمتين ، وأشهد عليه بالطواعية والاختيار في ذلك كله بقلعة الجبل المحروسة من الديار المصرية حرسها الله تعالى بتاريخ يوم الأحد الخامس والعشرين من شهر ربيع الأول سنة سبع وسبعمائة ، وشهد عليه في هذا المحضر جماعة من الأعيان المقنتين والعدول ، وأفرج عنه واستقر بالقاهرة

Saya terjemahkan beberapa yang penting dari nas dan kenyataan tersebut:

1-

ووجد بخطه الذي عرف به قبل ذلك من الأمور المتعلقة باعتقاده أن الله تعالى يتكلم بصوت ، وأن الاستواء على حقيقته ، وغير ذلك مما هو مخالف لأهل الحق

Terjemahannya: "Dan para ulama telah mendapati skrip yang telah ditulis oleh Ibnu Taimiah yang telahpun diakui akannya sebelum itu (akidah salah ibnu taimiah sebelum bertaubat) berkaitan dengan akidahnya bahawa Allah ta'ala berkata-kata dengan suara, dan Allah beristawa dengan erti yang hakiki (iaitu duduk) dan selain itu yang bertentangan dengan Ahl Haq (kebenaran)".

Saya mengatakan :

Ini adalah bukti dari para ulama islam di zaman Ibnu Taimiah bahawa dia berpegang dengan akidah yang salah sebelum bertaubat daripadanya antaranya Allah beristawa secara hakiki iaitu duduk. Golongan Wahhabiyah sehingga ke hari ini masih berakidah dengan akidah yang salah ini iaitu menganggap bahawa Istiwa Allah adalah hakiki. Sedangkan ibnu Taimiah telah bertaubat dari akidah tersebut.

2-

قال بحضرة شهود : ( أنا أشعري ) ورفع كتاب الأشعرية على رأسه

Terjemahannya: " Telah berkata Ibnu Taimiah dengan kehadiran saksi para ulama: ' Saya golongan Asy'ary' dan mengangkat kitab Al-Asy'ariyah di atas kepalanya ( mengakuinya)".

Saya mengatakan : Kepada Wahhabi yang mengkafirkan atau menghukum sesat terhadap Asya'irah, apakah mereka menghukum sesat juga terhadap Syeikhul islam mereka sendiri ini?!

Siapa lagi yang tinggal sebagai islam selepas syeikhul islam kamu pun kamu kafirkan dan sesatkan?! Ibnu Taimiah mengaku sebagai golongan Asy'ary malangnya Wahhabi mengkafirkan golongan Asya'ry pula, rujuk bukti Wahhabi kafirkan golongan As'y'ary :http://abu-syafiq.blogspot.com/2007/05/hobi-wahhabi-kafirkan-umat-islam.html.

3-

والذي أعتقده من قوله : ( الرحمن على العرش استوى ) أنه على ما قاله الجماعة ، أنه ليس على حقيقته وظاهره ، ولا أعلم كنه المراد منه ، بل لا يعلم ذلك إلا الله تعالى ، كتبه أحمد بن تيمية

Terjemahan khot tulisan Ibnu Taimiah dihadapan para ulama islam ketika itu dan mereka semua menjadi saksi kenyataan Ibnu Taimiah :

" Dan yang aku berpegang mengenai firman Allah 'Ar-Rahman diatas Arasy istawa' adalah sepertimana berpegangnya jemaah ulama islam, sesungguhnya ayat tersebut bukan bererti hakikatnya(duduk) dan bukan atas zohirnya dan aku tidak mengetahui maksud sebenar-benarnya dari ayat tersebut bahkan tidak diketahui makna sebenr-benarnya dari ayat tersebut kecuali Allah.Telah menulis perkara ini oleh Ahmad Ibnu Taimiah".

Saya mengatakan: Ibnu Taimiah telah bertaubat dan mengatakan Ayat tersebut bukan atas zohirnya dan bukan atas hakikinya iaitu bukan bererti Allah duduk mahupun bertempat atas arash. Malangnya kesemua tok guru Wahhabi sehingga sekarang termasuk Al-Bani, Soleh Uthaimien, Bin Baz dan kesemuanya berpegang ayat tersebut secara zohirnya dan hakikatnya (duduk dan bertempat atas arasy). Lihat saja buku-buku mereka jelas menyatakan sedemikian.

Maka siapakah syeikhul islam sekarang ini disisi Wahhabiyah atau adakah syeikhul islam anda wahai Wahhabi telah kafir disebabkan taubatnya?!

4-

وأشهد عليه أيضا أنه تاب إلى الله تعالى مما ينافي هذا الاعتقاد في المسائل الأربع المذكورة بخطه ، وتلفظ بالشهادتين المعظمتين

Terjemahannya berkata Imam Nuwairy seperti yang dinyatakan juga oleh Imam Ibnu Hajar Al-Asqolany : " Dan aku antara saksi bahawa Ibnu Taimiah telah bertaubat kepada Allah daripada akidah yang salah pada empat masaalah akidah yang telah dinyatakan, dan Ibnu Taimiah telah mengucap dua kalimah syahadah(bertaubat daripada akidah yang salah pernah dia pegangi terdahulu)".

Saya mengatakan: Ibnu Taimiah telah memeluk islam kembali dengan mengucap dua kalimah syahadah dan mengiktiraf akidahnya sebelum itu adalah salah dan kini akidah yang salahnya itu pula dipegang oleh golongan Wahhabiyah. Maka bilakah pula golongan Wahhabiyah yang berpegang dengan akidah yang salah tersebut akan memluk agama islam semula seperti yang dilakukan oleh rujukan utama mereka yang mereka sendiri namakan sebagai Syeikhul Islam?!.Jadikan qudwah dan ikutan Ibnu Taimiah dalam hal ini wahai Wahhabiyah!.Ayuh! bertaubatlah sesungguhnya kebenaran itu lebih tinggi dari segala kebatilan. Pintu taubat masih terbuka bagi Wahhabi yang belum dicabut nyawa.

ULAMA YANG MENYATAKAN DAN MENYAKSIKAN KISAH TAUBATNYA

IBNU TAIMIAH.

Selain Imam Ibnu Hajar Al-Asqolany dalam kitabnya berjudul Ad-Durar Al-Kaminah Fi "ayan Al-Miaah As-Saminah cetakan 1414H Dar Al-Jiel juzuk 1 m/s 148

dan Imam As-Syeikh Syihabuddin An-Nuwairy wafat 733H cetakan Dar Al-Kutub Al-Misriyyah juzuk 32 m/s 115-116 dalam kitab berjudul Nihayah Al-Arab Fi Funun Al-Adab yang menyatakan kisah taubat Ibnu Taimiah ramai lagi ulama islam yang menyaksikan dan menceritakan kisah pengakuan tersebut antaranya lagi :

-As-Syeikh Ibnu Al-Mu'allim wafat tahun 725H dalam kitab Najmul Muhtadi Wa Rojmul Mu'tadi cetakan Paris nom 638.

-As-Syeikh Ad-Dawadai wafat selepas 736H dalam kitab Kanzu Ad-Durar - Al0Jam'-239.

-As-Syeikh Taghry Bardy Al-Hanafi bermazhab Hanafiyah wafat 874H dalam Al-Minha As-Sofi m/s576 dan beliau juga menyatakn sepertimana yang dinyatakan nasnya oleh Imam Ibnu Hajar Al-Asqolany dalam kitabnya yang lain berjudul An-Nujum Az-Zahirah Al-Jami' 580.

Merekalah dan selain mereka telah menyatakan taubat Ibnu Taimiah daripada akidah Allah Duduk dan bertempat di atas arasy.

Kata-kata akhirku dalam penerangan kajian ringkas berfakta ini..

Wahai Wahhabiyah yang berakidah Allah Duduk di atas arasy. Itu adalah akidah kristian kafir dan yahudi laknat (Rujuk bukti :http://abu-syafiq.blogspot.com/2007/05/penjelasan1-allah-duduk-atas-arasy.html .

Berpeganglah dengan akidah salaf sebenar dan khalaf serta akidah ahli hadith yang di namakan sebagai akidah Ahli Sunnah Wal Jamaah iaitu Allah tidak memerlukan kepada mana-mana makhlukNya termasuk tempat dilangit mahupun tempat di atas arasy.

Semoga Allah merahmati hambaNya yang benar-benar mencari kebenaran.

Wassalam.

Posted by Jihad Wahabi at 11:12 AM

1 comments:

Tablighster said...

Saya rasa gembira dengan penerangan di atas, tidak syak lagi sikap Ibnu Taimiyah yang mengaku kesilapannya dalam perkara di atas seharusnya dipuji. Ini benar-benar mencerminkan keimanan beliau yang tinggi. Beliau tidak berasa malu membetulkan fatwa-fatwanya yang silap. Ini juga menunjukkan betapa pentingnya kita mempelajari sirah ulama-ulama supaya kita dapat memahami perkara sebenar yang telah berlaku.

Kesinambungan daripada sikap 'berani mengaku salah' Ibnu Taimiyah itu, saya terfikir, sejauh manakah tokoh-tokoh Khawarij moden ini (Wahabi) sanggup melakukan apa yang dilakukan oleh Ibnu Taimiyah?

Sanggupkah mereka merendahkan ego mereka untuk mengaku kesilapan mereka?

Sanggupkah mereka memohon maaf kepada orang yang pernah ditakfirkan mereka?

Benak saya mengatakan, ‘jauh panggang daripada api’! Tokoh-tokoh Wahabi ini tidak mempunyai KEJANTANAN yang sejati untuk mengaku kesilapan mereka. Malah mereka langsung tidak nampak kesilapan mereka, apa yang mereka nampak ialah ‘kuman di seberang laut dan bukannya gajah di depan mata’.

Di sini saya ingin mengambil kesempatan untuk menambah sedikit tentang keberanian Ibnu Taimiyah yang membetulkan fatwanya yang silap. Selain membetulkan fatwanya tentang aqidah, Ibnu Taimiyah juga pernah membetulkan fatwanya terhadap ulama sufi. Jika kita lihat dalam penulisan-penulisan tokoh Wahabi, setakat ini saya belum menjumpai lagi tokoh-tokoh Khawarij ini berani mengeluarkan fakta ini (Ibnu Taimiyah menarik fatwanya ke atas ulama Sufi).

Apakah fakta sejarah tersebut?

Umumnya kita mengetahui bahawa Ibnu Taimiyah pernah menjatuhkan hukum zindiq dan ilhad kepada seorang ulama tasauf yang besar iaitu Ibnu Arabi. Untuk pengetahuan sidang pembaca sekalian, Ibnu Arabi ialah seorang tokoh sufi bermazhab Ahlu Sunnah Wal Jamaah (ini telah diperakui oleh Imam Nawawi, Ibnu Hajar Al-Haitami & Jalaludin As-Sayuti).

Namun begitu, disebabkan hasil karyanya yang tinggi mutu sastera Arabnya, menyebabkan ia amat sukar untuk difahami. Jika tidak dibimbing dengan guru yang arif, boleh menimbulkan salah faham.

Jadi, tidak sedikit daripada tokoh ulama besar pernah menjatuhkan hukum Ilhad dan Zindiq kepadanya.Termasuklah Ibnu Taimiyah & anak muridnya Imam Zahabi.

Apa yang ingin saya ketengahkan di sini ialah, sungguhpun Ibnu Taimiyah pernah menjatuhkan hukum Ilhad (keluar dari agama) kepada Ibnu Arabi, pada penghujung hayatnya beliau telah MENARIK BALIK fatwanya ke atas Ibnu Arabi.Fakta ini terdapat dalam sebuah jurnal sejarah yang dikarang oleh pakar sejarah Sheikh Ghurab Al-Dimasyqi.

Beliau banyak mengkaji sejarah hidup Ibnu Arabi dan kritikan Ibnu Taimiyah terhadapnya. Untuk membincangkan hal ini saya petik terjemahan jurnal sejarahnya yang diterbitkan pada tahun 1980-an, terbitan Dar Al-Fikr, Damsyik.

Dalam jurnalnya, Sheikh Ghurab telah membuat dua penerangan.

Penerangan pertama – Beliau (Sheik Ghurab) berpendapat bahwa Ibnu Taimiyyah telah menjatuhkan hukum kafir kepada Ibnu Arabi secara melulu kerana Ibnu Taimiyyah tidak pernah membaca kitab Ibnu Arabi, beliau hanya mendengarnya daripada mulut orang lain. Oleh itu, penjatuhan hukum ke atas Ibnu Arabi tidak sah dan tidak mengikut hukum-hukum ilmu Fiqh kerana ilmu Fiqh mewajibkan hukuman dijatuhkan dengan bukti-bukti yang nyata, sedangkan Ibnu Taimiyyah menghukum Ibnu Arabi secara Zhan (syak) dan bukan secara Haq.

Kedua, menurut Sheikh Ghurab dalam jurnal sejarahnya, seorang tokoh ulama yang terdahulu bernama Sheikh Mahmud Al-Rankusi pernah membuat penilaian dan kajian terhadap metodologi yang digunakan oleh Ibnu Taimiyyah atas mengkafirkan Ibnu Arabi. Beliau dapati, metodologi yang digunakan Ibnu Taimiyyah tidak menepati syarat-syarat kritikal. Lihat sedutan petikan di bawah,

“The late hadith scholar of Damascus Shaykh Mahmud al-Rankusi similarly affirmed that Ibn Taymiyya answered questions about Ibn `Arabi without confirming them against his actual writings, and that the sharp temper of the former further complicated his attitude towards the Shaykh.

On the basis of these opinions and in the light of Ibn Taymiyya's occasional reservations and his otherwise apparently correct approach to ambiguous expressions, it seems that the misquotations of Ibn `Arabi became so numerous in Ibn Taymiyya's time that it became inconceivable to him that they were all incorrect, whereupon he treated them as facts. The errors causing these misquotations can also be inferred from the fact that since the misquotations revolved around issues of doctrine - in which misunderstandings are fraught with grave dangers - and in light of the Shaykh's complex style and obscure expressions, queries would be commonly sent to muftis concerning what some people thought they had read, without actually citing nor understanding the expressions in question.

All this could have been avoided by the due observance of faithfulness (amana) in textual citation, as the early scholars insisted with reference to hadith transmission. Yet many later scholars, beginning with Ibn Taymiyya and after him, relied on second and third-hand paraphrases and attributions, endorsing the accusations against Ibn `Arabi and even generalizing them so as to target all tasawwuf.”

Menurut Sheikh Mahmud Al-Rankusi lagi, Ibnu Taimiyyah akhirnya mengubah pendiriannya terhadap Ibnu Arabi, seperti yang dinyatakan di bawah,

“Finally, Ibn Taymiyya in his letter to al-Munayji actually states his admiration for the Futuhat and reserves his criticism only for the Fusus,”

Kenyataan Ibnu Taimiyyah kepada Al-Munaiji ini terdapat dalam kitabnya Tawhid al-Rububiyya dalam teks besar Majmu`a al-Fatawa ( Jilid 2, m/s 464-465).

Memandangkan Ibnu Taimiyah sedar bahawa beliau telah menjatuhkan hukum sesat dan ilhad kepada Ibnu Arabi secara tidak sah, beliau dengan beraninya MENARIK BALIK fatwanya secara terbuka.

Ini barulah dikatakan sikap ‘jantan’ dalam berdakwah, sikap ‘jantan’ dalam beragama.

Adakah sikap ‘jantan’ ini ada pada tokoh-tokoh Wahabi?

Adakah sikap ‘jantan’ ini ada pada ‘anak-anak Wahabi’?

Saya juga ingin mengambil kesempatan ini untuk menyelar sikap tokoh-tokoh Wahabi yang menyembunyikan kebenaran walaupun ia datang daripada mentor gerakan mereka iaitu Ibnu Taimiyah.

Jadi, tahulah kita siapa sebenarnya ‘jantan’ dan siapa sebenarnya yang ‘pengecut’. Sekarang tahulah kita bahawa Ibnu Taimiyah itu sebenarnya bukanlah mentor sejati mereka. Nama Ibnu Taimiyah itu hanya sekadar ‘camouflage’ atau bayangan sahaja. Mentor sebenar gerakan mereka tidak lain tidak bukan ialah Nafsu Serakah dalam diri mereka sendiri.

Akhirkata, kepada penyokong-penykong kuat Wahabi, saya seru saudara sekalian bersikap adil. Jangan mudah menjatuhkan hukum hanya semata-mata mendengar ceramah sahaja, hanya semata-mata mendengar kaset syarahan sahaja. Pelajarilah sejarah tamadun Islam, pelajarilah sejarah tokoh-tokoh ulama. Setelah menilai dari segenap segi (pro & kontra) barulah menjatuhkan hukum. Jangan menjatuhkan hukum mengikut perasaan. Itu zalim namanya.

Ingatlah, Islam itu bukan sebesar tamadun Kerajaan Al-Saud semata-mata, & bukan sebesar perspektif Wahabi sahaja. Ilmu Islam itu melangkaui tujuh petala langit dan tujuh petala bumi, kerana ilmu Islam ini adalah milik Allah s.w.t.

Salam Jihad,

Tablighster

…Sesungguhnya mudah bagi manusia mempercayai seribu penipuan, tetapi amat sukar baginya untuk mempercayai satu kebenaran….Kung Fu Tze

July 9, 2007 12:56 PM

Monday, June 4, 2007

KEMBARA DI NEGERI TERBIDAAH

KEMBARA DI NEGERI TERBIDAAH

APRIL 2020- Kami pertama kali berada di Negeri Terbidaah, negeri baru yang diwujudkan di atas Banjaran Titiwangsa. Pagi. Kami ke stadium utama Negeri Terbidaah. Ada program riadah pagi bersama Dato’ Mufti Negeri Terbidaah. Terkebil-kebil mata kami melihat Dato’ Mufti yang telah tua bersama anak-anak buahnya bermain bolasepak dengan hanya berseluar pendek. Isteri-isteri kami langsung keluar stadium, tidak sanggup melihat adegan sebegitu.

Selepas tamat permainan, kami tanyakan salah seorang pemain, mengapa pakai seluar pendek saja? Jawabnya ringkas, “Ana talfiq dengan ulama yang kata paha bukan aurat.” Kami terdiam, saling berpandangan. Kawanku Ghazali memberanikan diri mendekati Tok Mufti lalu bertanya soalan yang sama. Jawabnya, “Ana ada kesarjanaan dalam bidang ini. Ana dah saring sumber-sumber yang ada dan ana ijtihad paha bukan aurat.” Baru kami tahu, rupanya mufti Negeri Tersunnah seorang mujtahid, agaknya mujtahid mutlak yang setanding dengan imam-imam Mazhab. Syabas Negeri Terbidaah.
Tiba-tiba melintas pula salah seorang pemain yang seluarnya tak ubah seperti seluar dalam para perenang. Sebelum sempat kami bertanya, dia dah menjawab, “Semua orang kena ijtihad, semua orang boleh ijtihad. Pintu ijtihad tak pernah tertutup. Ijtihad ana, aurat yang wajib ditutup hanyalah aurat berat iaitu kemaluan depan dan belakang. Selain itu harus dipertontonkan.”
Terbeliak mata Syafie, Ghazali, Haitami, Ansari dan aku sendiri. Haitami dan Ansari yang masih awal remaja terketar-ketar perut mereka menahan ketawa.
Tak semena-mena seorang pemain lain menyampuk, “Betul kata kawan saya tu encik. Kalau nak tau, kami semua tak pakai “spenda” sebab zaman Nabi mana ada spenda. Bidaah semua tu.”
Apa lagi… kami punya “control” daripada tergelak besar tak tahulah nak kata.

Habis riadah ada jamuan. Semua orang boleh makan. Isteri Syafie tiba-tiba berlari ke tepi lalu termuntah. Isteri Ghazali tolong urut belakangnya. Kami berkejar menyelidik apa punca. Rupa-rupanya ada hidangan katak goreng. Baunya memang menyelerakan. Ghazali cuba nak bertanya kepada peniaga, tapi dengan pantas aku menahannya.
Setelah kami agak jauh, baru aku bersuara, “Li, jawapan dia tak lain talfiq, atau ijtihad atau yang sewaktu dengannya. Tak kan kau tak tahu ada ulama dulu yang halalkan makan katak.”
Haitami dan Ansari berani pergi lebih dekat. Mereka berpeluang melihat Tok Mufti memamah katak goreng dengan lahapnya. “Sila, sila,” kata Tok Mufti.

Kami terjumpa sekumpulan muallaf di stadium itu. Mereka amat mesra. Kami saling berkenalan. Yang pertama berketurunan India namanya Abdul Rahman bin Balasundram. Yang kedua keturunan Cina namanya Mohd Asri bin Yap Man Kee. Haitami dan Ansari ketawa terbahak-bahak mendengar perkataan “Man Kee” yang seakan-akan “monkey”. Yang ketiga keturunan Indian Inca bernama Kamal bin Akupunggung. Tawa Haitami dan Ansari pecah meletup sampai terduduk. Kami pun turut tertawa kecil. Kalau tak ada orang, boleh jadi meletup juga tawa kami. Yang keempat keturunan orang asli bernama Salahuddin bin Penyet.
Yang kelima Iban… rupanya bukan Islam. Katanya dulu memang sudah Islam. Hari pertama dia Islam, dia hendak menggunakan nama Muhammad bin Abdullah. Pihak terbabit kata HARAM buat begitu kerana WAJIB guna nama bapa asal. Dia terpaksa guna nama Muhammad bin Jibaok. Setelah puas bertengkar, dia cancel mahu jadi Islam.
Katanya kepada kami, “You tengok le, fisrt day I nak jadi Muslim, I dikatakan sudah buat dosa dengan sengaja coz diorang kata wajib, bukan digalakkan guna nama bapa asal. I join Islam nak buat pahala, tup-tup baru nak masuk sudah dapat dosa. Pada I le, kalau this is Islam, it’s not a religion. You orang jangan kecil hati ha.”
Selama setengah jam juga kami cuba betulkan pandangannya dan syukur, dia mengucap dua kalimah syahadah ketika itu juga. Kami nasihatkan dia agar gunalah nama apa saja yang dia niatkan. Dalam kad pengenalan, itu nama yang pihak berkuasa beri, bukan pilihan kita. Itu bukan nama kita, sekadar nak penuhi undang-undang saja. Jadi diapun menggunakan nama Muhammad bin Abdullah walaupun dalam kad pengenalanya nanti akan tertera Muhammad bin Jibaok.

Kami lapar, nak makan. Singgah di deretan kedai Muslim, peniaga-peniaganya bertudung labuh. Tapi… dengan katak goreng, kodok belah belakang sumbat sambal nyior, labi-labi ke apa ke entah dibuat masak lemak cili api….akhirnya kami makan roti saja, beli di kedai runcit.

Selepas makan nak solat fardhu Zohor. Kami cadang nak cuba try test solat di masjid Cina di sebelah masjid jamek. Di sebelah masjid Cina itu rupanya ada pula masjid Jepun. Pening kami melihat situasi yang luarbiasa itu.
Haitami saja buat lawak dengan bertanya kepada salah seorang jemaah, “Masjid orang asli ada tak?” Jawabnya, “Ooo… masjid pribumi. Ada ada, di belakang masjid Jepun.”
Apalagi, meletup derai tawa budak-budak berdua tu. Kata isteri Ghazali, “Tak lama lagi diorang nak buat masjid untuk alien agaknya.”

Elok kami nak solat berjemaah, terperasan imamnya wanita. Aku terus pertikai. Para jemaah dengan wajah yang bengis membantah aku. Kata mereka, mereka talfiq dengan 3-4 orang ulama zaman dulu yang kata boleh berimamkan wanita. Si imam pula kata, “Ana dah saring hujah-hujah yang ada. Jadi ana ijtihad boleh wanita jadi imam lelaki. Kan Imam Syafie pun suruh umat Islam ijtihad!”
Terkedu kami. Kami ambil keputusan solat di bawah pokok tepi padang permainan saja. Nak solat di masjid orang asli nanti netah apa-apa lagi yang mereka talfiq dan mereka ijtihad.

Kami bergegas hendak pulang. Tiba-tiba aku dan Ghazali terperasan seorang pelajar perempuan sekolah ditarik oleh dua orang lelaki masuk ke dalam sebuah rumah. Pintu ditutup. Semasa pergelutan lagi baju gadis itu sudah terkoyak, di dalam rumah entah apalah yang berlaku.
Kebetulan lalu dua orang pegawai polis, kalau mereka menyamar… tak tahulah. Tapi pakaian memang pakaian polis. Kami laporkan kejadian itu dan bercadang untuk bertindak. Apa jawapan mereka?
“Encik, agama Islam tak benarkan kita mencari-cari kesalahan orang, lebih-lebih lagi di tempat tertutup.”
Isteri Ghazali melenting lalu menyumbu mereka berdua dengan pelbagai hujah. Memang garang juga zaujah Ghazali ni.
Kata mereka akhirnya, “Kalau puan masih berkelakuan begini, kami akan tangkap puan atas dakwaan mencetuskan huru-hara di tempat awam dan mengganggu anggota keselamatan.”.
Kali ini kami terkedu tahap maksima, melebihi tahap maksima. Mereka berlalu begitu sahaja. Mudahnya mereka melepaskan jenayah rogol.

Selang tak berapa lama, berhenti seorang pakcik tua yang berbasikal tua bergalang. Dengan takut- takut dia berkata, “Nak tau, kat kampung pakcik… pelacuran gadis-gadis bawah umur oleh mak bapak masing-masing … melambak-lambak. Tapi… bila kami repot… pihak berkuasa tak boleh buat apa-apa, sebab … depa buat dalam rumah tertutup. Nak serbu , nak intip … tak boleh… haram. Macam-macam adaaaaa….” Kata pakcik itu lalu terus berlalu.

Petang itu, kami pun pulang ke negeri kami dalam keadaan separuh bingung dengan pengalaman baru di negeri Terbidaah.

SUMBER
http://myalexanderwathern.freeph ... order=0&thold=0

Monday, June 4, 2007

Esok Masih Wahabi…

Tablighster said...

Esok Masih Wahabi…

Wahai Pak Wahabi,

Kelmarin kau kafirkan Ibnu Arabi

Semalam kau kafirkan Al-Ghazali

Hari kau kafirkan An-Nawawi

Esok kau kafirkan Al-Asqalani

Tulat kau kafirkan Basymil Al-Wahabi

Ketulat kau kafirkan Sheikh Al-Bani

Berulat kau kafirkan Bilal Phillip Al-Jamaiki

Wahai Pak Wahabi,

Kelmarin kau kafirkan teman seislammu

Semalam kau kafirkan jiran tetangga miskinmu

Hari ini kau kafirkan anak isterimu

Esok kau kafirkan ayah ibumu

Tulat kau kafirkan Rasulmu

Ketulat kau kafirkan Tuhanmu

Berulat kau kafirkan dirimu

Wahai Pak Wahabi,

Rumah kata pergi, kubur kata mari

Islam kata pergi, Kristian diajak menari

Sunnah kata pergi, Zionis jemput mari

Iman kata pergi, murtad makin disayangi

Ihsan kata pergi, nafsu jadi sebati

Syurga kata pergi, Neraka sudah menanti

Islam kata pergi, Wahabi agama hari ini

Salam Jihad Daripada,

Tablighster

Posted by Jihad Wahabi at 2:52 PM

2 comments:

muhammad fakhrul razi said...

agak melampau juga puisi ini.

mungkin patut gunakan istilah yang selalu dipakai oleh wahabi sendiri seperti bidaah dan bukannya 'kafir'.

apa-apapun dalam puisi ada unsur sarkastik. mungkin itu cuma sindiran tajam sahaja.

puisi.. apa saja boleh dipuisi.

June 4, 2007 7:10 PM

Tablighster said...

Terima kasih atas teguran saudara ke atas puisi saya.

Ingin saya membuat sedikit penjelasan.

Pertama, berkenaan perkataan 'kafir' dalam puisi ini membawa dua maksud.

a)Ia merujuk kepada maksud asal KFR iaitu menutup / menimbus sesuatu - atau lebih simbolik lagi 'menutup kebenaran akan sesuatu'. Jadi, perkataan 'Kafir' dalam puisi ini merujuk kepada tindakan golongan Wahabi yang menutup kebenaran yang dibawa oleh tokoh-tokoh yang saya sebutkan seperti Imam Al-Ghazali & Ibnu Arabi.

b)Ia juga merujuk kepada pengalaman saya sewaktu saya masih lagi seorang mahasiswa beberapa tahun yang lampau. Dua orang pensyarah saya yang berbangsa Iraq pernah mentakfirkan Ibnu Arabi dan Imam Al-Ghazali.

Jadi, penggunaan perkataan 'kafir' di sini bukanlah disengajakan tanpa bersebab, tetapi merujuk kepada dua penjelasan saya seperti di atas.

Kedua, berkenaan gaya bahasa sarkastik. Saya berpendapat puisi saya ini tidak menggunakan nada sarkastik. Saya tidak memasukkan perkataan-perkataan yang menjurus ke arah pemakian, percarutan dan ekspresi emosi yang tidak terkawal, sebaliknya ia lebih berbentuk sinis. Berbalik kepada teguran saudara yang mengatakan bahawa puisi saya ini berunsur sarkastik, ia kurang tepat.

Selain daripada nada bahasa sinis, saya menggunakan gaya hiperbola (exageration)pada puisi saya ini.

Oleh itu, pada pendapat saya, kenyataan saudara yang mengatakan bahawa puisi saya ini sebagai seuntai puisi bersindiran tajam adalah lebih tepat dan bukannya berunsur sarkastik.

Terima kasih.

Tuesday, April 17, 2007

AKU DITIPU SALAFI TANAHAIRKU

AKU DITIPU SALAFI TANAHAIRKU

oleh:Muhammad

Dulu aku salafi

Aku salafi melalui forum salafi terbesar di negara ini

Kononnya mereka kembali kepada sumber yang asal

Tapi…

Aku tertipu!

Kononnya kembali kepada sumber yang asal

Kitab dan Sunnah

Tapi azan mereka berlagu, berdondang sayang

Adakah azan zaman Nabi berlagu?

Mereka bangga dengan azan Masjidil Haram

Yang masyhur itu

Yang Wahhabi itu

Betulkah Saidina Bilal dulu mendendangkan azan berlagu?

Kalau betul azan untuk dilagukan,

Tentu Nabi dan sahabat sudah buat dulu

Tapi malangnya tidak!

Mereka dakwa jemaah Tabligh sesat

Tapi sekurang-kurangnya

Azan jemaah Tabligh sama dengan azan zaman Nabi,

Tidak berlagu

Tak macam azan bilal Masjidil Haram

Yang mereka banggakan itu

Mereka tidak kembali kepada sumber yang asal!

Kononnya kembali kepada sumber yang asal

Kitab dan Sunnah

Akupun kembalilah

Macam yang mereka dakwakan itu

Aku ditipu lagi!

Zaman Nabi mana ada jemaah-jemaah!

Semua orang satu jemaah.

Tak ada Tabligh,

Tak ada PAS, tak ada Ikhwan

Tak ada ABIM, tak ada JIM

Tapi…

Mereka haruskan jemaah-jemaah itu!

Bahkan mereka puja Qaradhawi,

Mereka kagum al-Banna

Itukan tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin?

Memang penipu!

Sumber asal mengatakan umat Islam satu jemaah

Hanya satu golongan saja yang selamat daripada 73 golongan

Iaitu golongan salafi

Begitulah juga kata Albani

Begitulah juga kat Ben Baaz

Siapa buat pelbagai golongan, semuanya tidak selamat

Bagaimana mereka di forum itu mengaku salafi,

Tapi membenarkan umat Islam berpecah-belah

Membentuk pelbagai golongan

Mereka tidak kembali kepada sumber yang asal

Kononnya kembali kepada sumber yang asal

Zaman Nabi dan sahabat

Zaman itu tidak ada mazhab

Siapa yang buat mazhab

Bererti dia melakukan bid’ah

Sebab Nabi tak pernah buat, sahabat pun tidak

Tapi…

Tipu lagi.

Mereka ajar kitab asy-Syafie, mereka puja dia

Bukankah sumber asal menunjukkan dia berbuat bid’ah?

Dia buat mazhab, Nabi tak buat

Sanggup mereka sanjung seorang tokoh ahli bid’ah!

Hukum orang tu bida’ah, orang ni bid’ah

Alih-alih mereka puja tokoh bid’ah

Mereka tidak kembali kepada sumber yang asal

Mereka dakwa hanya salafi satu golongan yang terselamat

Dariapad 73 golongan.

Tertipulah aku lagi…

Aku kaji situasi di dunia Arab.

Rupanya ada banyak kumpulan yang mengaku Salafi

Sesama mereka saling sesat-menyesat pula

Macam mana forum itu mendakwa

Hanya Salafi mereka yang terselamat?

Salafi lain pun nak selamat juga

Tapi saling menuduh sesat

Dan saling mengaku

Puak aku paling selamat

Puak akulah satu golongan yang terselamat itu

Lucunya

Ulama-ulama Salafi Saudi yang aku sanjung

Menghukum halal tentera Amerika bertapak di Saudi

Tiba-tiba orang forum kata tak boleh!

Padahal ulama-ulama itu tokoh Salafi utama dunia

Mereka lebih faham Salafi daripada orang-orang di forum

Tokoh-tokoh itu dah kaji

Dah kembali kepada sumber yang asal

Dan jawapannya boleh letak musuh Islam dalam negara

Untuk serang negara Islam lain si Iraq

Bila aku ikut fatwa ini

Mereka kata aku salah

Jadilah aku serba salah.

Sebenarnnya, mereka sendiri tidak kembali kepada sumber yang asal.

Pengakuan di mulut saja.

Aku lebih percaya Albani, Ben Baaz, Fauzan dan lain-lain.

Takkanlah mereka di forum lebih faham Salafi

Daripada ulama-ulama ini!

Betul tak?

Ini Salafi perasan.

Mereka bukan Salafi.

Mereka Salafi syok sendiri, buatan sini.

Cakap mereka di luar negara tidak siapa memandang

Tapi cakap ulama Saudi seluruh dunia pandang

Masuk saja laman Salafi Indon

Mereka mengutuk habis Salafi buatan sini

Kerana Salafi buatan sini

Menyokong ahlul bid’ah

Seperti al Banna, Tilmisani, Qardhawi, Syed Qutb

Salafi sini sokong Ikhwan

Itukan bid’ah yang nyata?

Jelas

Salafi forum itu hanya perasan sendiri

Jemaah Salafi sendiri tidak mengaku mereka satu kumpulan

Tapi penyokong ahli bid’ah

Maksudnya Salafi sini sama saja dengan pembuat bid’ah

Kawan-kawanku sedarlah

Carilah Salafi sebenar

Bukan Salafi forum

Kembalilah kepada sumber yang asal

Bukan taqlid buta kepada mufti

sumber:alhikam.net

Fatimah dan kesedihannya…

Maret 6th, 2007 pada 12:20 pm (Ahlulbayt, Seputar Madhab)

Disbutkan dalam shahih Bukhori dalam kitab Bada’ al-Khalq di bab Manaqib qarabatu Rasulillah saw bahwa Rasulullah saw bersabda : ” Fatimah adalah bagian dariku, maka barang siapa yang membikin marah dia maka telah membuatku marah”

hadis seperti ini juga di riwayatkan dalam kitab Kanz Al-Ummal jilid 6 halaman 230.

disebutkan juga dalam kitab shahih Bukhori dalam kitab Al-Nikah

disebutkan juga dalam kitab Musnad Ahmad jilid 4 halaman 328.

disebutkan juga dalam kitab shahih Muslim di dalam bab Fadhail as-Shahabah.

disebutkan juga dalam kitab shahih Muslim di al-Bab al-Mutaqadim.

disebutkan juga dalam kitab shahih at-Tirmidzi jilid 2 halaman 319.

disebutkan juga dalam kitab al-Mustadrak ala al-Shahihain jilid 3 halaman 158.

disebutkan juga dalam kitab Hilah al-Auliya’ jilid 2 halaman 40

hadis diatas disebutkan dalam alur yang berbeda di dalam kitab as-Shawaiq al-Muhriqah hal 190 bahwa Rasulullah bersabda : ” sesungguhnya Allah swt marah untuk marahnya Fatimah dan Ridha untuk Ridhanya Fatimah.”

hadis-hadis tentang kemuliaan sayidah Fatimah as dimuat di seluruh buku-buku ulama’ sunni yang mu’tabar dan penting.

sayidah Fatimah adalah kecintaan Nabi saw, kecintaan Nabi saw adalah kecintaan Allah swt.

disebutkan didalam al-Quran surah al-Ahzab ayat 57 bahwa Allah swt berfirman : “sesungguhnya orang-orang yang mengganggu Allah swt dan RasulNya, maka Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.”

disebutkan dalam kitab الوافی بالوفیات jilid 2 halaman 17 bahwa ابراهیم ابن سیار النظام berkata bahwa sesungguhnya Umar ibn khattab (khalifah kedua) telah memukul perut sayidah Fatimah as (yang dalam keadaan hamil) di hari baiat (hari dimana masyarakat dipaksa untuk berbaiat kepada Abubakar) sampai Muhsin (anak yang dikandungnya) keluar dari perutnya jatuh ketanah.

disebutkan juga dalam kitab الامامة و السیاسة jilid 1 halaman 12 bahwa IBn Qutaibah Ad-Dainuri berkata : sesungguhnya Abubakar mencari sekelompok orang untuk berbaiat kepadanya yang mana sekelompok tersebut berada di rumah sayidina Ali as maka Abu bakar mengirim Umar, datanglah Umar ke rumah sayidina Ali as dan dia memanggil mereka semua yang berada di dalam rumah sayidina Ali as, akan tetapi mereka semua tidak ada yang menjawab teriakan Umar, dan tidak ada satupun yang keluar, maka Umar untuk kedua kalinya dengan membawa kayu bakar yang ada di tangannya dia berteriak : “demi yang jiwaku berada di tangannya kalian semua akan keluar atau aku bakar rumah ini beserta yang berada didalamnya.”

satu orang dari dalam rumah berkata kepada Umar : “wahai ayahnya Hafsah sesungguhnya Fatimah berada di dalam rumah ini.”

Umar berakata :”walaupun dia ada” (aku akan tetap membakar rumah ini).

kejadian ini juga dimuat di dalam kitab العقد الفرید jilid 4 halaman 259 cetakan mesir dengan alur yang sedikit berbeda..

di dalam kitab کنز العمال jilid 3 halaman 140 bahwa umar berkata keada sayidah Fatimah as: “tidak ada orang yang lebih dicintai oleh ayahmu lebih daripada cintanya kepadamu, akan tetapi ini tidak akan mencegahku, sebagaimana sekelompok orang ini yang telah berkumpul di dekatmu, aku akan memerintah mereka untuk membakar rumahmu.”

orang-orang yang menyerang rumah putri Nabi saw itu disebutkan di dalam kitab تاریخ الطبری jilid 2 halaman 443-444.

kejadian juga disebutkan dalam kitab تاریخ ابوالغداء jilid 1 halaman 156 dengan alur yang sedikit berbeda yaitu Abubakar menyuruh Umar untuk mengambil baiat dari orang-orang yang berada di dalam rumah sayidina Ali, dan jika mereka menolak maka perintah berikutnya adalah Umar harus menyerang mereka, dan Umar membakar rumah sayidah Fatimah as..

disebutkan di kitab2 sejarah bahwa sayidah Fatimah mulai saat itu sampai meninggal tidak mau berbicara kepada Abubakar dan Umar dan juga tidak Ridha atas perbuatan mereka, serta marah atas apa yang mereka lakukan kepadanya dan sayidina Ali as..

disebutkan juga didalam kitab sejarah bahwa sayidah Fatimah setiap selesai sholat selalu mengadu kepada Allah swt atas perbuatan mereka….

disebutkan juga dalam kitab-kitab sejarah bahwa Fatimah a.s berkata kepada Khalifah pertama dan kedua: “Jika aku membacakan hadis dari Rasulullah SAWW apakah kalian akan mengamalkannya?”

Ya”, jawab mereka singkat.

Ia melanjutkan: “Demi Allah, apakah kalian tidak pernah mendengar Rasulullah SAWW bersabda: “Kerelaan Fathimah adalah kerelaanku dan kemurkaannya kemurkaanku. Barang siapa mencintai Fathimah putriku, maka ia telah mencintaiku, barang siapa yang membuatnya rela, maka ia telah membuatku rela, dan barang siapa membuatnya murka, maka ia telah membuatku murka”?

Ya, kami pernah mendengarnya dari Rasulullah SAWW”, jawab mereka pendek.

Kujadikan Allah dan malaikat sebagai saksiku bahwa kalian berdua telah membuatku murka. Jika aku kelak berjumpa dengan Rasulullah, niscaya aku akan mengadukan kalian kepadanya”, lanjutnya.

di kitab as-Shawaiq al-Muhriqah hal 190 bahwa Rasulullah bersabda : ” sesungguhnya Allah swt marah untuk marahnya Fatimah dan Ridha untuk Ridhanya Fatimah.”

disebutkan didalam al-Quran surah al-Ahzab ayat 57 bahwa Allah swt berfirman : “sesungguhnya orang-orang yang mengganggu Allah swt dan RasulNya, maka Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.”

Cinta Rasulullah Adalah Wajib!!!

Bersalawat Kepadanya Sebagai Bentuk Penghormatan.Feed on Posts Comments Asbabun Nuzul

Jun 14th, 2007 by HaidarPesebe

Surah Al-Ahzāb : 33

Pensucian Ahlul Bayt as

“Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan segala jenis kekotoran darimu wahai Ahlul bayt dan mensucikanmu sesuci-sucinya.”

Berdasarkan riwayat dari Aisyah, Ummu Salamah, Abu Sa’id Al-Khudri dan Anas bin Malik, ayat ini turun hanya untuk lima orang, yaitu Rasulullah SAWW, Ali, Fathimah, Hasan, dan Husein as

Rasulullah SAWW bersabda seraya menunjuk kepada Ali, Fathimah, Hasan, dan Husein as: “Ya Allah, mereka ini adalah Ahlul Baytku, maka peliharalah mereka dari keraguan dan sucikan mereka sesuci-sucinya.” Banyak hadis lain yang searti dengan hadis tersebut. Silahkan rujuk:

Shahih Muslim, kitab Fadhā`ius Shahābah, bab Fadhā`il Ahli Baytin Nabi SAWW, juz 2, hal. 368, cetakan Isa Al-Halabi; juz 15 hal. 194, Syarah An-Nawawi, cetakan Mesir.

Shahih Tirmidzi, juz 5, hal. 30, hadis ke 3258; hal. 328, hadis ke 3875, cetakan Darul Fikr.

Musnad Ahmad bin Hanbal, juz 5, hal. 25, cetakan Darul Ma’arif, Mesir.

dan masih banyak lagi…

Surah Asy-Syūrā : 23

Perintah Mencintai Ahlul Bayt as

“Katakanlah wahai Muhammad: “Aku tidak meminta upah kepada kalian dalam dakwah ini melainkan kecintaan terhadap keluargaku”.

Ayat ini turun untuk keluarga Rasulullah SAWW, yaitu Ali, Fathimah, Hasan dan Husein as Silahkan rujuk:

Syawāhidut Tanzīl, karya Al-Hakim Al-Haskani Al-Hanafi, juz 2, hal. 130, hadis ke 822, 823, 824, 825, 826, 827, 828, 832, 833, 834, dan 838.

Manāqib Ali bin Abi Thalib,karya Ibnu Al-Maghazili Asy-Syafi’i, hal. 307, hadis ke 352.

Dzakhā`irul ‘Uqbā, karya Ath-Thabari Asy-Syafi’i, hal. 25 dan 138.

Ash-Shawā’iqul Muhriqah,karya Ibnu Hajar Asy-syafi’i, hal. 101, 135, 136, cetakan Al-Maimaniyah, Mesir; hal. 168, dan 225, cetakan Al-Muhammadiyah, Mesir.

dan masih banyak lagi…

Surah Al-Baqarah : 124

Ayat Imamah

“Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji oleh Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu ia (berhasil) melengkapinya. Allah berfirman: “Sungguh aku akan menjadikanmu seorang imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim memohon: “ Juga dari keturunanku!”.

Allah berfirman: “Janjiku ini (imamah) tidak akan dapat digapai oleh orang-orang yang zalim”.

Dalam Tafsir Al-Mizan karya Allamah Thabathaba’i juz 1 hal. 273, diriwayatkan bahwa Imam Ja’far Ash-Shadiq as berkata : “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menerima Nabi Ibrahim as sebagai seorang hamba sebelum Dia mengangkatnya menjadi seorang mabi, mengangkatnya menjadi nabi sebelum Dia memilihnya menjadi rasul, mengangkatnya menjadi rasul sebelum Ia menjadikannya sebagai kekasih-Nya (Khalilullah), dan menjadikannya sebagai khalilullah sebelum mengangkatnya menjadi seorang imam. Dan setelah Allah menganugerahkan semua itu kepadanya, Dia berfirman: “Sungguh Aku telah mengangkatmu menjadi imam bagi seluruh manusia”. Karena imamah itu sangat agung baginya, maka beliau memohon kepada Allah: “Dan dari keturunanku juga!”. Kemudian Allah menjawab: “Janjiku ini (imamah) tidak akan dapat digapai oleh orang-orang yang zalim”. Selanjutnya Imam Ja’far berkata: “Orang yang bodoh tidak akan menjadi imam bagi orang yang bertakwa”.

Allamah Thabathaba’i mengatakan berdasarkan riwayat di atas, yang dimaksud dengan “Kalimat” dalam ayat ini adalah imamah Nabi Ibrahim as, Ishak dan keturunannya yang kemudian ia menyempurnakannya dengan imamah Muhammad SAWW dan para imam Ahlul Bayt as dari keturunan Nabi Ismail as Kemudian Allah memperjelas persoalan ini dengan firman-Nya: “Sungguh Aku akan menjadikan kamu imam bagi seluruh manusia.”

Hadis tersebut dan hadis-hadis lain yang memiliki kandungan yang sama dengan hadis di atas terdapat di dalam:

Al-Manāqib, karya Al-Maghazili Asy-Syafi’i, hal. 276.

Naqdhus Shawā’iq, karya Sayid Amir Muhammad Al-Khazhim, hal. 220.

Dalā`ilus Shidq, karya Al-Imam Al-Muzhaffar, hal. 140.

Al-Manāqib, karya Syahr-asyub, juz 2, hal. 263.

Tafsir Al-‘Ayyāsyi, tentang surat ini.

Surah Asy-Syu’arā` : 214

Ayat Indzār

“Dan berilah peringatan keluargamu yang terdekat”

Ketika ayat ini turun Rasulullah SAWW bersabda: “Wahai Bani Abdul Muthalib, demi Allah aku tidak pernah menemukan sesuatu yang lebih baik di seluruh bangsa Arab dari apa yang kubawa untukmu. Aku datang kepadamu untuk kebaikan di dunia dan akhirat. Allah telah menyuruhku mengajakmu kepada-Nya. Maka, siapakah di antara kamu yang bersedia membantuku dalam urusan ini untuk menjadi saudaraku dan washiku serta khalifahku?”

Mereka semua tidak bersedia kecuali Ali bin Abi Thalib. Di antara hadirin beliaulah yang paling muda. Ali berdiri seraya berkata: “Aku ya, RasulullahNabi. Aku (bersedia menjadi) wazirmu dalam urusan ini”. Lalu Rasulullah SAWW memegang bahu Ali seraya bersabda: “Sesungguhnya Ali ini adalah saudaraku dan washiku serta khalifahku atasterhadap kalian. Oleh karena itu, dengarkanlah dan taatilah ia.” Mereka tertawa terbahak-bahak sambil berkata kepada Abu Thalib: “Kamu disuruh mendengar dan mentaati anakmu”.

Peristiwa di atas dapat dirujuk di buku-buku berikut:

Syawāhidut Tanzīl, karya Al-Haskani Al-Hanafi, juz 1, hal. 372, hadis ke 514; hal. 420, hadis ke 580, cetakan pertama, Beirut.

Tafsir Ath-Thabari, juz 19, hal. 74, cetakan Bulaq; juz 19, hal. 68, cetakan Al-Maimaniyah; juz 19, hal. 121, cetakan kedua, Mesir.

Tārīkh Ath-Thabari, juz 2, hal. 319, cetakan Mesir; juz 2, hal. 216, cetakan yang lain.

Musnad, Ahmad bin Hanbal, juz 1, hal. 111, cetakan Al-Maimaniyah, Mesir.

Surah Ālu Imrān : 103

Perintah Berpegang Teguh Dengan Ahlul Bait

“Berpeganglah dengan tali Allah (hablullah) dan janganlah bercerai-berai”

Yang dimaksud dengan hablullah (tali Allah) dalam ayat ini adalah Ahlul Bayt as Hal ini dapat dirujuk di buku-buku referensi berikut ini:

Syawāhidut Tanzīl, karya Al-Hakim Al-Haskani Al-Hanafi, juz 1, hal. 130, hadis ke: 177, 178, 179, dan 180.

Ash-Shawā’iqul Muhriqah, karya Ibnu Hajar Al-Haitsami Asy-Syafi’i, hal. 149, cetakan Al-Muhammadiyah; hal. 90, cetakan Al-Maimaniyah, Mesir.

Yanābī’ul Mawaddah, karya Al-Qundusi Al-Hanafi, hal. 139, 328, 356, cetakan Al-Haidariyah; hal. 119, 274, dan 279, cetakan Islambul.

Al-Ittihāf bi Hubbil Asyrāf, karya Asy-Syabrawi Asy-Syafi’i, hal. 76.

Rūhul Ma’ānī, karya Al-Alusi, juz 4, hal. 16

dan masih banyak lagi…

Surah At-Taubah : 119

Orang-orang yang Benar

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaknya kamu bersama orang-orang yang benar”

Surah Al-An’ām : 153

Perintah Mengikuti Jalan Kebenaran

“Sesungguhnya ini adalah jalanku yang lurus, maka ikutilah jalan itu, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikanmu dari jalan-Nya”

Surah An-Nisā` : 59

Perintah Menaati Ulil Amr

“Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah, taatlah kepada Rasul dan Ulil Amr (yang berasal dari) dirimu”

Surah An-Nahl : 43

Perintah Merujuk Kepada Ahlul Bayt as

“Maka bertanyalah kepada ahludz dzikr jika kamu tidak tahu”

Yang dimaksud dengan ahludz dzikr dalam ayat di atas adalah Ahlul Bayt Nabi as Yaitu Ali, Fathimah, Hasan dan Husein as. Silahkan rujuk:

Syawāhidut Tanzīl, karya Al-Hakim Al-Haskani Al-Hanafi, juz 1, hal. 334, hadis ke: 460,463, 464, 465, dan 466.

Yanābī’ul Mawaddah, karya syeikh Sulaiman Al-Qundusi Al-Hanafi, hal. 51 dan 140, cetakan Al-Haidariyah; hal. 46, 119, cetakan Islambul.

Tafsir Al-Qurthubi, juz 11, hal. 272.

Tafsir Ath-Thabari, juz 14, hal. 109.

Tafsir Ibnu Katsir, juz 2, hal. 570.

Surah Al-Mā`idah : 55-56

Ayat Wilayah

“Sesungguh pemimpin kalian hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang memberikan zakat ketika sedang ruku’. Barang siapa yang berwilayah kepada Allah dan Rasul-Nya serta orang yang beriman, sesungguhnya hizbullah adalah orang-orang yang jaya”

Ayat ini turun berkenaan dengan Imam Ali bin Abi Thalib a.s. ketika beliau memberi sedekah kepada pengemis saat ruku’. Silahkan rujuk:

1.Syawāhidut Tanzīl, Al-Hakim Al-Haskani Al-Hanafi, juz 1, hal. 161-184, hadis ke 216, 217, 218, 219, 221, 223, 224, 225, 226, 227, 228, 229, 230, 231, 232, 233, 234, 235, 236, 237, 238, 239, 240 dan 241, cetakan Beirut.

2.Asbābun Nuzūl, Al-Wahidi An-Naisaburi, hal. 113, cetakan Al-Halabi, Mesir; hal. 148, cetakan Al-Hindiyah.

3.Manaqib Al-Imam Ali bin Abi Thalib, Ibnul Maghazili Asy-Syafi’i, hal. 311, hadis ke 354, 355, 356, 357 dan 358.

4.Kifāyatut Thālib, Al-Ganji Asy-Syafi’i, hal. 228, 250, 251, cetakan Al-Haidariyah; hal. 106, 122, 123, cetakan Al-Ghira.

5.Dzakhā`irul ‘Uqbā, Muhibuddin Ath-Thabari Asy-Syafi’i, hal. 88 dan 102.

6.Al-Manāqib, A-Kharazmi Al-Hanafi, hal. 187.

7.Tarjamah Al-Imam Ali bin Abi Thalib dalam Tārīkh Dimasyq, karya Ibnu Asakir Asy-Syafi’i, juz 2, hal. 409, hadis ke 908 dan 909.

8.Al-Fushūlul Muhimmah, karya Ibnu Shabbagh Al-Maliki, hal. 123 dan 108.

9.Ad-Durrul Mantsūr, karya As-Suyuthi, juz 2, hal. 293.

10.Fathul Qadīr, karya Asy-Syaukani, juz 2, hal. 53.

11.At-Tashīl li ‘Ulūmit Tanzīl, karya Al-Kalbi, juz 1, hal. 181.

12.Al-Kasysyāf,karya Az-Zamakhsyari, juz 1, hal. 649.

13.Tafsir Ath-Thabari, juz 6, hal. 288-289

Surah Al-Mā`idah : 67

Ayat Tabligh

“Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan jika kamu tidak melakukan hal itu, berarti engkau belum menyampaikan risalah-Nya.”

Menurut beberapa hadis yang diriwayatkan oleh beberapa sahabat Nabi SAWWW, seperti Ibnu Abbas, Abu Said Al-Khudri, Al-Barra’ bin Azib, Abu Hurairah, dan lainnya, ayat ini turun setelah haji Wada’ di Ghadir Khum sehubungan dengan perintah memproklarnirkan kepemimpinan (wilayah) Ali bin Abi Thalib a.s. Bahan rujukan:

1.Syawāhidut Tanzīl, karya Al-Hakim Al-Haskani, juz 1, hal. 187, hadis ke: 643, 244, 245, 246, 247, 248, 249, 240, cetakan pertama, Beirut.

2.Asbābun Nuzūl, karya Al-Wahidi An-Naisaburi, hal. 115, cetakan Al-Halabi, Mesir; hal. 150, cetakan Al-Hindiyah, Mesir.

3.At-Tafsīrul Kabīr, karya Fakhrur Razi, juz 12, hal. 50, cetakan Mesir 1375 H; juz 3, hal. 637, cetakan Ad-Dar Al-’Amirah, Mesir.

4.Tafsir Fathul Qadīr, karya Asy-Syaukani, juz 2, hal. 60, cetakan Al-Halabi; hal. 57, cetakan pertama.

5.Tafsir Al-Manār, karya Syeikh Muhammad Rasyid Ridha, juz 6, hal. 463.

6.Tafsir An-Naisaburi, juz 6, hal. 470.

7.Tafsir Rūhul Ma’āni, karya AL-Alusi, juz 2, hal. 348.

8.Ad-Durrul Mantsūr, karya Jalaluddin As-Suyuthi, juz 2, hal. 298.

9.Kanzul ‘Ummāl, karya AL-Muttaqi AL-Hindi, juz 6, hal. 153.

10.Musnad Ahmad bin Hanbal, juz 3, hal. 272.

11.Mustadrakul Hakim, jilid 3, hal. 109.

12.’Umdatul Qāri fī Syarah Shahih Bukhari, karya Badruddin Al-Hanafi, juz 8, hal. 584.

13.Yanābī’ul Mawaddah, Al-Qundusi, hal. 120, cetakan Istambul; hal. 140 dan 298, cetakan Al-Haidariyah.

14.Al-Milal wan Nihal, karya Syahrastani Asy-Syafi’i, jilid 1, hal. 163.

15.Farā`idus Simthain, karya Al-Hamwini, juz 1, hal. 158, hadis 120, cetakan Beirut.

16.Miftāhun Najāh, karya Al-Badkhasyi, hal. 41.

17.Ihqāqul Haqq, karya At-Tustari, juz 6, hal. 347.

18.Mathālibus Sa`ūl, karya Ibnu Thalhah Asy-Syafi’i, juz 1, hal. 44, cetakan Dar Kutub Najaf; hal. 16, cetakan Tehran.

19.Al-Fushūlul Muhimmah, karya Ibn Shabbagh Al-Maliki Al-Makki, hal. 25, cet Al-Haidariyah.

20.Tarjamah AI-Imam Ali bin Abi Thalib dalam Tārīkh Dimasyq, karya Ibnu Asakir Asy-Syafi’i, juz 2, hal. 86, hadis ke 586, cetakan Beirut.

21.Fathul Bayān fi Maqāshidil Qurān, karya Allamah Sayyid Shiddiq Hasan Khan, juz 3, hal. 63, cetakan Mathba’ Al-’Ashimah, Kairo; juz 3, hal. 89, cetakan Bulaq, Mesir, 23; Al-Ghadir, karya Al-Amini, juz 1, hal. 9.

Surah Al-Kautsar : 1-3

Keturunan Rasulullah SAWW

“Sesungguhnya Kami telah memberikan nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (keturunannya)”

Ayat ini turun berkaitan dengan pernikahan Fathimah Az-Zahra’ dengan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib a.s., dan juga sebagai jawaban atas tuduhan bahwa keturunan Rasulullah SAWW terputus. Jadi, yang dimaksud dengan “nikmat yang banyak” adalah Rasulullah SAWW memiliki keturunan yang banyak dan baik melalui Fathimah Az-Zahra’ dan Amirul Mukminin a.s. Keturunan itu adalah para imam a.s. yang akan membimbing manusia menuju ketaatan dan keridhaan Allah. Adapun yang dimaksud dengan “orang yang membencimu dialah yang terputus” adalah orang yang beranggapan bahwa Rasulullah SAWW tidak memiliki keturunan.

Penafsiran ini dapat Anda baca dalam buku-buku berikut:

1.Tafsir Fathul Qadīr, karya Asy-Syaukani, juz 30, hal. 504.

2.Tafsir Gharā`ibul Qurān(catatan pinggir) Majma’ul Bayān, juz 30, hal. 175.

3.Tafsir Majma’ul Bayān, karya Ath-Thabarsi, juz 30, hal. 206, cet. Darul Fikr, Beirut.

4.Nūrul Abshār, karya Asy-Syablanji, hal. 52, cet. Darul Fikr, tahun 1979 M.

5.Al-Manāqib, karya Syahr-asyub, juz 3, hal. 127.

Surah Ash-Shāffāt : 130

Keluarga Yasin

“Semoga kesejahteraan terlimpahkan atas keluarga Yasin”

Yang dimaksud dengan “keluarga Yasin” adalah keluarga Muhammad SAWW.

Surah Ath-Thūr : 21

Keturunan Yang Baik

“Dan orang-orang yang beriman dan diikuti oleh keturunan mereka dalam iman, Kami hubungkan keturunan mereka dengan mereka…”

Ayat ini turun untuk Rasulullah SAWW dan keturunannya.

Surah At-Tahrīm : 4

Mukmin yang Salih

“Jika kalian (dua orang wanita) bertaubat kepada Allah, maka (hal itu adalah sangat baik dan) sesungguhnya hatimu menginginkan (hal itu), dan jika kalian berdua saling bahu-membahu untuk mengganggunya (Nabi), maka sesunggunya Allah, Jibril dan mukmin yang salih adalah pelindungnya”