2008/02/20

GELAR KELUARGA ALAWIYIN DI HADRAMAUT
AL-USTADZ AL-A'DZHAM

Beliau adalah Al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shahib Marbath.

Al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali dijuluki dengan gelar al-ustadz al-a'zham karena beliau adalah seorang guru besar dan seorang sufi yang menjalankan thariqah kefakiran (hanya berhajat kepada Allah swt) dan bertasawuf dengan tasawuf yang bersih dan terpelihara dari hal-hal yang haram, berdasarkan al-quran dan al-sunnah yang disyiarkan dengan ruh Islam dan tauhid

Al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali dikaruniai 5 orang anak laki yaitu Alwi al-Ghuyur, Ali, Ahmad, Abdullah dan Abdurahman. Dan yang meneruskan keturunanya hanya 3 orang yaitu: Alwi al-Ghuyur, Ali dan Ahmad.

Al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali wafat di Tarim tahun 653 hijriyah.

ASADULLAH FI ARDHIHI

Beliau adalah waliyullah Muhammad bin Hasan Atturobi bin Ali bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Sebab dinamakan dengan Asadullah Fi Ardhihi karena Syaikh Muhammad Asadullah sangat tekun membaca alquran dan memahami maknanya. Beliau selalu bangun untuk beribadat kepada Allah pada waktu akhir sepertiga malam, sehingga beliau merasakan dirinya fana'. Beliau bersemangat untuk membaca alquran dan memahami maknanya serta merasakan kenikmatan pada dirinya jika sedang membaca Alquran, sehingga beliau merasa sebagai seekor Singa dan berkata dalam keheningan malam dengan perkataan "Ana Asadullah Fi Ardhihi "

Dalam kitab al-Masyra' diceritakan bahwa beliau dikarunia enam orang anak laki, dan tiga orang yang meneruskan keturunan beliau, yaitu:

Abu Bakar Basyaiban (wafat tahun 800 hijriyah)
Hasan, menurunkan keluarga: Jamalullail, Bin Sahal, Baharun, al-Junaid, al-Qadri dan al-Siri), wafat tahun 757 hijriyah.
Ahmad, menurunkan keluarga: al-Syatri, al-Habsyi dan Syanbal.
Waliyullah Muhammad bin Hasan Atturobi wafat tahun 778 hijriyah.

Aal-A'YUN

Yang dijuluki al-A'yun diantaranya ialah waliyullah Alwi bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad Maula al-Dawilah (datuk keluarga al-Muqaibil).

Gelar al-A'yun diberikan karena beliau mempunyai warna hitam yang lebar pada biji matanya sehingga terlihat indah.

Aal-ALBAR

Yang pertama kali digelari al-Bar adalah waliyullah Ali bin Ali bin Alwi bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Alwi bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Beliau digelar dengan al-Baar karena sangat taat (berbakti) kepada ibunya dengan sebenar-benarnya taat yang hal tersebut sedikit sekali dilakukan oleh anak terhadap ibunya. Beliau dinamakan dengan nama ayahnya (Ali bin Ali), karena ketika ayahnya wafat, ia masih dalam kandungan ibunya, beliau hanya taat kepada ibunya karena ayahnya telah wafat. Waliyullah Ali bin Ali Albar dikarunia tiga orang anak laki bernama: Abubakar, Abdullah dan Husin.

Waliyullah Ali bin Ali al-Bar dilahirkan dan wafat di kota Dau'an, Hadramaut.

Aal-BATTAH

Mereka adalah anak cucu dari keluarga Syaikh Abu Bakar bin Salim dan datuk mereka ialah waliyullah Abu Bakar bin Ahmad bin Abdurahman bin Abi Bakar bin Ahmad bin Abi Bakar bin Abdullah bin Syaichon bin Husein bin Syaikh Abu Bakar bin Salim.

Dinamakan 'Battah' karena beliau dilahirkan di Battah sebuah kota yang terletak di sebelah Barat Sahil, Afrika Timur.

Aal-ALBAHAR

Mereka adalah keturunan dari keluarga al-Jufri. Datuk mereka adalah waliyullah Syaichan bin Alwi bin Abdullah Attarisi bin Alwi al-Chawas bin Abu Bakar al-Jufri.

Yang pertama kali digelari 'al-Bahar' adalah Waliyullah Saleh ayah dari Habib Hasan al-Bahar.

Gelar yang disandang menurut al-Syaich Abdullah bin Semir dalam kitabnya Giladat al-Nahri yang berisi manakib al-Habib Hasan bin Saleh al-Bahar, menyatakan bahwa yang pertama kali diberi gelar al-Bahar adalah ayahnya, Soleh. Gelar tersebut diberikan karena tampaknya keramat beliau ketika sering berlayar di laut. Di samping itu gelar tersebut diberikan karena ilmu beliau luas seperti luasnya laut.

Waliyullah Hasan bin Soleh Al-Bahar dikarunia lima orang anak laki yaitu: Muhammad, Abdullah, Ja'far, Abdul Kadir dan Soleh.

Aal-IBRAHIM

Yang pertama kali dijuluki al-Ibrahim ialah waliyullah Ibrahim bin Abdullah bin Abdullah bin Abdurahman Assaqqaf.

Sebab dinamakan al-Ibrahim karena nama tersebut dinisbahkan kepada nama kakeknya. Ibrahim merupakan nama Ibrani seperti Ismail, Ishaq, Yusuf dan Ya'kub yang kemudian nama tersebut dimasukkan ke dalam bahasa Arab.

Aal-BARAKAT

Mereka adalah keturunan waliyullah Syech bin Ali bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Di samping itu ada juga keturunan Barakat lain dari Waliyullah Barakat bin Ahmad asy-Syatiri.

Pemberian gelar ini, dikarenakan datuk mereka mengharapkan berkah dan kebaikan dari Allah , maka banyak anak cucu beliau yang menjadi auliya'.

Waliyullah Syech bin Ali Barakat wafat di Tarim tahun 813 hijriyah.

Aal-BARUM

Barum adalah gelar yang dinisbahkan kepada keturunan waliyullah Hasan bin Muhammad bin Alwi bin Abdullah bin Ali bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Dinamakan dengan 'Barum' karena beliau diberi isyarat untuk pergi ke dusun Barum dan menetap serta menjadi sesepuh di sana disebabkan keberkahan ilmu dan kemuliaan beliau. Dusun Barum berjarak kira-kira 20 km dari kota Mukalla Hadramaut.

Waliyullah Hasan Barum dikarunia empat orang anak laki bernama: Abdurahman, Umar, Ali dan Ahmad.

Waliyullah Hasan Barum wafat di kota Tarim tahun 927 H.

Aal-BASRI

Beliau adalah waliyullah Ismail (Basri) bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa al-Muhajir.

Basri adalah anak kedua dari Ubaidillah bin Ahmad bin Isa. Anak pertama bernama Alwi, beliau kakek dari keluarga Ba'alawi, dan anak yang ketiga bernama Jadid.

Dinamakan Basri diambil dari nama kota yaitu Basrah, yang kemudian beliau hijrah bersama keluarga dan kakeknya al-Imam Ahmad bin Isa al-Muhajir ke negeri Hadramaut. Gelar ini menjadi gelar beberapa keluarga Alawiyin yang datuknya bernama Basri dan disebut mereka itu dengan al-Bin Basri.

Keturunan Basri terputus pada awal abad ke enam hijriyah.

Aal-BABATHINAH

Yang pertama kali bergelar 'Babathinah' ialah waliyullah Abdurahman bin Ahmad bin Alwi bin Ahmad bin Abdurahman bin Alwi Amu al-Faqih.

Beliau adalah pendiri masjid Babathinah di Tarim dan mempunyai sebuah perkebunan yang subur dan dinamakan Babathinah.

Waliyullah Abdurahman bin Ahmad Babathinah dikarunia 4 orang anak, yaitu: Ahmad Chadijah, Umar Ahmar al-Uyun, Ali al-Shonhazi dan Muhammad Maghfun.

Aal-ALBAYTI

Gelar al-Bayti dinisbahkan ke Baiti Maslamah sebuah desa yang berjarak sepuluh kilo meter dari Tarim. Gelar tersebut disandang oleh:

Waliyullah Ali bin Alwi bin Ali bin Abu Bakar al-Facher. Beliau dilahirkan di Bait al-Maslamah. Dikaruniai seorang anak lelaki yang bernama Muhammad, yang menurunkan keturunannya. Waliyullah Ali al-Bayti wafat di Bait Aa-Maslamah pada tahun 915 H.

Waliyullah Abu Bakar bin Ibrahim bin al-Imam Abdurrahman Assegaf dilahirkan di kota Tarim. Dikaruniai 3 orang anak lelaki bernama: Ibrahim, Ahmad dan Ismail. Waliyullah Abu Bakar al-Bayti wafat tahun 905 H di kota Tarim.

Aal-ALBIEDH

Keluarga al-Biedh bernisbat kepada datuk mereka waliyullah Ahmad bin Abdurahman bin Husein bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Beliau dijuluki gelar ini karena beliau seorang yang menekuni puasa hari-hari putih, yaitu puasa pada hari ketiga belas, keempat belas dan kelima belas pada setiap bulan Qamariyah. Puasa tersebut beliau lakukan sebagai ittiba' terhadap Rasulullah saw.

Waliyullah Ahmad bin Abdurhamnan Al-Biedh dikarunia dua orang anak laki, bernama: Abdurahman dan Makhrus.

Waliyullah Ahmad bin Abdurahman al-Biedh wafat di Syihir pada tahun 945 hijriyah.

Aal-BABARIK

Beliau adalah waliyullah Ahmad Babarik bin Abdurrahman bin Muhammad bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Waliyullah Umar Babarik dilahirkan di kota Tarim. Dikarunia 3 orang anak lelaki yaitu: Hasan, Ali dan Umar. Sedangkan yang melanjutkan keturunan beliau adalah Umar di Surat, India.

Waliyullah Ahmad Babarik wafat di kota Tarim.

AL-TUROBI

Beliau adalah waliyullah Hasan bin Ali bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Diberi gelar al-Turobi , dikarenakan beliau seorang yang sangat tawadhu' dan mengumpamakan dirinya dengan tanah.

Waliyullah Hasan Atturobi bin Ali mempunyai seorang anak bernama Muhammad Asadullah.

Aal-BAJAHDAB

Mereka adalah keturunan waliyullah Ali Jahdab bin Abdurahman bin Muhammad bin Abdullah Ba'alawi bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Sebab diberi gelar dengan 'Bajahdab', karena beliau tinggal di desa Jahadabah , Yaman.

Waliyullah Ali Jahdab bin Abdurahman dikaruniai 2 orang anak laki: Abud dan Muhammad al-Mualim. Muhammad al-Mualim mempunyai anak bernama Alwi. Salah satu keturunannya ada yang menjadi pemimpin keluarga Alawiyin (Naqib al-Alawi) yaitu Waliyullah Ahmad bin Alwi Bajahdab. Beliau wafat di Tarim tahun 973 hijriyah.

JADID

Yang pertama kali diberi gelar "Jadid” ialah waliyullah Jadid bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa al-Muhajir.

Beliau adalah anak ketiga dari Ubaidillah bin Ahmad bin Isa al-Muhajir.

Dinamakan " Jadid ” karena keluarganya yang dipimpin oleh al-Muhajir Ahmad bin Isa hijrah dari Basrah ke tempat yang baru bernama Hadramaut.

Keturunan Jadid terputus pada awal abad keenam hijriyah.

Aal-ALDJUFRI

Yang pertama kali dijuluki "al-Djufri " ialah waliyullah Abu Bakar bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Gelar yang disandang karena beliau dipanggil oleh datuk dari ibunya Waliyullah Abdurahman Assegaf bin Muhammad Maula Dawilah dengan sebutan Djufratiy yang berarti anak kecil kesayangan yang berbadan gemuk dan kekar. Dan setelah dewasa ia menjadi seorang ahli dalam ilmu Jafar, suatu rumus-rumus yang menggunakan huruf dan angka yang ditulis di atas kulit Jafar (anak kambing). Pada suatu hari beliau kehilangan kitabnya yang berisi ilmu Jafar, beliau mencarinya sambil berkata Jafri (maksudnya kitab ilmu Jafarku). Maka mulai sejak itu beliau disebut al-Jufri.

Waliyullah Abu Bakar bin Muhammad al-Djufri dilahirkan di kota Tarim, dikaruniai lima orang anak lelaki yaitu: Muhammad, Abdullah, Ahmad, Alwi al-Chawas dan Umar. Dari kelima anak yang terputus keturunannya adalah Muhammad dan Abdullah, sedangkan dari ketiga anaknya yang lain menurunkan keturunan al-Djufri seperti: al-Kaf, al-Shafi dan al-Bahar.

Waliyullah Abu Bakar bin Muhammad al-Djufri wafat di kota Tarim pada tahun 860 Hijriyah.

DJAMALULLAIL

Djamalullail adalah gelar untuk waliyullah al-Imam Muhammad bin Ahmad bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam (keturunan terputus) dan al-Imam Muhammad bin Hasan al-Mua'alim bin Muhammad Asadilah bin Hasan Atturabi.

Gelar yang disandang karena mereka selalu mengisi malam-malam harinya dengan ibadah, baik shalat tahajud dan shalat-shalat sunnah lainnya serta membaca Alquran, shalawat dan doa serta dzikir lainnya yang dilakukan selama hidupnya. Karena itu beliau digelari dengan Djamalullail.

Waliyullah Muhammad Djamalullail dilahirkan di kota Tarim, dikarunia 2 orang anak lelaki:

Abdullah bin Muhammad Djamalullail. Dari kedua cucunya Abdullah bin Ahmad dan Muhammad bin Ahmad menurunkan al-Djamalullail yang berada di Hadramaut, Makkah dan India serta sebagian di Aceh dan pulau Jawa.

Ali bin Muhammad Djamalullail, menurunkan keturunan leluhur al-Qadri, al-Asiry, al-Baharun dan al-Junaid.

Waliyullah Muhammad Djamalullail wafat di kota Tarim pada tahun 845 H.

Aal-BIN JINDAN

Mereka adalah suatu puak dari keluarga al-syaikh Abu Bakar bin Salim, yang dinisbahkan kepada keturunan waliyullah Ali bin Muhammad bin Husein bin Syaikh Abi Bakar bin Salim.

Jindan adalah gelar untuk kakek mereka, dan mereka masing-masing menamakan dengan Bin Jindan yaitu anak cucu dari Syaikh Abi Bakar bin Salim.

Waliyullah Ali bin Muhammad bin Husien bin Syaikh Abi Bakar wafat di Inat sekitar tahun 1200 H.

AL-JANNAH

Yang pertama kali dijuluki 'al-Jannah' ialah waliyullah Muhammad bin Hasan bin Abdullah bin Harun bin Hasan bin Ali bin Muhammad Jamalullail.

Gelar yang disandang, dikarenakan beliau seorang terkenal dengan ilmu, kemuliaan, dan ibadahnya. Menurut shohib al-Masyra' dinamakan al-Jannah karena beliau banyak berdoa dan sangat merindukan surga. Dan Allah mengabulkan doa dan kerinduannya tersebut.

Aal-ALDJUNAID

Al-Junaid ialah gelar yang dinisbahkan kepada keturunan waliyullah Abu Bakar bin Umar bin Abdullah bin Harun bin Hasan bin Ali bin Muhammad Jamallullail bin Hasan al-mu'alim Muhammad Asadillah bin Hasan Atturabi. Dinamakan Djunaid dengan maksud tabarukkan agar kelak menjadi waliyullah seperti waliyullah yang bernama Djunaid bin Muhammad seorang Sayid Atthaifah al-sufiyah yang terkenal.

Waliyullah Abu Bakar al-Junaid dilahirkan di kota Tarim tahun 1053 H. Dikaruniai 5 orang anak dan hanya 1 anak yang meneruskan keturunannya yaitu Ali bin Abu Bakar al-Junaid. Keturunannya ada di kota Tarim dan Singapore.

Waliyullah Abu Bakar al-Junaid wafat di kota Tarim.

Aal-ALDJUNAID AL-ACHDOR

Mereka adalah keturunan waliyullah Al-Djunaid al-Achdor bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad Qasam bin Alwi al-Syaibah bin Abdullah bin Ali bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Gelar yang disandang karena kakek beliau memberi nama Djunaid dengan maksud tabarukkan agar kelak menjadi waliyullah seperti waliyullah yang bernama Djunaid bin Muhammad seorang Sufiyah yang terkenal.

Waliyullah Djunaid Achdor dilahirkan di Gasam , dikarunia 5 orang anak lelaki, 3 diantara meneruskan keturunannya yaitu: Syaich, Ahmad dan Muthahhar.

Waliyullah Djunaid Achdor wafat di gasam pada tahun 1032 H.

Aal-ALJAILANI

Mereka adalah keturunan waliyullah Muhammad bin Ahmad bin Alwi al-Syaibah bin Abdullah bin Ali bin Abdullah Ba'alawi.

Diberi gelar 'Jailani' , sebagai tabarukkan kepada Syaikh Abdul Qadir Jailani. Jailani adalah suatu tempat yang berada di negeri Parsi.

Waliyullah Muhammad bin Ahmad mempunyai anak bernama Syech, Hadar, Ahmad dan Abdurahman (kakek dari keluarga al-Junaid al-Achdor).

Aal-ALHAMID

Mereka keturunan dari waliyullah al-Hamid bin al-Syaikh Abi Bakar bin Salim.

Gelar al-Hamid disandang karena ayahnya menginginkan anaknya menjadi orang yang bersyukur kepada Allah swt dengan selalu memuji-Nya.

Waliyullah Hamid al-Hamid dilahirkan di kota Inat, beliau dikaruniai 8 orang anak lelaki dan yang meneruskan keturunan hanya 5 orang, yaitu:

Muthahhar, keturunannya adalah al-Aqil Muthahhar.
Umar, keturunannya adalah al-Salim bin Umar ( sebagian besar di Indonesia )
Abdullah
Abu Bakar
Alwi
Waliyullah al-Hamid bin Syaich Abu Bakar wafat di Inat tahun 1030 Hijriyah.

Aal-ALHABSYI

Mereka adalah keturunan waliyullah Abu Bakar bin Ali bin Ahmad bin Muhammad Assadilah bin Hasan Atturabi bin Ali bin Muhammad al-Faqih Muqaddam.

Gelar yang disandang dikarena beliau sering bepergian ke kota Habasyah di Afrika dan beliau pernah tinggal di sana selama 20 tahun untuk da'wah Islam.

Waliyullah Abi Bakar bin Ali al-Habsyi lahir di kota Tarim, dikarunia seorang anak laki yang bernama Alwi. Alwi mempunyai 5 orang anak lelaki, 2 diantaranya menurunkan keturunannya, yaitu:

Ali , keturunannya berada di kota Madinah.
Muhammad al-Ashgor, mempunyai 4 orang anak:
Umar (keturunannya terputus di Tarim)
Ali (keturunannya sedikit di Makkah)
Abdurrahman, keturunannya berada di Palembang, Jambi , Siak dan Aceh.
Ahmad Shahib Syi'ib, mempunyai 9 orang anak:
Al-Hasan, keturunannya disebut al-Habsyi al-Rausyan.
Hadi, mempunyai dua orang anak bernama:
Idrus, meneruskan keturunan al-Habsyi al-Syabsyabah (diantara keturunannya adalah waliyullah al-Habib Nuh bin Muhammad bin Ahmad al-Habsyi di Singapura).
Abdurahman, adalah datuk waliyullah al-Habib Ali al-Habsyi Kwitang (silsilah beliau lihat di Biografi Habib Ali bin Abdurahman al-Habsyi).
Alwi, keturunannya disebut al-Ahmad bin Zain adalah datuk waliyullah al-Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi (Ampel Gubbah Surabaya)
Husein, mempunyai dua orang anak yaitu:
Shodiq (keturunannya di Hadramaut, Surabaya dan Malaka)
Muhammad, salah satu keturunannya adalah waliyullah al-Habib Alwi bin Ali bin Muhammad al-Habsyi (Masjid Ar-Riyadh, Solo)
Idrus (keturunannya di Yafi' dan India)
Hasyim (keturunannya di
Syaich (keturunannya di Lihij dan Dasinah)
Muhammad
Umar.
Waliyullah Abu Bakar bin Ali bin Ahmad wafat di kota Tarim tahun 857 H.

Aal-ALHADDAD

Yang pertama kali dijuluki al-Haddad ialah waliyullah Ahmad bin Abi Bakar bin Ahmad Masrafah bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi Ammu al-Faqih.

Al-Habib Ahmad bin Abi Bakar adalah seorang waliyullah yang menyembunyikan kewaliannya. Beliau digelari dengan al-Haddad karena sering bergaul dengan seorang pandai besi dan sering berada di tempat penempaan besi. Selain beliau ada pula seseorang yang bernama Ahmad dari golongan Alawiyin tang terkenal dan mempunyai banyak pengikut dan menyebut al-Habib Ahmad bin Abi Bakar dengan al-Haddad (pandai besi). al-Habib Ahmad bin Abi Bakar menjawab sebutan tersebut dengan memperlihatkan keramatnya, sehingga orang-orang mengetahui bahwa beliau adalah seorang waliyullah yang mempunyai derajat tinggi dan hati mereka tertempa dengan kejadian tersebut. Maka mereka menyebut al-Habib Ahmad bin Abi Bakar dengan al-Haddad (penempa kalbu).

Waliyullah Ahmad al-Haddad dilahirkan di kota Tarim, dikaruniai seorang anak lelaki yang bernama Alwi. Keturunan yang ke 31 dari Rasulullah saw ialah waliyullah al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad (Sohibur Ratib). al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad bersaudara dengan al-Habib Umar bin Alwi al-Haddad. Keduanya tidak pernah datang ke Indonesia. Keturunan al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad banyak berada di Jawa Timur, sedangkan keturunan al-Habib Umar bin Alwi al-Haddad sebagian besar berada di Pasar Minggu (termasuk al-Habib Alwi bin Thahir al-Haddad)

Waliyullah Ahmad bin Abi Bakar wafat di kota Tarim tahun 870 H.

Aal-BAHASAN (BANAHSAN)

Gelar Bahasan disandang oleh:

Keluarga Bahasan (Banahsan) As-Sakran , yaitu: Hasan bin Ali bin Abi Bakar al-Sakran (Kerajaan Siak yang dikenal dengan keluarga Bin Shahab)
Keluarga Bahasan Faqis, yaitu: Hasan bin Abdullah bin Abdurahman Assaqqaf.
Keluarga Bahasan al-Thowil, yaitu: Hasan bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurahman bin Alwi (Ammu al-Faqih)
Keluarga Bahasan Jamalullail, yaitu: Muhammad bin Abdullah bin Muhammad.
Aal-BAHUSEIN

Mereka adalah keturunan waliyullah Ahmad bin Husein bin al-Imam Abdurahman Assegaf dan Ali bin Husein bin Ali bin Alwi bin Muhammad Maula al-Dawilah.

Waliyullah Husein bin al-Imam Abdurahman al-saqqaf dilahirkan di Tarim, dikaruniai enam orang anak lelaki, dan yang meneruskan keturunannya tiga orang:

Abdurahman, menurunkan keturunan leluhur al-Bahsein dan al-Musawa
Ahmad, yang menurunkan keturunan leluhur Ahmad bin Husein al-Karbiy
Ali Makki, menurunkan keturunan leluhur Muhammad al-Zaitun, al-Bahusein.
Waliyullah Husein al-Bahsein wafat di Tarim tahun 896 H.

Aal-ALHIYYED

Mereka adalah keturunan dari waliyullah Abu Bakar bin Hasan bin Husein bin Syaich Abu Bakar bin Salim.

Mereka diberi gelar al-Hiyyed karena datuk mereka bertempat tinggal di suatu tempat yang bernama Hiyyed di lereng gunung di Inat.

Waliyullah Abdullah bin Abu Bakar lahir di Inat, dikaruniai seorang anak laki bernama Abu Bakar yang menurunkan keturunan al-Hiyyed di Indonesia.

Beliau wafat di kota Inat tahun 1169 H.

Aal-CHIRRID

Mereka adalah keturunan waliyullah Alwi bin Muhammad Hamidan bin Abdurrahman bin Muhammad bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Faqih Muqaddam.

Dinamakan al-Chirrid karena beliau sering beribadah di Gua Chirrid di pegunungan Aqrun di Tarim. Ibadah yang dilakukannya antara lain bertafakur dengan akal dan hati serta ibadah jasad seperti yang dilakukan Rasul di gua Hira.

Waliyullah Alwi al-Chirrid wafat di Tarim tahun 808 H.

Aal-CHANEMAN

Mereka adalah keturunan yang dinisbahkan kepada waliyullah Ahmad bin Umar bin Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar al-Wara' bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih Muqaddam.

Gelar al-Chaneman berasal dari kata Chanam, sebagian penduduk Hadramaut menisbahkan kata tersebut kepada jenis buah kurma yaitu kurma chanam. Akan tetapi tidak diketahui apakah hal tersebut berhubungan dengan gelar di atas.

Waliyullah Ahmad bin Umar Chaneman dikarunia dua orang anak laki bernama: Umar dan Abdullah.

Waliyullah Ahmad bin Umar Chaneman wafat tahun 893 H di kota Tarim.

Aal-CHAMUR

Al-Chamur ialah gelar yang dinisbahkan kepada keturunan waliyullah Saleh bin Hasan bin Husein bin Syaikh Abi Bakar bin Salim

Gelar tersebut disandang karena datuk mereka bermukim di Chamur, suatu tempat yang terkenal di sebelah Barat Syibam.

Aal-MAULA CHAILAH

Yang pertama kali diberi gelar Maula-Chailah ialah waliyullah Abdurahman bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad Maula Dawilah.

Gelar tersebut disandang karena beliau bermukim di daerah pegunungan Chailah yang terkenal di sebelah Barat kota Tarim. Chailah berasal dari kata Khala yang berarti memelihara. Untuk selanjutnya kata tersebut diberikan kepada orang-orang yang memelihara ibadahnya.

Waliyullah Abdurahman Maula Chailah wafat di Tarim tahun 914 Hijriyah.

Aal-ALCHUUN

Yang pertama kali dijuluki al-Chuun ialah waliyullah Alwi bin Abdurahman bin Muhammad bin Abdullah Ba'alawi.

Beliau diberi gelar al-Chuun, dikarenakan beliau tinggal di desa al-Chuun yang terletak sebelah Timur Hadramaut.

Keturunan waliyullah Alwi bin Abdurahman terputus pada abad kedua belas hijriyah.

MAULA AL-DAWILAH

Beliau adalah waliyullah Muhammad Maula al-Dawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Diberi gelar Maula al-Dawilah karena beliau bermukim di dusun Yabhar dekat makam nabi Hud as, di bagian Timur Hadramaut. Waliyullah Muhammad Maula Dawilah bersama para pengikutnya membangun rumah di dusun tersebut. Maka dusun Yabhar yang awalnya sepi menjadi ramai. Dusun itu disebut al-Dawilah yang artinya dusun lama. Waliyullah Muhammad digelari Maula al-Dawilah artinya pemimpin dusun Dawilah. Puteranya yang bernama Abdurahman Assaqqaf membangun pula sebuah kota di dekatnya yang dinamakan Yabhar. Desa yang pertama disebut Yabhar lama sedangkan desa yang kedua disebut Yabhar baru. Selanjutnya nama Maula al-Dawilah dikhususkan untuk anak Muhammad Maula al-Dawilah selain Syaikh Abdurahman Assaqqaf yang mempunyai gelar khusus.

Waliyullah Ahmad Maula al-Dawilah dilahirkan di kota Yabhar. Dikaruniai 4 orang anak lelaki , yaitu Abdurahman Assaqqaf, Ali, Abdullah dan Alwi.

Waliyullah Muhammad Maula al-Dawilah wafat di Tarim tahun 765 Hijriyah.

Aal AL-DZI'BU

Yang pertama kali dijuluki al-Dzi'bu ialah waliyullah Muhammad bin Salim bin Ahmad bin Husein bin Syaikh Abu Bakar bin Salim.

Gelar yang disandang, dikarenakan beliau berkelahi dengan seekor srigala yang menyerang sekumpulan kambing mereka dan beliau berhasil menangkap Srigala itu. Karena itulah beliau disebut al-Dzi'bu.

Aal-BARAQBAH

Mereka adalah keturunan waliyullah Umar bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Mengenai gelar ini tidak didapat keterangan yang jelas, apakah beliau mempunyai pundak yang kuat , yang dalam bahasa Arab disebut Raqbah atau berhubungan dengan suatu tempat yang terdapat sumur dan pohon kurma dekat kota Tarim yang disebut 'Baraqbah'.

Waliyullah Umar Baraqbah dilahirkan di Tarim, dikaruniai seorang anak lelaki bernama Abdurahman.Beliau wafat tahun 895 H.

Aal-ALRUCHAILAH

Yang pertama kali dijuluki al-Ruchailah ialah waliyullah Muhammad bin Umar bin Ali bin Umar bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih Muqaddam.

Gelar yang disandang karena beliau seorang yang tidak memiliki apa-apa, hanya mempunyai seekor anak kambing yang dalam bahasa Arabnya al-Rachilah. Kambing kesayangannya itu dipotong ketika ia menjamu makan tamunya. Tatkala beliau mengetahui bahwa hidangan itu habis tidak tersisa untuk keluarganya, beliau memohon kepada Allah swt agar kambing itu dihidupkan kembali sebagai rezeki untuknya. Allah mengabulkan doanya dengan dihidupkan kembali kambingnya.

Waliyullah Muhammad al-Rachilah dikarunia 5 orang anak lelaki yaitu: Hasan, Ali, Husin, Alwi , Salim. Yang meneruskan keturunannya bernama Salim yang biasa dikenal dengan al-Ruchailah Ba'Umar melalui anaknya yang bernama Umar.Umar mempunyai 2 anak yaitu Muhammad Ba'Umar (keturunannya di Indonesia) dan Ali Ba'Umar (keturunannya di Zailah Afrika).

Waliyullah Muhammad al-Ruchailah wafat di kota Tarim.

Aal-ALZAHIR

Mereka adalah keturunan waliyullah al-Zahir bin Husin bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Syahabuddin al-Ashgor bin Abdurahman bin Syahabuddin al-Akbar. Dan gelar al-Zahir dinisbatkan juga kepada keturunan waliyullah Abdullah bin Muhammad al-Masyhur bin Ahmad bin Muhammad bin Syahabuddin al-Ashgor. Kedua keluarga tersebut bertemu pada al-Habib Muhammad bin Ahmad Syahabuddin al-Ashgor.

Gelar yang disandang karena cahaya wajah beliau yang indah berseri, indah dan jernih apalagi ketika beliau sedang berada di majlis memberikan pelajaran/nasehat.

Waliyullah Muhammad bin Ahmad al-Zahir lahir di kota Tarim, dikarunia 2 orang anak lelaki, satu diantaranya bernama Abdullah yang menurunkan keturunan al-Zahir yang berada di Indonesia.

Waliyullah Muhammad bin Ahmad al-Zahir wafat di Tarim tahun 1203

Aal-BASAKUTAH

Mereka adalah keturunan waliyullah Hasan bin Ahmad Masrafah bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurahman bin Alwi Ammu al-Faqih.

Diberi gelar Hasan Sakutah atau dengan Basakutah, dikarenakan beliau seorang laki-laki yang banyak diam dan sedikit berbicara, dan jika berbicara hanya mengeluarkan kata-kata yang baik saja.

Aal-ALSAQQAF

Yang pertama kali digelari al-saqqaf ialah waliyullah al-Muqaddam al-Tsani al-Imam Abdurahman bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Gelar yang disandang karena beliau sebagai pengayom para wali pada zamannya agar terhindar dari perkara bid'ah. Para ulama ahli hakikat dan para wali yang bijaksana menamakan beliau 'al-Saqqaf', karena beliau menutup hal keadaannya dari penduduk di zamannya. Beliau sangat benci dengan kesohoran. Ketinggian derajat beliau dari para wali di zamannya bagaikan kedudukan atap bagi rumah.

Beliau dilahirkan di kota Tarim, dikarunia 13 anak lelaki, dan 7 orang meneruskan keturunannya: Abu Bakar As-Sakran, Alwi, Ali, Aqil, Abdullah, Husein dan Ibrahim.

Waliyullah Abdurahman Al-saqqaf wafat di Tarim tahun 819 H.

AL-SAKRAN

Beliau adalah Abu Bakar bin Abdurahman al-saqqaf bin Muhammad Maula al-Dawilah.

Digelari dengan al-sakran , karena beliau mabuk dengan cintanya kepada Allah swt.

Waliyullah Abu Bakar al-sakran dikarunia lima orang anak laki, yaitu: Muhammad al-akbar, Hasan, Abdullah, Ali, dan Ahmad. Dari ketiga anaknya yang bernama Abdullah, Ali dan Ahmad menurunkan keluarga al-Aydrus, Syahabuddin, al-Masyhur, al-Hadi, al-Wahath, al-Munawar.

Waliyullah Abu bakar al-sakran wafat di Tarim tahun 821 Hijriyah.

Aal-BIN SUMAITH

Yang pertama kali digelari al-Bin Sumaith ialah waliyullah Muhammad bin Ali bin Abdurahman bin Ahmad bin Alwi bin Ahmad bin Abdurahman bin Alwi Ammu al- Faqih.

Gelar yang disandang karena di masa kecilnya ia dipakaikan oleh ibunya sebuah kalung dari benang yang biasa dipakai oleh anak kecil dan biasa disebut Sumaith. Ketika sedang berjalan kalung itu jatuh dan sang ibu enggan berbalik untuk mengambilnya. Ibu dan puteranya berjalan terus dan membiarkan kalung itu tertinggal, sedangkan orang-orang yang menyaksikan kejadian tersebut mengira sang ibu tidak mengetahui kalau kalung anaknya jatuh dan berusaha memberitahu dengan berteriak Sumaith. Maka semenjak itu anak tersebut dijuluki Semith.

Waliyullah Muhammad Bin Semith lahir di kota Tarim, dikaruniai seorang anak laki bernama Abdullah yang menurunkan keturunannya di Tarim, Syibam, Taribah, Goroh (Hadramaut), Zanzibar dan Indonesia (Kalimantan, Manado, Sumba, Denpasar, Madura, Jakarta, Surabaya, Semarang, Pekalongan)

Waliyullah Muhammad Bin Semith wafat di Tarim tahun 950 Hijriyah.

Aal-BIN SUMAITHAN

Yang pertama kali dijuluki al-Bin Semithan ialah waliyullah Ahmad bin Muhammad bin Alwi bin Muhammad Maula Dawilah.

Gelar yang disandang, dikarenakan beliau seorang lelaki yang giat, mempunyai tumbuh kecil dan bertempat tinggal di suatu Badiyah Hadromiyah yang penduduknya merupakan orang yang giat bekerja.

Aal-ALSIRY

Mereka adalah keturunan walyullah Ali bin Umar bin Abdullah bin Harun bin Hasan bin Ali bin Muhammad Jamalullail bin Hasan al-Mualim bin Muhammad Asadillah bin Hasan Atturabi bin Ali bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Beliau diberi gelar dengan al-Sirry sebagi tabarruk kepada seorang waliyullah yang termasyhur yaitu al-Syaich al-Seri al-Saqthi.

Waliyullah Ali al-Seri lahir di kota Tarim, dikarunia 3 orang anak lelaki: Ahmad, Aqil dan Umar. Waliyullah Ali al-Seri wafat di kota Tarim tahun 1053 H.

Aal-BIN SAHAL

Mereka bernasab kepada waliyullah Sahal bin Ahmad bin Abdullah bin Muhammad Jamalullail bin Hasan bin Muhammad Asadillah bin Hasan Atturabi. Beliau dinamakan Sahal karena bertabarruk kepada al-Sayid Sahal al-Tastari.

Waliyullah Sahal bin Ahmad lahir di kota Tarim, dikaruniai 3 anak lelaki, 2 diantaranya meneruskan keturunan belia yaitu Alwi dan Ahmad.

Waliyullah Sahil bin Ahmad wafat di Tarim tahun 973 H.

Aal-ALSYATHRI

Mereka adalah keturunan waliyullah Alwi bin Ali bin Ahmad bin Muhammad Asadilah bin Hasan Atturabi bin Ali bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Gelar yang disandang karena beliau selalu membagi dua harta yang dimilikinya kepada saudara kandungnya al-Habib Abubakar al-Habsyi. Membagi dua dalam bahasa Arabnya adalah Syathara.

Waliyullah Alwi al-syathri lahir di Tarim, dikarunia 5 orang anak lelaki, dan 2 diantaranya yang meneruskan keturunan, yaitu: Muhammad dan Umar.

Waliyullah Alwi Al-syathri wafat di Tarim tahun 843 H.

Aal-SYABSYABAH

Mereka adalah keturunan waliyullah Idrus bin al-Hadi bin Ahmad Shahib Syi'ib bin Muhammad al-Ashgor bin Alwi bin Abi Bakar al-Habsyi.

Syabsyabah adalah nama dari satu jenis pohon kurma yang istimewa dan masyarakat lebih suka kalau kurma itu dalam keadaan mengkal (setengah matang). al-Habib Idrus bin al-Hadi dinamakan Syabsyabah karena beliau mempunyai pohon kurma tersebut sebagai hasil kerja keras orang tua mereka.

Aal-ALSYILI

Mereka adalah keturunan waliyullah Abdullah bin Abu Bakar bin Alwi al-Syaibah bin Abdullah bin Ali bin Abdullah Ba'alawi.

Datuk mereka digelari dengan 'Syillih' sebagai fiil amer dengan makna 'bawalah atau ambillah'. Adapun gelar ini tidak di dapat keterangan yang jelas.

WaliyullahAbdullah bin Abi Bakar al-Syili dikarunia tiga orang anak laki bernama: Abubakar, Ahmad dan Aqil. Dari anaknya yang bernama Abu bakar dikarunia cicit yang bernama Muhammad bin Abi bakar bin Ahmad bin Abibakar bin Abdullah al-Syili, penulis kitab al-Masra' al-Rawi yang berisi biografi tokoh ulama Alawiyin.

Aal-BASYUMAILAH

Mereka bernasab kepada waliyullah Abu Bakar bin Abdullah bin Abdurahman Assegaf bin Muhammad Maula Dawilah.

Pada zamannya tersebar berita bahwa beliau telah mendapatkan karomah dari Allah swt. Beliau adalah seorang yang hidupnya selalu dalam kesulitan dan hidup sebagai seorang zahid. Dalam perjalanannya menuju Mekkah untuk menunaikan ibadah haji, beliau ketinggalan kapal yang akan dinaikinya, timbullah rasa sedih dan sesal pada dirinya karena khawatir tidak dapat menunaikan ibadah haji, sedangkan yang ada pada dirinya hanya sehelai selimut (syamilah), lalu waliyullah Abu Bakar menghamparkan syamilahnya di tepi pantai lalu naik ke atasnya, maka meluncurlah selimut itu dengan cepat hingga mendahului kapal yang meninggalkannya. Kejadian tersebut disaksikan oleh orang ramai, maka sejak itu beliau dinamakan dengan Basyumailah.

Waliyullah Abu Bakar Basymilah lahir di kota Tarim, dikarunia 2 orang anak lelaki yaitu Ahmad dan Abdullah. Beliau wafat di kota Tarim tahun 843 H

Aal-SYAHABUDDIN

Yang pertama kali dijuluki Syahabuddin ialah waliyullah Ahmad bin Abdurahman bin Ahmad Syahabuddin bin Abdurahman bin al-Syaich Ali bin Abu Bakar As-sakran bin Abdurahman Assegaf.

Syahabuddin adalah gelar yang dinisbahkan kepada para ulama yang agung dan terkenal dengan keluasan ilmu mereka dan banyak mempunyai karya tulisan pada zamannya. al-Habib Ahmad Syahabuddin al-Akbar dan cucu beliau al-Habib Ahmad Syahabuddin al-Ashgor adalah dua orang waliyullah yang terkenal dan pantas menggunakan gelar tersebut, maka keduanya diberi gelar Syahabuddin. Hal itu disebabkan keagungan dan keluasan ilmu mereka. Bagi setiap anak cucu al-Habib Syahabuddin al-Ashgor disebut Bin Syahab kecuali beberapa keluarga mereka yang dikenal dengan gelar lain seperti al-Masyhur dan al-Zahir. Adapun Aal-alhadi, mereka adalah anak cucu pamannya yaitu al-Habib Muhammad al-Hadi bin Ahmad Syahabuddin al-Akbar dan anak cucu saudaranya al-Hadi bin Abdurahman bin Ahmad Syahabuddin al-Akbar. Waliyullah Syahabudin al-Akbar lahir di kota Tarim, dikarunia 3 orang anak lelaki

1. Muhammad al-Hadi, keturunannya al-Bin Syahab al-Hadi. Cucunya bernama:

Ali bin Idrus bin Muhammad al-Hadi. Keturunannya berada di Palembang, Jakarta dan Pekalongan.
Syihabuddin bin Idrus bin Muhammad al-Hadi, keturunannya berada di Malaysia dan Singapura.
2. Umar, keturunannya al-Syahab al-Mahjub (Palembang)

3. Abdurahman al-Qadi bin Syahabudin al-Akbar, dikarunia 4 orang anak lelaki:

Abu Bakar, keturunannya di Zhufar, Amman, Palembang.
Abdullah, keturunannya di Malabar.
Muhammad al-Hadi bin Abdurahman al-Qadhi, keturunannya disebut al-Hadi.
Syahabuddin bin Abdurahman al-Qadhi (Ahmad Syahabuddin al-Ashgor), keturunannya: al-Bin Husein, al-Bin Idrus, al-Bin Zain. Waliyullah Ahmad Syahabuddin al-Ashgor wafat di Tarim tahun 1036, keturunannya al-Masyhur dan al-Zahir.
Waliyullah Ahmad Syahabuddin al-Akbar wafat di Tarim tahun 946 Hijriyah.

Aal-BASYAIBAN

Mereka bernasab kepada waliyullah Abu Bakar bin Muhammad Asadillah bin Hasan Atturabi bin Ali bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Syaiban berasal dari kata al-Syaibu yang artinya beruban. Beliau diberi gelar dengan al-syaiban karena berusia lanjut dan mempunyai rambut putih, hal tersebut menambah kebesaran dan kewibawaan beliau.

Waliyullah Abu Bakar Basyeban lahir di kota Tarim, dikarunia 2 orang anak lelaki, satu diantaranya yaitu: Ahmad Basyeban.

Waliyullah Abu Bakar Basyeban wafat di Tarim tahun 807 H.

Aal-SYAICH ABU BAKAR BIN SALIM

Yang pertama kali dijuluki al-Syaich Abu Bakar Bin Salim ialah waliyullah Abu Bakar bin Salim bin Abdullah bin Abdurahman bin Abdullah bin al-Imam Abdurahman Assegaf.

Gelar yang disandang karena beliau seorang guru besar dalam ilmu agama dan seorang pemimpin. Beliau adalah seorang sufi yang bergelar wali quthub.

Waliyullah Syaich Abu Bakar bin Salim lahir di kota Tarim pada tahun 919 H, dikaruniai 13 anak lelaki dan yang menurunkan keturunannya 9 orang anak, bernama: Husin, Hamid, Umar, Hasan, Ahmad, Soleh, Ali, Syaichon, Abdullah. Dari anak-anaknya tersebut diantaranya menurunkan keluarga al-Hamid, al-Muhdharm al-Khiyyid, al-Khamur, al-Haddar, Abu Futhaim, dan Bin Jindan.

Waliyullah Syaich Abu Bakar bin Salim wafat di kota Inat tahun 992 Hijriyah.

Aal-SYAICHON DAN Aal BIN SYAICHON

Keluarga Asy-Syaichon dan Bin Syaichon disandang oleh beberapa waliyullah, diantaranya:

Al-Bin Syaichon: Syaichon bin Muhammad bin Syaichon bin Muhammad bin Syaichon bin Husein bin Ahmad shohib Syi'ib bin Muhammad bin Alwi bin Abi Bakar al-Habsyi.
Al-Syaichon: Bin Aqil bin Salim (Saudara Syaikh Abu Bakar bin Salim)
Al-Syaichon: Bin Husein bin Syaikh Abu Bakar bin Salim
Al-Syaichon: Bin Abdullah Abud bin Ali bin Muhammad Maula Dawilah dari keluarga Ba'bud.
Al-Syaichon: Bin Ali bin Hasyim bin Syech bin Muhammad bin Hasyim (dari keluarga Bahasan).
SHAHIB AL-HAMRA'

Yang pertama kali dijuluki Shahib al-Hamra ialah waliyullah Umar bin Abdurahman bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Gelar yang disandang , dikarenakan beliau tinggal di Hamra nama kota yang terkenal di Yaman.

Keturunan waliyullah Umar bin Abdurahman adalah keluarga Balghaits.

SHAHIB AL-HUTHOH

Yang pertama kali dijuluki Shahib al-Huthoh ialah waliyullah Ali bin Muhammad bin Abdullah bin al-Faqih Ahmad bin Abdurahman bin Alwi Ammu al-Faqih.

Gelar yang disandang, dikarenakan beliau tinggal di Huthoh daerah yang terletak sebelah Barat kota Tarim, Hadramaut.

SHAHIB AL-SYI'IB

Yang pertama kali dujuluki Shahib al-Syi'ib ialah waliyullah Ahmad bin Muhammad al-Asghor bin Alwi bin Abi Bakar al-Habsyi.

Gelar yang disandang, dikarenakan beliau dimakamkan di Syi'ib. Di tempat itu pula dimakamkan kakeknya al-Imam al-Muhajir Ahmad bin Isa. Daerah tersebut terletak diantara kota Tarim dan Seiwun.

SHAHIB QASAM

Yang pertama kali dijuluki Shahib Qasam ialah waliyullah Ahmad bin Alwi Syaibah bin Abdullah bin Ali bin Abdullah Ba'alawi.

Gelar yang disandang, dikarenakan beliau pindah dari Tarim ke Qasam. Qasam merupakan kota yang didirikan oleh al-Imam Ali Khali' Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa. Di kota tersebut beliau menanam pohon kurma untuk mengingatkannya terhadap kota Qasam di Basrah yang merupakan milik kakeknya al-Muhajir Ahmad bin Isa.

Waliyullah Ahmad Qasam bin Alwi Syaibah dikarunia lima orang anak laki, bernama: Alwi, Husin, Abubakar, Abdurahman, Abdullah dan Muhammad (menurunkan keluarga al-Junaid al-Achdhor)

SHAHIB MARBATH

Yang pertama kali dijuluki Shahib Marbath ialah waliyullah Muhammad bin Ali bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa al-Muhajir.

Gelar yang disandang, dikarenakan beliau tinggal di Marbath Zhufar, sebelumnya beliau tinggal di Tarim yang dinamakan dengan zhufar lama.

SHAHIB MARYAMAH

Yang pertama kali dijuluki Shahib Maryamah ialah waliyullah Ahmad bin Alwi bin Abdurahman Assaqqaf.

Gelar yang disandang , dikarenakan beliau tinggal di Maryamah suatu kota yang terletak dekat Seiwun.

Aal-BASUROH

Mereka adalah keturunan waliyullah Ahmad al-Mualim bin Hasan bin At-Thawil bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad al-Faqih bin Abdurahman bin Alwi Ammu al-Faqih.

Diberi gelar Basurroh karena beliau memiliki sebuah bungkusan (surrah) yang selalu dijaga dan dibawa kemana saja beliau pergi, sehingga semua orang mengira bungkusan itu berisi barang-barang berharga. Akan tetapi setelah beliau wafat bungkusan tersebut dibuka dan ternyata isinya kitab-kitab agama yang selalu dibaca selama hidupnya.

Waliyullah Abdurahman Ba-Surroh lahir di kota Tarim, dikarunia seorang anak lelaki bernama Muhammad.

Waliyullah Abdurahman Ba-Surroh wafat di Tarim tahun 888 H.

Aal ALSHULAIBIYAH

Mereka adalah salah satu keluarga dari Aal Alaydrus. Datuk mereka ialah waliyullah Husein bin Abdullah bin Syaich bin Abdullah al-Aydrus bin Abi Bakar al-Sakran bin Abdurahman Assaqaf.

Gelar yang disandang beliau berhubungan dengan jalur ibunya. al-Syarifah Aisyah binti Abi Bakar bin Abdullah Basyamilah adalah yang pertama digelari dengan al-Shulaibiyah. Selanjutnya gelar tersebut melekat kepada puterinya Alwiyah binti Abdullah bin Alwi Bajahdab dan kepada cucunya Fathimah isteri dari al-Habib Husin, maka gelar al-Shulaibiyah pun melekat kepada al-Habib Husin dan keturunannya. al-Shulaibiyah berasal dari kata al-Sholaba yang mempunyai arti teguh. al-Syarifah Aisyah diberi gelar tersebut karena mempunyai pendirian yang teguh terutama dalam menjalankan ajaran agama Islam.

Waliyullah Ahmad al-Shalabiyah lahir di kota Tarim, dikaruniai 7 orang anak lelaki yaitu: Abu Bakar dan Abdullah (keturunannya berada di India), Ali, Muhammad, Abdurahman, Husein dan Syaich (keturunannya sebagian besar berada di Indonesia).

Waliyullah Ahmad al-Shalabiyyah wafat di Tarim tahun 1028 H.

Aal AL-SHAFI AL-JUFRI

Mereka adalah keturunan waliyullah Syaichan bin Alwi bin Abdullah Attarisi bin Alwi al-Chowas bin Abu Bakar al-Djufri bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad al-Syahid bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Gelar al-Shofi karena pada diri beliau melekat sifat-sifat yang suci (Safail-Qalbu) dan juga ayahnya memberi nama sesuai dengan nama leluhurnya al-Shafi

Waliyullah Syaichan al-Shafi lahir di kota Makkah, dikaruniai 3 orang anak lelaki yaitu Maqbul, Umar, Abdullah. Dua diantaranya meneruskan keturunan beliau yaitu Umar dan Abdullah.

Waliyullah Syaichan As-Shafi wafat di kota Makkah tahun 1089 H.

Aal AL-SHAFI AL-SAQQAF

Mereka adalah keturunan waliyullah Umar al-Shafi bin Abdurahman al-Mualim bin Muhammad bin Ali bin Abdurahman al-Saqqaf.

Pemberian gelar al-Shofi karena beliau mempunyai kejernihan hati dan pikiran, kebersihan perasaan, kelembutan tabiat. Waliyullah Umar al-Shafi wafat di kota Tarim

Aal-THAHA

Mereka adalah keturunan Thaha bin Umar al-Shafi bin Abdurahman al-Mualim bin Muhammad bin Ali bin Abdurahman al-Saqqaf dan juga keturunan cucunya al-Habib Thaha bin Umar bin Thaha bin Umar al-Shafi.

Thaha adalah salah satu nama Rasulullah saw. Mereka menamakan dengan Thaha karena bertabarruk kepada Rasullah saw.

Aal AL-THAHIR

Mereka adalah keturunan waliyullah Thahir bin Muhammad bin Hasyim bin Abdurahman bin Abdullah bin Abdurahman bin Muhammad bin Abdurahman bin Ahmad bin Alwi bin Ahmad al-Faqih bin Abdurahman bin Alwi Ammu al-Faqih.

Waliyullah Thahir bin Muhammad lahir di kota Tarim, dikaruniai 5 orang anak lelaki dan hanya seorang saja yang meneruskan keturunannya bernama Husein.

Waliyullah Thahir bin Muhammad wafat di kota Tarim tahun 1163 Hijriyah.

Al-ADANI

Yang pertama kali digelari al-Adani ialah waliyullah al-Quthub Abu Bakar bin Abdullah al-Aydrus bin Abu Bakar al-Sakran.

Soal gelar yang disandang karena beliau meninggalkan tempat kelahirannya, kota Tarim berhijrah ke kota Aden di Yaman Selatan dan sampai akhirnya beliau bermukim di kota Aden tersebut karenanya beliau di juluki al-Adani. Waliyullah al-Quthub Abu Bakar bin Adullah al-Aydrus begitu pertama kali memasuki kota Aden, maka turun hujan susu di kota Aden tersebut.

Waliyullah Abu bakar al-Adani dilahirkan di kota Tarim dan dikarunia seorang anak bernama Ahmad. Ahmad dan kedua anaknya Aqil dan Muhammad tidak mempunyai keturunan.Waliyullah Abu bakar al-Adani wafat tahun 914 H di kota Aden.

Aal-AZHAMAT CHAN

Mereka adalah keturunan dari Abdul Malik bin Alwi Ammu al-Faqih. Di India mereka dikenal dengan gelar Azhamat yang dalam bahasa Urdu adalah suatu gelar yang menunjukkan atas kemuliaan dan kehormatan. Sedangkan Chan artinya keluarga. Jadi Azhamat Chan adalah keluarga yang mulia dan terhormat. Dari India, sebagian mereka berhijrah ke Siam, Kamboja dan Indonesia. Diantara mereka adalah para ulama yang dikenal dengan Wali Songo.

Aal-AQIL

Al-Aqil adalah gelar yang diberikan untuk anak cucu waliyullah:

Aqil bin Salim bin Abdullah bin Abdurahman bin Abdullah bin Abdurahman al-Saqqaf.
Aqil bin Muthohhar bin al-Hamid bin Syaikh Abu Bakar bin Salim.
Aqil bin Abdullah bin Umar bin Yahya.
Aqil bin Salim bin Abdullah dikarunia 5 orang anak lelaki: Salim, Syaichon , Muhammad , Zein (keturunannya al-Agil bin Salim di Lisik), Abdurahman yang dikenal dengan al-Atthas bin Aqil bin Salim

Aal-BA'AQIL

Mereka adalah keturunan waliyullah Aqil bin al-Imam Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Waliyullah Aqil bin Abdurrahman Assegaf dilahirkan di kota Tarim. Dikarunia 1 orang anak lelaki yang bernama Abdurrahman. Abdurrahman bin Aqil dikarunia 3 orang anak lelaki:

Hasan
Muhammad al-Mualim Ba'aqil
Hasan dan Muhammad al-Hadi menurunkan keturunan 'al-Ba'aqil al-Seqqaf '

Umar, menurunkan keturunan al-Ba'aqil (Abdullah & Abdurahman).
Waliyullah 'Aqil bin Abdurrahman Assegaf wafat tahun 871 H di kota Tarim.

Aal-BA'ALAWI

Sebagaimana telah diketahui bahwa setiap orang yang bernasab kepada Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali al-Uraidhi bin Ja'far al-Shadiq sampai kepada akhir nasab yang mulia, maka disebut Ba'alawi.

Ada beberapa qabilah yang tidak bergelar dengan gelar tertentu, mareka itu dikenal dengan gelar Ba'alawi seperti Aal-Ba'alawi yang bernasab kepada Abu Bakar al-Wara'.

Aal-ALI LALA

Beliau adalah al-Habib Ali Lala bin Ahmad al-Mualim bin Hasan al-Thawil bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurahman bin Alwi Ammu al-Faqih. Gelar Lala dalam bahasa Urdu artinya hartawan. Jadi Ali Lala adalah Saudagar Ali.

Aal-ALATTHAS

Mereka adalah keturunan waliyullah Abdurrahman bin Aqil bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman Assegaf.

Menurut Habib Ali bin Hasan al-Attas (shohib al-Mashad) dalam kitabnya al-Qirthos Fi Manaqib al-Habib Umar bin Abdurahman al-Attas mengatakan bahwa pemberian gelar al-Attas dikarenakan keramatnya, yaitu bersin dalam perut ibunya seraya mengucapkan Alhamdulillah, yang mana perkataan tersebut didengar oleh ibunya. Menurut Habib Ali yang pertama kali bersin dalam perut ibunya yaitu Aqil bin Salim, saudara kandung Syaikh Abu Bakar bin Salim, selanjutnya gelar tersebut dipakai oleh anaknya yang bernama Abdurahman. Sedangkan anaknya yang bernama Muhammad dan Zein memakai gelar al-Aqil bin Salim. Syaikh Muhammad bin Ahmad Bamasymus al-Amudi berkata: 'Tidak ada al-Idrus kecuali Abdullah dan tidak ada al-Attas kecuali Umar'. Bersin bahasa Arabnya athasa dan orang yang bersin disebut al-Aththas. Waliyullah Abdurahman bin Aqil bin Salim dilahirkan di kota Lisik. Beliau dikarunia lima orang anak lelaki, tiga diantaranya melanjutkan keturunan beliau, yaitu;

Abdullah, keturunannya berada di Yafi' (Hadramaut )
Aqil, keturunannya al-Attas al-Aqil (Khuraidhoh)
Umar (Sohibur Ratib) keturunannya sebagian besar berada di Indonesia. Beliau dikarunia 9 orang anak lelaki, tetapi yang menruskan keturunan beliau hanya 4 orang, yaitu:
Husein, menurunkan keturunan al-Attas yang disebut al-Muchsin, al-Hamzah al-Ahmad, al-Thalib, al-Umar, al-Hasan, al-Ali, al-Abdullah.
Salim, keturunannya berada di Khuraidhoh, Jubail, India, Pekalongan, Penang dan Katiwar.
Abdullah, keturunannya berada di Amud, Inaq, Jadfaroh, Luhrum, Jawa dan di Bihan (Syihir).
Abdurrahman, keturunannya di Khuraidhoh, Luhrum, Jawa dan India.
Waliyullah Abdurrahman bin Aqil bin Salim wafat di kota Huraidhoh.

Aal AL-AYDRUS

Mereka adalah keturunan waliyullah Abdullah bin Abi Bakar al-Sakran bin Abdurrahman Assegaf. Sebab dinamakan al-Aydrus menurut pengarang kitab al-Masra' karena gelar tersebut merupakan gelar pemimpin para wali dan nama yang agung untuk seorang sufi. Dan ada pula yang mengatakan nama al-Aydrus berasal dari kata Utayrus yang dalam bahasa Indonesia berarti bersifat seperti Macan atau Singa. Tidak diragukan lagi bahwa Singa adalah raja hutan dan Aidrus adalah pemimpin para wali di zamannya. Di samping itu gelar tersebut adalah pemberian dari datuknya, karena pada masa kecilnya beliau selalu dipanggil oleh datuknya Waliyullah Abdurrahman Assegaf dengan julukan Utayrus.

Beliau dilahirkan di kota Tarim pada bulan Dzulhijjah tahun 811 H. Dikaruniai 5 orang anak lelaki: Abu Bakar, Muhammad, Alwi, Syech dan Husin. Dari kelima anak lelaki hanya 3 yang meneruskan keturunan beliau yaitu:

Alwi, yang menurunkan keturunan al-Aydrus: al-Ahmad al-Muhtaji. Keturunannya berada di Bor, di Syam, di Dhafar (Hadramaut) dan di Jawa.
Husein, menurunkan keturunan al-Aydrus: al-Umar bin Zain, al-Ismail, al-Hazem, al-Tsiby, al-Ma'igab (menurunkan: Ahmad Syarim, Hasan bin Abdullah, Abbas bin Abdullah, Waliyullah Habib Husein Bin Abu Bakar, luar batang)
Syaich, menurunkan keturunan al-Aydrus: al-Shalabiyah dan Ali Zainal Abidin.
Waliyullah Abdullah bin Abi Bakar Sakran wafat pada tanggal 12 Ramadhan 865 H di perjalanan antara Syihir dan Tarim (Hadramaut).

Aal-AIDID

Mereka adalah keturunan waliyullah Muhammad Maula Aidid bin Ali Shahib al-Huthah bin Muhammad bin Abdullah al-Faqih bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi Ammu al-Faqih.

Gelar al-Aidid diberikan karena beliau bermukim di suatu dusun yang tidak berpenduduk disebut "Wadi Aidid” yaitu dusun yang terletak di daerah pegunungan sebelah Barat Daya kota Tarim dan mendirikan sebuah masjid untuk tempat beribadah dan beruzlah (mengasingkan diri) dari keramaian. Desa Aidid menjadi semerbak dan terang berderang dengan sinar keberkahan dari al-habib Muhammad.

Waliyullah Muhammad Maula Aidid dilahirkan di kota Tarim. Dikaruniai 4 orang anak lelaki: Alwi, Abdullah, Abdurahman dan Ali. Dari 4 orang anaknya hanya 3 orang yang meneruskan keturunannya. Yang bernama Abdullah dan Abdurrahman dijuluki dengan gelar Bafaqih yang kemudian menjadi leluhur al-Bafaqih. Sedangkan anaknya yang bernama Ali tetap dijuluki Aidid yang kemudian menurunkan keturunan al-Aidid.

Waliyullah Muhammad Maula Aidid wafat tahun 862 H di kota Tarim.

Aal-BA'UMAR

Mereka adalah keturunan Ali bin Umar bin Salim bin Muhammad bin Umar bin Ali bin Umar bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Yang terkenal dengan Ba'Umar adalah datuk dari Ali bin Umar seorang wali yang mempunyai derajat tinggi di sisi Allah swt.

Aal-AUHAJ

Mereka adalah keturunan waliyullah Alwi Auhaj bin Ali bin Abu Bakar al-Facher bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi Ammul Faqih.

Beliau digelari dengan Auhaj karena bermukim di dusun yang disebut Auhaj Yaman. Waliyullah Alwi al-Auhaj dilahirkan di kota Tarim. Dikaruniai 3 orang anak yaitu Ahmad , Ali dan Abdullah. Waliyullah Alwi al-Auhaj wafat pada tahun 887 H di Tarim (Hadramaut).

Aal-BA'BUD

Perkataan Abud adalah sifat untuk orang yang banyak melakukan ibadah dan kadang dipakai sebagai gelar untuk orang yang bernama Abdullah seperti datuk al-Ba'abud dan salah seorang dari mereka yaitu Waliyullah Abdullah (Abud) bin Muhammad Maghfun bin Abdurahman Babathinah bin Ahmad bin Alwi bin Ahmad bin Abdurahman bin Alwi Ammu al-Faqih.

1. Al-Ba'abud Maghfun, yang pertama kali menyandang gelar Ba'abud adalah anak dari Waliyullah Abdullah bin Muhammad Maghfun yaitu: Muhammad Ba'abud Maghfun. Beliau digelari dengan 'Maghfun' karena suka beruzlah dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah swt. Waliyullah Muhammad Maghfun dilahirkan di kota Tarim, keturunan beliau berada di Bor Hadramaut, Madinah al-Munawwaroh, Mesir dan Indonesia. Waliyullah Muhammad Abud wafat di kota Tarim pada tahun 975 H.

2. Al-Ba'bud Dubjan, mereka adalah keturunan Muhammad al-Faqih al-Muqaddam, disandang oleh Waliyullah Abdullah Abud bin Ali Dubjan bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Ba'alawi. Tentang sebutan Dubjan diartikan dengan dua pengertian yaitu: pertama, Dubjan diartikan sebuah dusun di Hadramaut, dimana ayah dari Waliyullah Abdullah Abud yaitu Ali bin Ahmad bermukim di dusun Dubjan tersebut. Kedua, Dubjan diartikan dengan keindahan atau keperkasaan. Mungkin keluarga Waliyullah Abdullah bin Ali tersebut adalah orang-orang yang gagah perkasa dan pemberani. Waliyullah Abdullah Abud dilahirkan di kota Gasam dan wafat pada tahun 816 H. Keturunan beliau berada di Ghaiydhah, di Difar, di India dan di Indonesia.

3. Al-Ba'bud Charbasyan, keturunan Muhammad al-Faqih al-Muqaddam yang menyandang gelar ini adalah Waliyullah Abdullah Abud bin Ali bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali bin Alwi bin al-Faqih. Tentang sebutan Charbasyan diartikan sebuah dusun disekitar kota Makkah al-Mukarromah, dimana leluhur Waliyullah Ahmad bin Abi Bakar bermukim di dusun tersebut. Beliau dilahirkan di kota Makkah al-Mukarromah dan wafat di kota Tarim pada tahun 947 H. keturunannya berada di Churuf al-Zaidan, di kota Tarim, di Oman dan di Indonesia.

AL-GHAZALI

Mereka adalah qabilah dari keluarga al-Baiti tang berbangsa kepada Abu Bakar bin Ibrahim bin Abdurahman al-Saqqaf. Dan yang pertama kali diberi gelar al-Ghazali ialah Ahmad bin Muhammad al-Masyhur bin Abdullah bin Salim bin Abdullah. Ayah beliau memberi gelar dengan gelar ini karena berharap agar puteranya menjadi seperti Imam al-Ghazali walaupun hanya untuk sebagian ilmu dan amalnya.

Aal AL-GHUSNU

Mereka adalah keturunan Abu Bakar al-Ghusnu bin Hasan bin Ali bin Muhammad Jamallullail bin Hasan bin Muhammad Asadullah bin Hasan bin Ali bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Gelar al-Ghusnu diberikan karena beliau seorang yang lembut dan rendah hati terhadap masyarakat sekitarnya dan selalu berbaik hati kepada keluarganya.

Aal AL-GHAMRI

Mereka adalah qabilah dari keluarga Ba'abud al-Charbasyan. Dan yang pertama kali digelari dengan al-Ghamri ialah Muhammad bin Ahmad bin Alwi bin Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar bin Abdurahman bin Abdullah bin Abud bin Ali bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Pemberian gelar al-Ghamri karena saat beliau hijrah dari Hadramaut ke Madinah al-Munawaroh terlihat keramatnya yang sempurna. Orang Arab menyebutnya al-Ghumri yang berarti air yang banyak, dan orang menggelarinya dengan al-Ghamri karena beliau seorang yang dermawan dan lapang dada.

Aal-BALGHAITS

Mereka adalah keturunan waliyullah Umar bin Abdurahman Shahib al-Hamra'. Gelar yang disandang karena datuk beliau memberinya nama dengan al-Ghaits, sebagai tabaruk kepada seorang waliyullah yang terkenal Abul-Ghaits bin Jamil.

Keturunan berada di Timur Tengah dan Indonesia (sebagian besar ada di Kalimantan). Waliyullah Umar bin Ahmad al-Balghaits wafat di Lahij.

Aal AL-GHAIDHI

Beliau adalah Abu Bakar bin Abdullah bin Ahmad bin Abu Bakar al-Wara' bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Beliau digelari dengan al-Ghaidhi karena bertempat tinggal di suatu daerah al-Ghaidhoh di pantai Timur Hadramaut yang banyak ditumbuhi pepohonan.

Aal-FAD'AQ

Fad'aq adalah sejenis Harimau. Leluhur Alawiyin yang mendapat gelar ini karena mempunyai sifat kuat dan berani seperti Harimau saat berda'wah. Fad'aq mempunyai tiga keluarga yaitu;

1. Keturunan waliyullah Umar Fad'aq bin Abdullah Wathab bin Muhammad al-Munaffir. Beliau dilahirkan di jami Gasam hadramaut dan diberi 6 orang anak lelaki, 3 orang diantaranya menurunkan keturunannya

Ali, menurunkan al-Fad'aq Abunumai, keturunanya hanya ada di Magad dan di Dhifar Hadramaut.
Alwi, keturunannya hanya ada di India.
Ibrahim, keturunanya hanya berada di Gasam, di Dhifar di Magad dan Yaman Utara.
Waliyullah Umar Fad'aq bin Abdullah Wathab wafat di Jami' Gasam pada tahun 910 Hijriyah.

2. Keturunan waliyullah Fad'aq bin Muhammad bin Abdullah bin Mubarak bin Abdullah Wathab bin Muhammad al-Munaffir. Beliau dilahirkan di Baydlo' dan dikaruniai 5 anak, yang meneruskan keturunan beliau hanya 3 anak yaitu: Hasan, Aqil dan Abdullah yang keturunannya banyak di Indonesia. Beliau wafat di kota Baydlo' tahun 1000 H.

3. Keturunan waliyullah Ahmad bin Muhammad bin Alwi bin Muhammad Maula Dawilah yang dikenal dengan sebutan Baiti Fad'aq.

Aal-BAFAQIH

Al-Bafaqih disandang oleh dua orang yaitu: Abdurrahman bin Muhammad Maula Aydid dan Abdullah bin Muhammad Maula Aydid. Gelar Bafaqih berarti Ibnu Faqih. Beliau alim dalam ilmu fiqih sebagaimana kakeknya yang alim dan menguasai ilmu fiqih.

Waliyullah Abdurrahman Bafaqih dilahirkan di kota Tarim dan dikaruniai 5 orang anak, 3 diantaranya meneruskan keturunannya yaitu: Ahmad, Zain dan Atthayib. Waliyullah Abdurrahman Bafaqih wafat pada tahun 884 H.

Waliyullah Abdullah Bafaqih dilahirkan di kota Tarim, dikaruniai 3 orang anak, 2 diantaranya meneruskan keturunannya yaitu: Husein dan Ahmad. Beliau wafat beberapa tahun sesudah saudaranya Abdurrahman Bafaqih wafat.

Aal-BILFAQIH

Bilfaqih ialah gelar yang dinisbahkan kepada waliyullah Abdurrahman bin Muhammad bin Abdurrahman al-Asqo' bin Abdullah bin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih Muqaddam.. Gelar Bilfaqih didapat karena beliau dikenal sebagai seorang ahli fiqih dan mengikuti jejak ayahnya.

Waliyullah Abdurrahman bin Muhammad Bilfaqih dilahirkan di kota Tarim, dikaruniai enam orang anak laki yaitu: Ali, Alwi, Muhammad, Abubakar, Husin, Ahmad. Dari enam orang anak laki yang melanjutkan keturunan beliau hanya dua orang anak: Husein dan Ahmad.

Waliyullah Abdurrahman bin Muhammad Bilfaqih wafat di kota Tarim tahun 966

AL-FAQIH AL-MUQADDAM

Yang pertama kali di juluki al-Faqih al-Muqaddam ialah waliyullah al-Ustadz al-A'zhom Muhammad bin Ali bin Muhammad Shahib Marbath.

Gelar yang disandang karena beliau seorang faqih yang menguasai ilmu fiqih dan karena beliau pula negeri Hadramaut menjadi negeri yang aman. Di samping itu, waliyullah Muhammad bin Ali al-Faqih al-Muqaddam seorang yang berjalan pada thariqah kefaqiran. Julukan al-Muqaddam yang diberikan kepadanya, karena beliau seorang yang terkemuka/panutan. Makam beliau adalah tempat pertama dikunjungi oleh para penziarah di perkuburan Zanbal Tarim.

Aal-BAFARAJ

Aal-Bafaraj ialah gelar yang dinisbahkan kepada keturunan waliyullah Faraj bin Ahmad al-Masrafah bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi Ammu al-Faqih.

Gelar didapat karena ayah beliau menamakan Faraj ( berarti senang atau berkah ) dengan tujuan agar anaknya menjadi orang yang saleh penuh dengan kesenangan dan keberkahan dari Allah swt.

Waliyullah Faraj bin Ahmad dilahirkan di kota Tarim, dikaruniai 4 orang anak lelaki bernama: Abu bakar, Umar Abdullah dan Alwi. Waliyullah Faraj bin Ahmad wafat di kota Tarim tahun 876 H.

Aal-ABU FUTHAIM

Mereka adalah keturunan waliyullah Muhammad bin Abu bakar bin Ahmad bin Ali bin Hasan bin Syaich Abi Bakar bin Salim.

Gelar disandang karena beliau mempunyai anak perempuan yang bernama Fatimah yang berasal dari kata Fatama , maka orang-orang menjuluki Abu-Futhaim.

Waliyullah Muhammad Abu Futhaim dilahirkan di kota Tarim, dikaruniai 5 orang anak, 4 diantaranya meneruskan keturunannya yaitu: Abdurrahman, Husein, Umar dan Alwi. Waliyullah Muhammad Abu Futhaim wafat di kota San'a Yaman Utara.

AL-FARDY

Yang pertama kali di juluki al-Fardy ialah waliyullah Abdullah bin Alwi bin Ali bin Abi Bakar al-Facher bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurahman bin Alwi Ammu al-Faqih. Gelar yang disandang karena beliau terkenal sebagai ahli ilmu Faraid di zamannya sebagaimana disebutkan dalam kitab al-Masyra'.

Aal AL-QADRI

Yang pertama dijuluki al-Qadri ialah waliyullah Aqil bin Abdullah bin Muhammad bin Salim bin Ahmad bin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad Jamallullail

Al-Qadri adalah suatu kata yang berasal dari kalimat qadarullah yaitu takdir Allah swt. Adapun sebab diberi gelar al-Qadri karena beliau selalu menyandarkan segala sesuatu hanya kepada Allah swt yang terlihat dari perkataan dan perbuatannya.

Pendiri kota Pontianak Abdurahman bin Husein al-Qadri adalah keturunan dari Salim bin Abdullah saudara Aqil bin Abdullah. Waliyullah Aqil bin Abdullah al-Qadri wafat di Tarim.

Aal-QUTHBAN

Mereka bersambung nasabnya kepada waliyullah Quthban bin Aqil bin Ahmad bin Abu Bakar al-Sakran bin Abdurahman Assaggaf. Dinamakan Quthban karena beliau adalah seorang yang gagah berani dalam mengalahkan musuh-musuhnya.

Aal-QORI'

Yang pertama kali dijuluki al-Qari ialah waliyullah Abdurahman bin Ibrahim bin Abdullah bin Abdurahman Assaqqaf. Gelar yang disandangkan, karena beliau adalah seorang qari yang terkenal.

Aal AL-KAF

Mereka adalah keturunan waliyullah Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar al-Djufri. Gelar yang disandang mempunyai dua versi:

Waliyullah Ahmad bin Muhammad al-Kaf dapat mengalahkan seseorang yang mengaku dirinya jagoan yang mempunyai kekuatan luar biasa. Kekuatan yang luar biasa itu dalam bahasa Hadramaut disebut " Kaf ".
Dalam suatu perkara di pengadilan, hakim meminta Waliyullah Ahmad bin Muhammad al-Kaf menuliskan suatu kode. Kode yang ditulis itu adalah huruf Kaf maka sejak itu masyarakat memanggilnya dengan gelar al-Kaf
Waliyullah Ahmad bin Muhammad al-Kaf dilahirkan di kota Tarim, dikaruniai 2 orang anak lelaki bernama Abu Bakar dan Muhammad. Waliyullah Ahmad bin Muhammad al-Kaf wafat di Tarim tahun 911 Hijriyah.

AL-MUHDHAR

Beliau ialah Umar bin Abdurahman al-Saqqaf bin Muhammad Maula al-Dawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Waliyullah Umar al-Muhdhar bin Abdurahman al-saqqaf tidak mempunyai anak laki-laki, hanya mempunayi empat orang anak perempuan.

Waliyullah Umar al-Muhdhar bin Abdurahman al-saqqaf wafat di Tarim pada tahun 833 Hijriyah, ketika sujud pada shalat dzuhur.

Aal AL-MUHDHAR

Mereka adalah keturunan waliyullah Umar bin Syaich Abi Bakar bin Salim. Gelar yang disandangnya karena ayahnya menjulukinya Muhdhar agar ia mendapat berkah leluhurnya yaitu Waliyullah Umar Muhdhar bin Abdurrahman Assegaf.

Waliyullah Umar al-Muhdhar lahir di kota Inat, dikaruniai 2 orang anak lelaki bernama Ali dan Abu Bakar, mereka menurunkan keturunanan al-Muhdhar. Keturunan al-Muhdhar lainnya adalah al-Mahadir. Waliyullah Umar al-Muhdhar wafat di Inat pada tahun 997 H.

Aal AL-MAHJUB

Yang dijuluki al-Mahjub ialah:

1. Waliyullah Abdullah bin Abdurahman bin Hasan bin Syaich bin Hasan bin Syaich bin Ali bin Syaich bin Ali bin Muhammad Maula Dawilah. Waliyullah Abdullah al-Mahjub lahir di Makho” Hadramaut, dikaruniai 3 orang anak lelaki. Dari anaknya yang bernama Ahmad menurunkan keturunan al-Mahjub yang berada di Hadramaut.

2. Waliyullah Ali al-Sholeh al-Mahjub bin Abu Bakar bin Sholeh bin Abdullah bin Ibrahim bin Muhammad bin Syaich bin Abdullah bin al-Imam Abdurahman Assegaf. Beliau lahir di kota Tarim, dikaruniai seorang anak laki bernama Abdullah yang menurunkan al-Mahjub di Indonesia (sebagian besar ada di Banjarmasin). Beliau wafat di tarim pada tahun 1151 H.

Gelar yang disandang karena beliau selalu beruzlah, mendekatkan diri kepada Allah untuk memohon petunjuk mengatasi kerusakan zaman.

Aal-MAKNUN

Yang pertama kali dijuluki al-Maknun ialah waliyullah Ahmad maknun bin Umar bin Ahmad Shahib Maryamah bin Alwi bin Abdurahman Assaqqaf. Gelar yang disandang, karena beliau tinggal di Maknun nama sebuah tempat yang dikenal di Hadramaut.

Aal AL-MASYHUR

Mereka adalah keturunan waliyullah Muhammad al-Masyhur al-Majdzub bin Ahmad bin Muhammad bin Syahabuddin al-Ashghor bin Abdurahman al-Qadhi bin Ahmad Syahabuddin al-Akbar bin Abdurahman bin Syaich Ali bin Abu Bakar al-Sakran.

al-Habib Muhammad menyandang dua gelar yaitu al-Masyhur dan al-Majdzub. Gelar yang disandang karena beliau seorang wali yang terkenal ke penjuru negeri, dimana kewalian tersebut diperoleh dari Allah swt dengan Jadzab (kewaliannya tanpa didahului oleh amalan).

Waliyullah Muhammad bin Ahmad al-Masyhur lahir di kota Tarim, dikarunia 3 orang anak lelaki:

Abdurahman, keturunannya berada di Malibar.
Alwi, leluhur al-Masyhur yang keturunannya ada di Ahwar, Tarim dan di Indonesia ( kota Surabaya )
Abdullah, dikaruniai 4 orang anak lelaki, 2 diantaranya mempunyai keturunan, masing-masing:
Umar, leluhur al-Masyhur yang ada di Tarim. Salah satu anak cucunya ialah al-Allamah al-Habib Abdurahman bin Muhammad bin Husein al-Masyhur pengarang kitab Syamsu al-Dzahirah kitab tentang nasab Alawiyin yang menjadi pedoman Ar-Rabitah al-Alawiyah di Indonesia. Umar bin Abdullah bin Muhammad al-Masyhur keturunannya berada di Hadramaut, Malaysia dan Indonesia.
Ahmad, mempunyai seorang anak bernama Muhammad al-Zahir.
Waliyullah Muhammad bin Ahmad al-Masyhur wafat di Tarim tahun 1130 H.

Aal AL-MARZAQ

Mereka adalah keturunan waliyullah Syaich bin Ahmad bin Abdullah Wathab bin Muhammad al-Munaffir. Waliyullah Syaich bin Ahmad al-Marzaq dilahirkan di Syibam, beliau ialah leluhur:

Al-Marzaq, dari keturunannya yang bernama Syaich (Syaich bin Alwi bin Abdullah bin Alwi bin Syaich Marzaq)
Al-Masyhur al-Marzaq, dari keturunannya yang bernama Muhammad (Muhammad bin Alwi bin Marzaq bin Alwi bin Abdullah bin Alwi bin Syaich Marzaq)
Waliyullah Syaich bin Ahmad al-Marzaq wafat di Kota Syibam tahun 940 H.

Aal AL-MAQADDY

Yang pertama kali dijuluki al-Maqaddy ialah waliyullah Umar bin Abdurahman bin Ahmad Syuroim bin Abdurahman bin Muhammad bin Abdullah bin Alwi bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Gelar yang disandang, karena beliau tinggal di suatu tempat terkenal yang terletak dekat kota al-Hami al-Sahiliyah di Hadramaut.

Aal-MUQAIBIL

Mereka adalah keturunan waliyullah Ahmad bin Alwi bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad Maula Dawilah. Gelar al-Muqaibil adalah suatu gelar yang terpuji, karena meliputi sifat tawadhu'. Gelar ini diberikan karena apabila beliau menerima penghormatan dari seseorang, selalu membalasnya dengan senang hati dan menghadapkan wajahnya.

Waliyullah Ahmad al-Muqaibil lahir di Tarim , dikaruniai 5 orang anak, 2 diantaranya yang menurunkan keturunannya yaitu Zain dan Abdurahman.

Aal-MUSYAYYACH

Mereka adalah keturunan waliyullah Musyaiyyah bin Abdullah bin al-Syaich Ali bin Abi Bakar As-sakran.

Waliyullah al-Musyayyach lahir di kota Tarim , dikaruniai 2 orang anak lelaki bernama Abdullah yang keturunannya berada di India dan Abdurahman yang keturunannya berada di Indonesia. Waliyullah al-Musyayyach wafat di Tarim pada tahun 915 H.

Aal AL-MUSAWA

Pemberian gelar al-Musawa merupaka tabarukkan kepada seorang guru besar yang tinggal di Yaman bernama al-Musawa. Dan yang dijuluki al-Musawa ialah:

Waliyullah Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar al-Sakran. Beliau lahir di Tarim dikaruniai 3 orang anak lelaki, dua diantaranya Yasin dan Husein yang keturunannya sebagian besar di Indonesia. Beliau wafat di Tarim tahun 992 Hijriyah.
Waliyullah Ahmad al-Musawa Bahsin bin Abdurahman bin Abdullah bin Abdurahman bin Husein bin Syaich Abdurahman Assegaf. Beliau dilahirkan di Tarim, dikaruniai 4 orang anak lelaki, dua diantaranya:
Husein, keturunannya berada di Lahij Yaman.
Abdullah, keturunannya di Indonesia ( kota Semarang ).
Beliau wafat di Tarim tahun 965 Hijriah.

Aal-ALMUNAWWAR

Mereka adalah keturunan waliyullah Aqil bin Alwi bin Abdurahman bin Ali bin Aqil bin Abdullah bin Abu Bakar bin Alwi bin Ahmad bin Abu Bakar al-Sakran.

Digelar dengan al-Munawwar karena beliau seorang baik dan tekun dalam beribadah kepada Allah swt sehingga cahaya Allah swt tampak pada wajahnya yang berseri-seri , dan orang yang diberi karunia cahaya/nur disebut al-Munawwar.

Waliyullah Aqil bin Alwi al-Munawwar dilahirkan di kota Seiwun, dikaruniai 3 orang anak lelaki , dua diantaranya bernama Abdurahman dan Abdullah yang keturunannya sebagian besar di Indonesia.

Waliyullah Aqil bin Alwi al-Munawwar wafat di Seiwun tahun 1170 H.

Aal-MUDAIHIJ

Mereka adalah keturunan ialah waliyullah Abdullah bin Aqil bin Syaich bin Ali bin Abdullah Wathab bin Muhammad al-Munaffir. Gelar yang disandang karena beliau biasa membiasakan diri untuk shalat berjama'ah di masjid Madihij.

Waliyullah Abdullah bin Aqil al-Madihij dilahirkan di kota Tarim, dikarunia 4 orang lelaki, hanya seorang yang meneruskan keturunan beliau yaitu Aqil bin Abdullah bin Aqil. Waliyullah Abdullah bin Aqil wafat di tarim tahun 970 H.

Aal-MUTHAHHAR

Mereka adalah keturunan waliyullah Muthahhar bin Abdullah bin Alwi bin Mubarak bin Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Wathab bin Muhammad al-Manfar.

Waliyullah al-Muthahhar lahir di Gasam, dikaruniai 2 orang anak lelaki , satu diantaranya bernama Abdullah. Waliyullah al-Muthahhar wafat di Gasam tahun 1117 Hijriyah.

AL-NAHWI

Yang pertama kali dijuluki al-Nahwi ialah waliyullah Abdullah bin Abdurahman bin Harun bin Hasan bin Ali bin Muhammad Jamalullail. Gelar yang disandang menurut shohib al-Masra', dikarenakan beliau adalah seorang yang sangat mahir dalam ilmu nahwu, sehingga beliau dinamakan al-Nahwi.

Aal AL-NADHIR

Yang pertama kali dijuluki al-Nadhir ialah waliyullah Muhammad bin Abdullah bin Umar Ahmar al-Uyun bin Abdurahman bin Alwi Ammul Faqih. Gelar yang disandang, karena beliau seorang yang gagah perkasa dan bagus, yang dalam bahasa Arab hal tersebut disebut Nadhir.

Aal-ABU NUMAY

Mereka adalah keturunan waliyullah Abu Numay bin Abdullah bin Syaich bin Ali bin Abdullah Wathab bin Muhammad al-Manfar. Waliyullah Abu Numay lahirkan di Masyghah, dikaruniai 3 orang anak lelaki bernama Abdullah, Aqil dan Muhammad. Beliau wafat di Masyghah tahun 1020 H.

Aal-ALHADDAR

Mereka adalah keturunan waliyullah Abdullah bin Ali bin Muhsein bin Husein bin Syaich Abu Bakar bin Salim. Gelar yang disandang karena beliau berda'wah dengan suara yang keras sekali bagai suara guntur. Suara macam itu disebut Haddar.

Beliau dilahirkan di Inat Hadramaut, dikarunia 2 orang anak lelaki yaitu: Hafidz dan Umar. Keturunan beliau hanya ada di Pulau Jawa. Beliau wafat di kota Inat tahun 1148 Hijriyah.

Saudara Abdullah bin Ali adalah waliyullah Hadi bin Ali al-Haddar yang dikaruniai seorang anak laki bernama Salim yang keturunannya berada di Ternate. Beliau wafat di kota Inat tahun 1149 H.

Aal-ALHADI

Mereka adalah keturunan waliyullah Muhammad bin Abdurahman al-Qadi bin Ahmad Syahabuddin al-Akbar bin Abdurahman bin Syaich Ali Bin Abi Bakar al-Sakran.

Gelar yang disandang karena harapan ayah beliau bertabaruk kepada Rasul al-Hidayah, dengan harapan agar anaknya mendapat hidayah, hal tersebut terbukti dengan kewalian Muhammad bin Abdurahman al-Hadi.

Waliyullah Muhammad al-Hadi dilahirkan di kota Tarim, dikaruniai 2 orang anak, seorang diantaranya bernama Seggaf yang menurunkan keturunan al-Hadi di Indonesia. Beliau wafat di kota Tarim tahun 1040 H.

Aal-ALHINDUAN

Mereka adalah keturunan waliyullah Umar bin Ahmad bin Hasan bin Ali bin Muhammad Maula Dawilah. Gelar yang disandang karena badan dan iman beliau sangat kuat bagaikan pedang yang tajam terbuat dari besi baja berasal dari India. Pedang itu disebut Hinduan.

Waliyullah Umar al-Hinduan lahir di Tarim, dikarunia seorang anak laki yang bernama Abdullah. Waliyullah Umar al-Hinduan wafat di Tarim tahun 917 H.

Aal-BAHARUN

Yang pertama kali dijuluki al-Baharun ialah waliyullah Ali bin Harun bin Hasan bin Ali bin Muhammad Jamalullail bin Hasan al-Mualim bin Muhammad Asadilah bin Hasan Atturabi.

Gelar yang disandang karena ayah beliau memberi nama Harun dengan harapan anaknya itu mempunyai sifat seperti Nabiyullah Harun, terbukti Harun bin Hasan menjadi waliyullah yang besar.

Waliyullah Harun bin Hasan lahir di Tarim, dikaruniai 4 orang anak lelaki: Ali, Ahmad, Abdurahman dan Abdullah al-Shaleh. Waliyullah Harun bin Hasan wafat di Tarim tahun 905 Hijriyah.

Aal BAHASYIM

Mereka adalah anak cucu dari al-Habib Hasyim bin Abdullah bin Ahmad bin Alwi bin Ahmad bin Abdurahman bin Alwi Ammu al-Faqih. Ba Hasyim adalah gelar yang diambil dari nama datuk mereka Hasyim bin Abdullah bin Ahmad. Setiap orang dari keturunannya disebut Ba Hasyim.

Aal-BIN YAHYA

Mereka adalah keturunan waliyullah Yahya bin Hasan bin Ali al-Annaz bin Alwi bin Muhammad Maula Dawilah. Gelar yang disandang karena dengan menamakan anaknya Yahya, ayahnya berharap agar anaknya tersebur mendapat keberkahan seperti nabi Yahya yang dapat menerangi hati yang gersang.

Waliyullah Yahya bin Hasan lahir di Tarim, dikarunia 3 orang anak lelaki, dua diantaranya meneruskan keturunan beliau yaitu Hasan dan Ahmad. Waliyullah Yahya bin Hasan bin Yahya wafat di kota Tarim tahun 956 H.

Ali Zainal Abidin
November 4th, 2007
Ali Zainal Abidin,
Muhammad al-Baqir,
Ja’far ash-Shadiq,
Ali al-Uraidhi,
Muhammad al-Naqib,
Isa ar-Rummi,
Ahmad al-Muhajir,
Ubaidullah,
Alwi Awwal,
Muhammad Sahibus Saumiah,
Alwi ats-Tsani,
Ali Khali’ Qasam,
Muhammad Shahib Mirbath,
Alwi Ammi al-Faqih,
Abdul Malik (Ahmad Khan),
Abdullah (al-Azhamat) Khan,
Ahmad Syah Jalal,
Jamaluddin Akbar al-Husain (Maulana Akbar),

WALI SEMBILAN:
Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim
Sunan Ampel atau Raden Rahmat
Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim
Sunan Drajat atau Raden Qasim
Sunan Kudus atau Jaffar Shadiq
Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin
Sunan Kalijaga atau Raden Said
Sunan Muria atau Raden Umar Said
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah

Posted in Uncategorized No Comments »

Sunan Gunung Jati bin Saiyid Ali Nur Alam
November 1st, 2007
ILUSTRASI wajah Sunan Gunung Jati bin Sultan Umdatullah bin Saiyid Ali Nur Alam.

Saudara kandung Saiyid Ibrahim al-Hadhrami/Ibrahim al-Ghozi/Ibrahim Asmoro/Sunan Nggesik yang ketiga ialah Saiyid Ali Nurul Alam.

Saiyid Nurul Alam ini riwayatnya sangat panjang, di samping sejarah yang nyata diselubungi pelbagai misteri. Contohnya, dikatakan Saiyid Ali Nur Alam wafat di Campa pada 1467 M dan jenazahnya dikebumikan di Kampung Garak Ruwain (Binjal Lima). Binjal Lima dalam bahasa Melayu asli Patani disebut Binje Limo.

Riwayat lain pula mengatakan Syeikh Nurul Alam pernah memerintah negeri Mesir. Riwayat lain mengatakan Saiyid Ali Nur Alam ialah Sultan Qunbul. Sementara itu, dalam satu lagi riwayat mengatakan bahawa beliaulah Aria Patih Gajah yang terkenal sebagai Perdana Menteri Majapahit itu.

Setelah penulis melakukan penyelidikan terhadap tokoh ini, terdapat beberapa nama beliau selain bernama Saiyid Ali Nurul Alam.

Namun, penulis belum berani menentukan kebenaran cerita itu kerana tidak cukup bukti sama ada membenarkan atau pun menyalahkannya.

Melalui beberapa orang anaknya menjadikan keturunannya yang sangat ramai. Ramai yang menjadi ulama dan tokoh dunia Melayu yang sangat terkenal.

Anak-anak Saiyid Ali Nurul Alam yang dapat dicatat di antaranya ialah;

nWan Abdullah atau Sultan Umdatuddin (Sultan Cam/Champa) atau Wan Abu atau Wan Bo Teri Teri.

*Wan Husein Sanawi.

*Wan Demali.

*Wan Hasan.

*Wan Jamal.

*Wan Biru.

*Wan Senik.

*Syeikh Wan Muhammad Shalih al-Laqihi.

*Maulana Abu Ishaq.

Adapun melalui pertalian anak Saiyid Ali Nurul Alam yang bernama Wan Abdullah/Sultan Umdatullah (nombor 1), beliau juga dikenali sebagai Sultan Hud, Maulana Sultan Mahmud. Lebih ke atas dari itu kadang-kadang terdapat kelainan nama-nama antara versi Patani, Kemboja dan Banten tradisional dengan pengolahan salasilah setelah ada campur tangan oleh pengkaji yang datang kemudian.

Untuk perbandingan antara salasilah Saiyid Ibrahim Hadhrami al-Jarimi al-Yamani yang telah disebutkan, dengan Saiyid Ali Nur Alam di bawah ini penulis menyalin salasilah Syeikh Muhammad Ahyad, yang penulis salin dari tulisan Tuan Guru Haji Mahmud bin Yusuf Juawi/Diwani, iaitu murid Syeikh Muhammad Ahyad.

Beliau ini memperoleh tiga orang anak yang menjadi tokoh terkenal, dengan melalui salasilah keturunan beliau sebagai berikut;

* Sultan Maulana Makhdum Jati, demikian tertulis dalam salasilah maksudnya adalah Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah atau Falatihan.

* Sultan Hud, maksudnya Sultan Umdatullah atau Wan Abdullah.

* Sultan Bani Israil Sultan Banten.

* Saidina Jamadil Kubra.

* Saidina Jamadil Kabir.

* Saidina Zainul Kabir.

* Saidina Zainal Abidin.

* Saidina Husein

* Saidatina Fathimah.

* Saidina wa Nabiyina Muhammad s.a.w.

Salasilah di atas kemungkinan tersalah salin, ternyata ketinggalan beberapa nama yang umum diketahui oleh ahli sejarah.

Pada nombor 4 dan nombor 5 kemungkinan adalah orang yang sama. Kedua-duanya dalam salasilah Saiyid Ibrahim al-Hadhrami adalah Ahmad Syah Jalal. Perantaraan nama Saidina Zainul Kabir (nombor 6), kemungkinan Ahmad Syah Jalal, hingga ke atas terdapat 16 nama yang tidak disalin (untuk penjelasan yang lanjut, dirujuk kepada salasilah Syeikh Ibrahim al-Hadhrami al-Jarimi al-Yamani).

Dalam beberapa buku sejarah dicatatkan bahawa putera Sultan Umdatullah ada tiga orang iaitu;

1. Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati atau Falatihan.

2. Sultan Babullah, Sultan Ternate (1570-1583).

3. Maulana Abdul Muzaffar Ahmad.

Anak Sunan Gunung Jati (nombor 1) bin Sultan Umdatullah bin Saiyid Ali Nurul Alam ialah;

1. Maulana Sultan Hasanuddin, iaitulah Sultan Banten yang pertama (I) atau Sultan Habibullah Umar Imaduddin atau digelar dengan Pangeran Jaya Kelana, wafat tahun 1059 H/1649 M.

2. Muhammad Hasyim atau Pengeran Paserahan Kedua, makamnya di Gunung Jati.

3. Pangeran Paserahan Umdatuddin Husein, makamnya berdekatan dengan Gunung Jati.

Maulana Sultan Hasanuddin bin Sunan Gunung Jati bin Saiyid Ali Nur Alam memperoleh dua orang anak iaitu Maulana Sultan Yusuf (Sultan Banten II), wafat di Cerebon pada 1070 H/1659 M. Seorang lagi bernama Maulana Abdul Aziz, wafat pada 1061 H/1650 M di Cerebon.

Anak Maulana Sultan Yusuf bernama Sultan Muhammad. Anak Sultan Muhammad bernama Sultan Abdul Mafakhir. Seterusnya anak Sultan Abdul Mafakhir bernama Sultan Abdul Ma’ali Ahmad. Anak Sultan Abul Ma’ali Ahmad bernama Abdul Fattah atau Sultan Ageng Tirtayasa.

Beliau inilah sahabat dan ayah mertua Syeikh Yusuf Tajul Khalwati yang berasal dari Bugis yang sangat terkenal itu. Anak Sultan Ageng Tirtayasa bernama Abun Nasar Abdul Qahhar, yang terkenal dengan sebutan Sultan Haji.

Salasilah yang disebutkan di atas cukup panjang untuk dibicarakan. Selanjutnya dalam salasilah ini pula ada hubungkait dengan Kesultanan Brunei Darussalam hinggalah sultan yang memerintah sekarang, iaitu Sultan Hassanal Bolkiah.

Ulama-ulama yang berasal dari Banten pula ramai keturunan Ali Nurul Alam, dalam salasilah Syeikh Nawawi al-Bantani (Imam Nawawi ats-Tsani) dinyatakan namanya Ali Nuruddin. Ulama Banten itu adalah keturunan yang ke-14.

Ulama Banten yang sangat terkenal pula ialah Syeikh Abdul Karim bin Ki Bukhari, adalah keturunan yang ke-13 kerana beliau adalah ayah saudara sepupu bagi Syeikh Nawawi al-Bantani.

Salah seorang ulama keturunan Sunan Gunung Jati, dikatakan sebagai cucu beliau ialah Kiai Haji Muhammad Khalil al-Maduri atau lebih popular dengan sebutan Kiai Khalil saja.

Ulama ini sangat terkenal kerana daripada didikan beliau melahirkan ulama-ulama yang sangat terkenal di Indonesia di antaranya Kiai Haji Hasyim Asy’ari dan lain-lain.

Selanjutnya seorang ulama keturunan Sunan Gunung Jati awal kurun ke 20 yang mengajar di Masjidil Haram ialah Syeikh Muhammad Ahyad. Salasilah beliau seperti berikut;

1. Syeikh Muhammad Ahyad bin

2. Raden Angka Wijaya/Raden Jaka atau Haji Mu-hammad Idris bin

3. Tubagus Jaya Peraja atau Haji Abu Bakar bin

4. Tubagus Mustafa al-Bakri bin

5. Tubagus Abdul Qadir bin

6. Tubagus Lanang bin

7. Tubagus Antip bin

8. Tubagus Jaya bin

9. Tubagus Sa’ad bin

10. Pangeran Adung bin

11. Pangeran Suma Kusuma Ningrat bin

12. Pangeran Yuda Ningrat bin

13. Pangeran Bayum bin

14. Pangeran Gandi atau Pangeran Gazi bin

15. Pangeran Wangsa Pati bin

16. Pangeran Senapati bin

17. Pangeran Aria Kesumah bin

18. Pangeran Wangsa Pati

19. Pangeran Dipati Buana bin

20. Pangeran Pajajaran bin

21. Ratu Galuh bin

22. Sultan Maulana Yusuf bin

23. Sultan Maulana Hasanuddin bin

24. Sultan Maulana Makhdum Jati (Sunan Gunung Jati)

Keturunan Saiyid Ali Nurul Alam melalui cicitnya Muhammad Hasyim bin Sunan Gunung Jati bin Umdatuddin bin Saiyid Nurul Alam, bahawa beliau memperoleh lapan orang anak, iaitu:

1. Ahmad.

2. Abu Bakar.

3. Hasyim.

4. Alwi.

5. Abdus Salam.

6. Mas Dewi.

7. Puteri Aminah.

8. Mas Dewi Puteri Saidah Ratu Greng.

Keturunan Saiyid Ali Nurul Alam melalui cicitnya Umdatuddin Husein bin Sunan Gunung Jati bin Umdatuddin bin Saiyid Ali Nurul Alam, bahawa beliau memperoleh dua orang orang, iaitu;

1. Syarifah Tolkah Ratu Mindo.

2. Syarifah Alawiyah Ratu Demang.

Pada tahun 1972 penulis bertemu dengan salah seorang keturunan Wan Husein Sanawi al-Fathani, iaitu Mokhtar, yang ketika itu sedang kuliah di Institut Agama Islam Negeri di Yogyakarta (IAIN).

Menurutnya, datuk neneknya masih ada kekeluargaan yang dekat dengan datuk nenek Syeikh Ahmad al-Fathani dan ulama-ulama Patani lainnya. Sebagaimana petunjuknya, pada 1976 penulis ke Duku, Pik Bong (Thailand) untuk menemui seorang ulama yang tertua di situ serta sangat mengetahui akan salasilah keluarga yang sedang dibicarakan itu.

Beliau ialah Tuan Guru Haji Abdul Hamid Duku bin al-Alim al-Allamah Haji Abdul Qadir (Tok Duku).

Sejak itu hingga tahun 1992, penulis kerap menemui beliau dan mencatat salasilah serta pelbagai sejarah yang tertakluk dengan keluarga besar keturunan penyebar-penyebar Islam yang ada hubungan dengan beliau.

Disimpulkan bahawa penyebar-penyebar Islam dalam keluarga besar ini adalah berasal dari dua tempat di Patani iaitu dari Kampung Jerim dan Kampung Sena. Semua mereka adalah berpunca dari satu, iaitu dari Hadhramaut keturunan ‘al-Aidrus’.

Mereka mengembara menyebarkan Islam di seluruh alam Melayu. Ada yang ke Kemboja, Jawa, Bugis, Borneo, Sumbawa, Aceh dan tempat-tempat lainnya.

Wan Husein pernah dilantik oleh Sunan Ampel iaitu saudara sepupunya sebagai wakil beliau menyebarkan Islam di Pulau Madura. Adapun Wan Husein bin Saiyid Ali Nur Alam dilahirkan di Kampung Sena, iaitu kampung yang dibuka lebih luas lagi oleh Faqih Wan Musa al-Fathani datuk nenek Syeikh Wan Ahmad bin Muhammad Zain al-Fathani.

Antara Faqih Wan Musa al-Fathani dengan Wan Husein Sanawi adalah berasal daripada satu pertalian datuk nenek. Titik temu salasilah adalah pada Saiyid Jamaluddin al-Husein. Faqih Wan Musa adalah keturunan Saiyid Ibrahim al-Hadhrami dari sebelah perempuan dan Ali al-Laqihi dari pertalian lurus sebelah ayah ke datuk ke moyang dan seterusnya. Sedangkan Wan Husein dan Wan Muhammad Shalih adalah anak Sultan Qunbul @ Saiyid Ali Nur Alam.

Oleh itu, sekiranya diperhatikan salasilah ini bererti Faqih Wan Musa bin Wan Muhammad Shalih adalah anak saudara Wan Husein Sanawi. Saiyid Ibrahim al-Hadhrami/Ibrahim al-Ghozi dan Saiyid Ali Nur Alam adik-beradik. Kemudian, ke bawahnya pula terjadi jalinan perkahwinan kekeluargaan beberapa kali.

Wan Husein sebelum membuka kawasan Telok Manok terlebih dulu mengembara ke beberapa tempat. Dari Kampung Sena, Patani terus ke Cam/Kemboja, terus ke Jawa. Beliau mengajar lama di Pulau Madura dan Pulau Sumbawa, kemudian kembali lagi ke Cam/Kemboja. Dan seterusnya membuka Kampung Telok Manok.

Sebuah masjid yang dibinanya masih ada sampai sekarang ini. Masjid Telok Manok itu termasuk salah sebuah masjid yang tertua di bekas Kerajaan Fathani Darus Salam yang masih wujud sampai sekarang.

Oleh kerana salasilah keturunan pada tokoh ulama ini dibicarakan panjang, maka penulisan ini akan berhenti setakat ini dan akan disambung semula di artikel yang lain, dengan melalui sambungan salasilah Wan Husein, yang membuka Kampung Telok Manok.

Tentang Saiyid Ali Nurul Alam

*Beliau juga dikenali dengan sebagai Syeikh Ali al-Masyhur al-Laqihi, Syeikh Ali al-Laqihi, Ali Nuruddin, Nurul Alim Ali,Ali Nurul Alim, S. Nurul Alam Siam dan Sultan Qunbul.

*Saudara kandung kepada Saiyid Ibrahim al-Hadhrami/Ibrahim al-Ghozi/Ibrahim Asmoro/Sunan Nggesik

*Ulama-ulama yang berasal dari Banten, ramai daripada keturunan Ali Nurul Alam.

*Wafat di Campa pada 1467 M dan jenazahnya dikebumikan di Kampung Garak Ruwain (Binjal Lima)
[UM]

Posted in Uncategorized No Comments »

Sejarah Dunia
October 11th, 2007
Sejarah dunia penuh dengan kisah manusia-manusia yang hebat di sepanjang zaman. Kesemua kitab-kitab utama Tuhan (Taurat, Zabur, Injil dan Quran) menerangkan tentang kisah manusia-manusia hebat ini. Walaupun, mereka hebat dan bersih hatinya, namun ramai dari mereka mati dibunuh oleh mereka yang dengki, dendam dan bertuhankan iblis.

1. Adam - Adam
2. Idris - Henokh
3. Nuh - Nuh
4. Hud - Hebar
5. Saleh - Syela
6. Ibrahim - Abraham
7. Luth - Lot
8. Ismail - Ismael
9. Ishaq - Ishak
10.Yaqub - Yakub
11.Yusuf - Yusuf
12.Ayyub - Ayub
13.Syuib - Yitro
14.Musa - Musa
15.Harun - Harun
16.Dzulkifli - Yehezkiel
17.Daud - Daud
18.Sulaiman - Salomo
19.Ilyas - Elijah
20.Ilyasa - Elisya
21.Yunus - Yunus
22.Zakaria - Zakariya
23.Yahya - Yohanes
24.Isa - Jesus
25.Muhamad - Muhamad

Posted in Uncategorized No Comments »

Zakaria
October 11th, 2007
Nabi Zakariya ialah keturunan Nabi Sulaiman. Beliau diutus kepada kaum Bani Israil. Nabi Zakariya sangat risau akan keadaan kaum dimana dia diutus yaitu kaum Bani Israil (Bani Ya’kub) yang mengalami penindasan oleh penjajah Romawi, sementara itu Bani Israel sendiri semakin menyimpang dari Aqidah Tauhid yang telah disampaikan oleh para Nabi mereka.

Sudah sejak lama Nabi Zakariya mengharapkan seorang anak. Usianya telah lanjut. Namun keinginannya belum kesampaian. Suatu hari datanglah janda Imron menyerahkan bayi perempuannya (Maryam) pada Nabi Zakariya untuk diasuh dan dibesarkan sebagaimana nazarnya. Nabi Zakaria telah menjaga Maryam sehingga besar.

Nabi Zakaria juga mengharapkan seorang anak dari darah dagingnya sendiri sebagai pewarisnya. Beliau bermunajat dan doanya dimakbulkan. Anaknya diberikan nama Yahya. Nabi Yahya lahir 6 bulan lebih awal dari nabi Isa. Seperti ayahnya, Yahya juga seorang nabi Allah.

Nabi yahya telah dibunuh oleh kekejaman Raja Herodus pemerintah ketika itu. Raja Herodus juga marahkan Nabi Zakaria kerana nabi Zakariya menjadi tempat mengadu kepada masyarakatnya. Lalu Nabi Zakariya diburu untuk dibunuh. Nabi Zakariya melarikan diri. Sampai di sebuah kebun. Saat itu kebun itu telah dikepung oleh para tentera. Nabi Zakariaya terdesak dan tak ampu lagi melarikan diri. Beliau melihat ada sebatang pohon yang membuka batangnya. Beliaupun masuk ke dalam pohon itu, dan pohon itu telah bertangkup. Malangnya saat itu iblis mengetahui bahwa Nabi Zakariya masuk ke dalam pokok itu. Iblis telah menghebahkan rahsia itu, lalu para tentera itu telah menebang pohon itu, namun Nabi Zakariya tak kelihatan. Sejak itu, tidak seorangpun yang tahu ke manakah beliau. Sejak itulah, Nabi Zakariya tak pernah muncul lagi ke tengah Bani Israil, banyak orang yang menganggap bahwa beliau telah wafat.

Pelbagai cerita kisah nabi-nabi boleh diperolehi dari Wekipedia.

Posted in Uncategorized No Comments »

Yahya
October 11th, 2007
Nabi Yahya bin Zakaria a.s. tidak banyak dikisahkan oleh Al-Quran kecuali bahawa ia diberi ilmu dan hikmah semasa dia masih kanak-kanak dan bahawa ia seorang putera yang berbakti kepada kedua orang tuanya. Ia terkenal cerdik pandai, berfikiran tajam sejak ia berusia muda, sangat tekun beribadah yang dilakukan siang dan malam sehingga berpengaruh kepada kesihatan badannya dan menjadikannya kurus kering, wajahnya pucat dan matanya cekung.

Ia dikenal oleh kaumnya sebagai orang alim menguasai soal-soal keagamaan, hafal kitab Taurat, sehingga ia menjadi tempat bertanya tentang hukum-hukum agama. Ia memiliki keberanian dalam mengambil sesuatu keputusan, tidak takut dicerca orang dan tidak pula menghiraukan ancaman pihak penguasa dalam usahanya menegakkan kebenaran dan melawan kebathilan. Dia selalu menganjurkan orang-orang yang telah berdosa agar bertaubat dari dosa mereka. Dan sebagai tanda taubatnya mereka dimandikan { dibaptiskan } di sungai Jordan, kebiasaan mana hingga kini berlaku di kalangan orang-orang Kristian dan kerana Nabi Yahya adalah orang pertama yang mengadakan upacara itu, maka ia dijuluki “Yahya Pembaptis”.

Dikisahkan bahawa Hirodus Pemerintah Palestine ketika itu berhasrat untuk mengahwini anak saudaranya sendiri. Sang gadis berserta ibunya dan seluruh anggota keluarga menyetujui rencana perkahwinan itu, namun Nabi Yahya menentangnya dan mengeluarkan fatwa bahawa perkahwinan itu tidak boleh dilaksanakan kerana bertentangan dengan syariat Musa yang mengharamkan seorang mengahwini anak saudaranya sendiri.

Berita rencana perkahwinan Hirodus dan Hirodia serta fatwa Nabi Yahya yang melarangnya tersiar di seluruh pelusuk kota dan menjadi pembicaraan orang di segala tempat di mana orang berkumpul. Herodia si gadis cantik calon isteri itu merasa sedih bercampur marah terhadap Nabi Yahya yang telah mengeluarkan fatwa mengharamkan perkahwinannya dengan bapa saudaranya sendiri, yang telah membawa reaksi dan pendapat di kalangan masyarakat yang luas. Dia khuatir bahawa bapa saudaranya, calon suaminya, Herodus, dapat terpengaruh oleh fatwa Nabi Yahya itu dan terpaksa membatalkan perkahwinan yang sudah dinanti-nanti dan diidam-idamkan, bahkan sudah menyiapkan segala sesuatu berupa pakaian mahupun peralatan yang perlu untuk pesta perkahwinan yang telah disepakati itu.

Menghadapi fatwa Nabi Yahya dan reaksi masyarakat itu, Herodia tidak tinggal diam. Ia berusaha dengan bersenjatakan kecantikan dan parasnya yang ayu itu mempengaruhi bapa saudaranya calon suaminya agar rencana perkahwinan dilaksanakan. Dengan merias diri dan berpakaian yang merangsang, ia pergi mengunjungi bapak saudaranya Herodus yang sedang dilanda mabuk asmara. Bertanya Herodus kepada anak saudaranya calon isterinya yang nampak lebih cantik daripada biasa : “Hai manisku, apakah yang dapat aku berbuat untukmu?. Katakanlah. Aku akan patuhi segala permintaanmu. Kedatanganmu kemari pada saat ini tentu didorong oleh sesuatu hajat yang mendesak yang ingin engkau sampaikan kepadaku. Sampaikanlah kepadaku tanpa ragu-ragu, hai sayangku, aku sedia melayani segala keperluan dan keinginanmu.”

Herodia menjawab: “Jika Tuanku berkenan, maka aku hanya mempunyai satu permintaan yang mendorongku datang mengunjungi Tuanku pada saat ini. Permintaanku yang tunggal itu ialah kepala Yahya bin Zakaria orang yang telah mengacau rencana kita dan mencemarkan nama baik Tuanku dan namaku sekeluarga di segala tempat dan penjuru. Supaya dia dipenggal kepalanya. Alangkah puasnya hatiku dan besarnya terima kasihku, bila Tuanku memperkenankan permintaanku ini”. Herodus yang sudah tergila-gila dan tertawan hatinya oleh kecantikan dan keelokan Herodia tidak berkutik menghadapi permintaan calon isterinya itu dan tidak dapat berbuat selain tunduk kepada kehendaknya dengan mengabaikan suara hati nuraninya dan panggilan akal sihatnya. Demikianlah maka tiada berapa lama dibawalah kepala Yahya bin Zakaria berlumuran darah dan diletakkannya di depan kesayangannya Herodia yang tersenyum tanda gembira dan puas hati bahawa hasratnya membalas dendam terhadap Yahya telah terpenuhi dan rintangan utama yang akan menghalangi rencana perkahwinannya telah disingkirkan, walaupun perbuatannya itu menurunkan laknat Tuhan atas dirinya, diri rajanya dan Bani Isra’il seluruhnya.

Cerita tentang Zakaria dan Yahya terurai di atas dikisahkan oleh Al-Quran, surah Maryam ayat 2 sehingga ayat 15, surah Ali Imran ayat 38 senhingga ayat 41 dan surah Al-Anbiya’ ayat 89 sehingga ayat 90.

Posted in Uncategorized No Comments »

Isa
October 11th, 2007
Qur’an menceritakan tentang Isa dimulai dari kelahiran Maryam sebagai putri dari Imran, membesar dalam asuhan Nabi Zakariya, serta kelahiran Yahya. Kemudian Qur’an menceritakan keajaiban kelahiran Isa sebagai anak Maryam tanpa ayah.
Silsilah nabi Isa tersambung kepada nabi Ibrahim melalui putranya Ishak. Isa adalah salah satu nabi yang tergolong dalam ulul azmi, yakni nabi dan rasul yang memiliki kedudukan tinggi/istimewa bersama dengan (Muhammad, Ibrahim, Musa dan Nuh).

Nabi Isa diutus untuk kaum bani Israil. Isa bukanlah Tuhan maupun anak Tuhan, melainkan salah seorang manusia biasa yang diangkat menjadi nabi dan rasul sebagaimana juga setiap nabi lain yang diutus pada masing-masing kaum.
Kelahiran Isa terjadi dengan ajaib, tanpa ayah, atas kekuasaan Tuhan. Ibunya (Maryam) adalah dari golongan mereka yang suci dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Nabi Isa memiliki beberapa keajaiban atas kekuasaan Tuhan. Di samping kelahirannya, Ia sudah boleh bercakap saat berumur hanya beberapa hari, Ia berbicara dan membela Ibunya dari tuduhan perzinaan. Dalam Qur’an juga diceritakan saat Ia menghidupkan orang yang sudah mati, menyembuhkan kebutaan dan lepra. Isa menerima wahyu dari Tuhan yakni Injil (merujuk pada Perjanjian Baru agama Kristen), namun versi yang dimiliki oleh umat Kristiani saat ini dipercayai telah berubah dari versi aslinya. Beberapa pendapat dalam Islam menyebutkan bahwa Injil Barnabas adalah versi Injil paling akurat yang ada saat ini.

Isa tidaklah dibunuh maupun disalib, Tuhan membuatnya terlihat seperti itu untuk mengelabui musuh-musuhnya. Terdapat beberapa pendapat yang mengatakan bahwa salah seorang musuhnya diserupakan dengan dia, sedangkan Isa sendiri diangkat langsung ke surga dan musuhnya yang diserupakan tadi adalah orang yang disalib. Isa masih hidup dan berada di surga, suatu hari Ia akan datang kembali ke bumi untuk melawan Dajjal (atau Antikristus dalam agama kristen) dan merupakan salah satu tanda-tanda dekatnya hari kiamat. Isa bukan merupakan penebus dosa manusia, Islam menolak konsep dosa turunan dan menganut konsep bahwa setiap manusia bertanggung jawab dan akan diadili atas perbuatannya sendiri.

Beberapa ayat dari Al Qur’an yang menegaskan tentang kenabian Isa antara lain:

Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Alkitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi,dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”. Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia. (Surat Maryam ayat 30-35)
Dan tatkala Isa datang membawa keterangan dia berkata: “Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmat dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah (kepada) ku”. Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus. Maka berselisihlah golongan-golongan (yang terdapat) di antara mereka, lalu kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang zalim yakni siksaan hari yang pedih (kiamat). (Surat Az Zukhruf 63-65)
Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu). (Surat Al Maa’idah ayat 75)
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?”. Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib”. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu”, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. (surat Al Maa’idah ayat 116-117)
Nabi Isa akan diturunkan kembali ke bumi. Dari keterangan hadist Nabi Muhammad saw. diceritakan bahwa menjelang hari kiamat / akhir jaman Nabi Isa akan di turunkan oleh Allah SWT dari langit ke bumi (The Second Coming dalam versi Kristen).

Peristiwa itu tergambar dari hadist berikut :

“Sekelompok dari ummatku akan tetap berperang dalam dalam kebenaran secara terang-terangan sampai hari kiamat,sehingga turunlah Isa Ibn Maryam ,maka berkatalah pemimpin mereka (Al Mahdi) : “ Kemarilah dan imamilah shalat kami”. Ia menjawab;”Tidak, sesungguhnya sebagian kamu adalah sebagai pemimpin terhadap sebagian yang lain, sebagai suatu kemuliaan yang diberikan Allah kepada ummat ini (ummat Islam)”. (HR Muslim & Ahmad)
“Tiba-tiba Isa sudah berada diantara mereka dan dikumandangkanlah shalat,maka dikatakan kepadanya, marilah kamu (menjadi imam shalat) wahai ruh Allah.” Ia menjawab:”Hendaklah yang maju itu pemimpin kamu dan hendaklah ia yang mengimami shalat kamu”. (HR Muslim & Ahmad)
Hal pertama yang dilakukan Nabi Isa setelah turun dari langit adalah menunaikan shalat sebagaimana yang dijelaskan oleh hadist-hadist di atas. Nabi Isa akan menjadi makmum dalam shalat yang di imami oleh Imam Mahdi.

Kedatangan Nabi Isa di kala keadaan dunia yang dipenuhi kedzaliman, kesengsaraan & peperangan besar yang melibatkan seluruh penduduk dunia, setelah itu kemunculan Imam Mahdi yang akan menyelamatkan kaum muslimin, kemudian kemunculan dajjal yang akan berusaha membunuh Imam Mahdi , setelah dajjal menyebarkan fitnahnya selama 40 hari , maka Nabi Isa akan diturunkan dari langit untuk menumpas dajjal

Nabi Isa akan menjadi pemimpin yang adil di akhir jaman. Menurut suatu riwayat Nabi Isa ,setelah turun dari langit akan menetap dibumi sampai wafatnya selama 40 tahun. Ia akan memimpin dengan penuh keadilan , sebagaimana yang diceritakan dalam hadist berikut :

“Demi yang diriku berada ditanganya,sesungguhnya Ibn Maryam hampir akan turun di tengah-tengah kamu sebagai pemimpin yang adil,maka ia akan menghancurkan salib,membunuh babi,menolak upeti,melimpahkan harta sehingga tidak seorangpun yang mau menerima pemberian dan sehingga satu kali sujud lebih baik dari dunia dan segala isinya” (HR. Bukhari,Muslim,Ahmad,Nasa’I,Ibn Majah dari Abi Hurairah)

Posted in Uncategorized No Comments »

Tok Ku Paloh
October 8th, 2007
Tok Ku Paloh adalah seorang Ulama besar Terengganu pada abad ke-19 , nama sebenar beliau ialah Sayyid Abdul Rahman Al-Idrus , dilahirkan pada tahun1817 di Kampung Cabang Tiga , Kuala Terengganu Darul Iman . Beliau mendapat pendidikan awal dari ayahndanya sendiri iaitu Saiyid Muhammad Al-Aidrus atau lebih dikenali sebagai Tok Ku Tuan Besar dan seterusnya melanjutkan pelajarannya ke Mekah kira-kira 10 tahun , sekembalinya dari Mekah beliau mengajar di masjid peninggalan ayahndanya sebelum membabitkan diri dalam bidang pentadbiran negeri. Beliau memiliki banyak ilmu dalam bidang kerohanian dan kesufian .Beliau adalah Khalifah kepada Tariqat Naqsyabandiah dan turut mengamal serta mengembangkan amalan ‘Syahadat Tok ku’ .Kepercayaan Sultan Terengganu pada beliau menyebabkan Tok Ku dilantik menjadi Ahli Majlis Mesyuarat Negeri Terengganu selain menasihati Sultan dalam semua hal , di amanahkan Sultan Zainal Abidin 111 mentadbir beberapa daerah di Hulu Terengganu antaranya Kuala Berang hingga Cabang Tiga . Tok Ku menubuhkan pasukan penguatkuasaan yang dikenali sebagai ‘Budak Raja’ fungsinya hampir sama dengan polis hari ini. Tok Ku gemar keluar malam untuk memastikan keselamatan dan kebajikan masyarakat , pada malam tertentu beliau keluar dengan mengenakan selubung kepala. Tok Ku bertindak demikian untuk meninjau keadaan masyarakat ,jika mendapati perkara tidak elok berlaku , beliau akan mengarahkan Budak Raja membuat tangkapan keesokannya , juga memiliki mahkmah sendiri di Paloh untuk mengadili pesalah di kawasan tadbirannya , pihak istana memberi perkenaan atas usaha beliau ini. Sultan Zainal Abidin 111 menyerahkan anaknda baginda Tengku Sulaiman untuk berguru dan menjadi anak angkat Tok Ku , malah salah seorang isteri Tok Ku ialah kekanda baginda Sultan sendiri iaitu Tengku Mandak ,ini semua atas dasar kepercayaan dan hubungan rapat Tok Ku dan Baginda Sultan.
Tok Ku Paloh turut terkenal sebagai wali Allah serta sangat di takuti penjajah Inggeris , pada suatu ketika British cuba berunding dengan Sultan untuk membenarkan mereka menduduki kawasan Bukit Besar tetapi Baginda menyuruh bertemu Tok Ku Paloh , Baginda bertitah “Terengganu ini ada tuannya ,hendaklah berunding dengan tuannya terlebih dahulu ” ,lalu sepasukan pegawai penjajah ke rumah Tok Ku untuk berunding .Tok Ku mengatakan mereka boleh mengambil Bukit Besar dengan syarat bukit itu di bawa balik ke negeri mereka,”kalau untuk mencampuri urusan pentadbiran kami , saya menolak atas apa alasan pun tapi kalau hendak tanah silakan . Isikan dalam armada tuan sebanyak mana yang pihak British mahu, ambillah ,”demikian jawapan Tok Ku. Mendengar itu ,British menunjukan kemarahan dengan bangun dari kerusi tetapi kerusi yang diduduki melekat pada punggung mereka . “Bukan Bukit Besar saja yang mahu kamu ambil , kerusi saya pun kamu mahu ambil juga?”,British undur dengan rasa malu. Rundingan kedua diatur diatas kapal perang mereka yang besar, bertujuan menakutkan secara psikologi british mampu menyerang Terengganu , Tok Ku mengatakan bahawa kapal itu tidak mampu bertahan kalau beliau naik, mereka mengejek , bila Tok Ku naik setiap kali menyengetkan serbannya ke kiri atau kanan kapal itu turut senget sama , keadaan cemas itu menyebabkan mereka membatalkan rundingan . British cuba menghampiri pantai Terengganu tetapi ketakutan bila melihat pahlawan Melayu bersenjata sejauh mata memandang. Antara murid Tok Ku ialah Abdul Rahman Limbong pejuang penentang penjajah Terengganu , Datok Bahaman , Tok Gajah , Mat Kilau penentang penjajah di Pahang ,semangat jihad disemarakkan pada murid-murid beliau untuk menentang penaklukan .
Tok Ku meninggal dunia pada september 1917 pada usia 100 tahun , tidak lama selepas itu Sultan Zainal Abidin 111 pula mangkat pada 26 Nov 1918.

Posted in Uncategorized No Comments »

Sejarah Kesultanan Melayu Terengganu Darul Iman
August 14th, 2007
Mengikut catatan sejarah yang di ketahuai ,Kesultanan Melayu Terengganu bermula awal abad ke 18 , dikatakan sultan Terengganu yang pertama ialah Tun Zainal Abidin Paduka Maharaja atau di gelar Sultan Zainal Abidin 1 , memerintah dari tahun 1725 hingga 1733 , telah di tabalkan di Kampung Tanjung Baru , Kuala Berang , Hulu Terengganu . Bendahara baginda ialah Tun Hussain berketurunan Seri Maharaja Johor , Bendahara Johor yang ke 19 keturunan anak cucu Tun Hassan Temenggung anak Bendahara Seri Maharaja yang bernama Tun Mutahir . Setelah mangkat baginda diganti anak bongsunya Raja Mansur yang bergelar Yang Di Pertuan Kecil berumur 7 tahun ketika itu , pentadbiran negeri dilaksanakan oleh Tun Hussain , 6 tahun selepas itu berkahwin dengan Raja Bakul Puteri Sultan Sulaiman Badrul Alam Shah dari Riau .

Tahun 1740 di tabalkan sebagai Sultan Terengganu . Tengkolok dipakaikan oleh Sultan Sulaiman Badrul Alam Shah , memakai gelaran Sultan Mansur Shah 1 (Raja Kedua Terengganu). Menjalin hubungan baik dengan Siam , sebagai tanda persahabatan hantar bunga emas ke Siam tetapi Siam tersalah anggap bunga emas di anggap sebagai Terengganu tunduk pada Siam , baginda mangkat pada tahun 1793. Diganti oleh Tengku Zainal Abidin kemudian digelar Sultan Zainal Abidin 11 , pada masa sama Terengganu dan Kelantan berperang merebut kuasa , baginda menjalin hubungan dengan Sultan Khanzul Alam Brunei. Mangkat tahun 1808. Diganti pula oleh Putera Sultan Zainal Abidin 1 Tengku Ahmad ditabal pada tahun 1808 bergelar Sultan Ahmad Shah 1 (Sultan Ke 4).Baginda membuka lombong bijih timah, mangkat pada 4 Julai 1830 .Sultan yang Ke 5 ialah Sultan Abdul Rahman . Sultan Daud menjadi pemerintah Terengganu yang Ke 6.Tengku Umar dan Raja Mansur berebut tahta ,akhirnya pada tahun 1831 Raja Mansur dilantik Sultan Terengganu yang ke 7 , Baginda di gelar Sultan Mansur Shah 2 , Baginda mangkat padatahun 1836 , kemudian diganti oleh Tengku Muhammad ,menjadi Sultan yang ke 8 yang ketika itu berusia 15 tahun dan digelar Sultan Muhammad Shah 1 , Tengku Umar yang gagal menjadi Sultan dahulu meminta bantuan dari adiknya Tengku Mahmud di Linggi . Kemudian Baginda dilantik Sultan Terengganu Ke 9 pada tahun 1839 bergelar Sultan Umar. Read the rest of this entry »

Posted in Uncategorized No Comments »

PAHLAWAN PADANG KACHUNG
July 14th, 2007
Di dalam kawasan Masjid Kuala Telemong daerah Hulu Terengganu terdapat satu kubur besar di kenali sebagai Kubur Dua Belas atau Kubur Besar , di panggil begitu kerana di dalamnya tertanam 12 belas pejuang yang mati ketika menyertai perjuangan menentang dasar British yang di perkenalkan di negeri Terengganu dalam tahun 1928 ,mereka berhimpun untuk mengadap Sultan Sulaiman Badrul Alam Shah di Kuala Terengganu , malangnya ada petualang yang melaporkan mereka akan memberontak , lalu pihak British yang kononnya mendokong Sultan menghantar sepasukan polis untuk menghalang mereka ,pihak polis melepaskan tembakan dan seramai 12 pejuang telah mati :
Mereka - mereka itu ialah:
-Lebai Abd. Rahman ( Tok Janggut )
-Mahmud bin Mat Diah
-Idris bin Mahmud
-Mamat bin Musa
-Muhamad bin yunus
-Abdullah bin Muhamad
-Ismail bin Ali
-Muhamad bin Jusuh
-Muhamad bin Idris
-Muhamad bin Abdullah
-Abdul Hamid bin Ismail
-Sulaiman bin Salleh
Bibit penentangan pada british bermula bila Undang-undang Tadbir negeri ,terutama Undang-Undang Tanah (Undang-Undang bilangan 5, tahun 1921 bagi Negeri Terengganu)diperkenalkan pada 1 Muharam 1345(11 julai 1928). Read the rest of this entry »

Posted in Pahlawan Terengganu, Tempat bersejarah 3 Comments »

Tok Gajah
June 28th, 2007


Gelarannya ialah Orang Kaya Indera Gajah Pahang , Khatib Rasu dan Imam Perang Rasu ,nama sebenar beliau Imam Rasu bin Shahrum ialah ayahnda kepada Mat Kilau , beliau merupakan Orang Kaya Raja yang berkuasa dari Batu Redap sampai ke Kuala piul , dari Tanjung Sakti sampai ke Kangsa , dari Pedah sampai Tanjung Lindung juga Lembahan Sungai Budu di Lipis kedudukannya setaraf dengan Orang Besar Empat di Pahang , seorang pahlawan yang menentang kehadiran penjajah ke Tanah Melayu bersama Dato’ Bahaman dan pejuang - pejuang sezamannya yang di pimpin oleh Tok Ku Paloh tahun 1893/1895 , pada 1892 Inggeris mengeluarkan perintah tangkap pada Tok Gajah , menyelamatkan diri ke Ulu Kelantan dan Kemudian ke Hulu Terengganu , meninggal dunia pada tahun 1901.Kubur Tok Gajah terletak di Kampung Pasir Nering , Kuala Berang , Hulu Terengganu , Terengganu Darul Iman . Sila-silakanlah ke situ , tak ketemu tubuh badan pun , menziarah kuburnya sudah Alhamdullilah.
post

Azhar Datok

Tidak ada komentar: